Chapter 6

254 57 65
                                    

Happy Reading❤

-💃-

"Tante juga sayang kamu. Tante ngajak kamu ke sini bukan untuk sekadar curhat ke kamu, tapi Tante nggak mau apa yang terjadi sama Cessna terulang lagi." Raina membalas pelukan Gladys seraya mengacak rambut Gladys pelan.

Raina menghapus buliran bening yang telah banyak sekali berjatuhan hingga pakaian yang Raina kenakan ikut basah. Rasanya sudah lama sekali tidak datang ke tempat ini. Suasananya masih sama, masih banyak terdengar teriakan pilu dari orang-orang yang tinggal di sini.

"Tante, baik banget sama Gladys. Gladys janji nggak bakalan ngecewain, Tante."

"Cessna dari lahir udah nggak bisa lihat, Dys. Dia belum pernah lihat apa pun selama hidup."

"Tapi, masih ada cara buat dia bisa lihat lagi, kan?" tanya Gladys penasaran karena ia juga tidak tahu harus mengatakan apa. Di satu sisi ia sedang hancur karena kejadian yang telah menimpanya, namun di sisi lain ada seorang malaikat yang telah menyelamatkannya dan saat ini malaikat itu sedang menangis karena ingin memberikan motivasi untuk Gladys.

Gladys sempat berpikir mengapa Tante Raina sebaik ini padanya dan saat ini semua itu sudah terjawab. Dia bersikap baik dan menyayangi Gladys karena merindukan putri satu-satunya yang sedang berjuang melawan penyakit kejiwaannya.

"Gladys, jangan 'kan buat mikirin matanya, kalau kita deketin dia udah teriak-teriak karena dia nggak kenal kita."

Raina menoleh ke kamar putih yang tertutup. Raina tersenyum tipis seakan-akan dapat melihat Cessna dari luar.

"Gladys nggak tau, Tan. Maafin, ya?"

Raina tidak membalas ucapan Gladys, Raina memeluk gadis itu kemudian mendorong kursi rodanya menjauhi area kamar pasien.

"Kita pulang sekarang, Dys."

Tanpa banyak bicara, Gladys hanya diam mengikuti ke mana kursi rodanya berjalan.

"Dys, seperti yang kamu bilang tadi. Kamu mau nyembuhin mata Cessna, 'kan? Begitu juga yang diinginkan mama kamu. Dia sekarang lagi berusaha biar kamu dapat donor mata. Kamu harus operasi, ya? Biar kamu bisa sekolah dan lihat orang-orang yang kamu sayang."

"Semoga aja dapet, tapi kalau gak dapet juga nggak apa-apa, Tan. Mungkin Gladys cuma dikasih waktu buat lihat dunia sampai umur Gladys 17 tahun," ujar Gladys pelan.

Raina tidak percaya dengan omongan Gladys. Mungkin saat ini Gladys dapat mengatakan itu, tapi beberapa mingu selanjutnya ia pasti akan mulai menyalahkan takdir dan mengatakan bahwa yang terjadi dengannya sungguh tidak adil.

"Nggak. Kamu pasti dapat donor mata. "

-💃-

Bel pulang berbunyi lebih cepat dari biasanya. Tiga orang gadis sedang berjalan menuju parkiran mobil dan berencana menghabiskan waktunya di mall sekadar bersenang-senang karena padatnya jadwal sekolah.

Pada saat mereka menuruni tangga, tiba-tiba ada dua orang gadis yang menarik bahu Gladys kasar. Gladys tidak membalasnya dengan bentakan melainkan hanya tersenyum.

"Kenapa?" tanya Gladys tanpa ada sedikit pun nada kesal atau marah.

"Nggak usah sok baik, deh. Apa maksud lo tadi? Lo itu jangan sok pinter dan jangan pernah jawab satu pun pertanyaan dari guru. Lo pikir lo keren?"

Miracle [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang