18

18.3K 903 41
                                        

Author POV.

Niat Abraham untuk menjadikan Abel sebagai pengasuh anak semata wayang nya selama satu bulan lenyap sudah, karena ia malah jatuh cinta kepada pengasuh anaknya ketelatenan dan sifat lembut Abel semakin membuat Abraham jatuh cinta. Dia seolah mendapat kembali bahagia yang sudah lama hilang darinya dan putra semata wayang nya, rumah yang dulu terasa suram menjadi lebih berwarna semenjak kedatangan Abel dihidupnya. Bahkan dia sudah merencanakan pernikahan besarnya dengan Abel dan memberikan seorang adik kecil untuk baby El.

Tapi seolah semua kandas dan lenyap begitu saja saat ia ingat keluarga besarnya tidak akan menyetujui pernikahannya dengan Abel, apalagi sang ibunda pasti tidak akan sudi kalau Abraham menikah dengan perempuan yang tidak sederajat dengan keluarganya. Dan ah dia sampai lupa dengan Titania wanita yang di gadang - gadang akan menjadi ibu sambung bagi baby El. Apa dia harus menyudahi segalanya dengan Abel? Apa dia harus melepaskan perjuangan yang sudah ia lakukan selama hampir empat bulan ini?. Sepertinya dia harus mengakhiri segalanya untuk menyelamatkan Abel dari rasa sakit yang akan membuat hidupnya berantakan, tapi dia tidak tahu risiko yang dia terima akan membuatnya ikut hancur lebur pula.

Abel datang dengan membawa dua buah cangkir teh dengan senyum merekah nya dia datang menghampiri Abraham yang sedang melamun di balkon mansion nya, dia ingin memberitahu Abraham tentang hal gembira.

"Abraham" sapa lembut Abel sambil meletakan dua cangkir teh tersebut diatas meja kecil. Abraham tampak tersentak dengan kehadiran Abel.

"Ada apa sayangku?"  Balas Abraham sambil mengusap kepala Abel.

"Aku ingin memberitahukan sesuatu untukmu" jawab Abel tersenyum.

Belum sempat Abel melanjutkan kata-katanya, Abraham berbicara kembali dengan nada yang serius.

"Abel mari kita sudahi segalanya" perkataan Abraham bagaikan sebilah pisau tajam yang menusuk ulu hati Abel, saking pedihnya dia sampai tak sanggup untuk sekedar meneteskan air matanya. Langit sore yang cerah berubah menjadi kelabu untuknya.

Dengan berusaha tenang Abel memegang tangan Abraham dengan lembut.

"Ada apa? Kenapa tiba-tiba?" Bahkan diposisi seperti ini dia masih sanggup memberikan senyum manis kepada Abraham.

"Keluargaku tidak akan setuju dengan kehadiran mu" jawab Abraham dengan sikap yang mendadak sedingin batu es.

Cukup pondasi kekuatan yang Abel buat, ia tak tahan akhirnya jatuh sudah air mata yang sangat dia benci itu. Remuk sudah jantungnya seolah tak bersisa kepercayaan dan cintanya untuk Abraham dibayar tunai dengan kekecewaan.

"Tadi kamu mau memberitahukan suatu hal apa itu?" Tanya Abraham.

Abel menggeleng ia sudah tak berniat mengatakan apapun sekarang, lidahnya kelu.

"Sekarang segalanya telah selesai, maka aku harus pamit" ucap Abel cepat.

"Aku antar dan membawakan barang-barangmu" tawar Abraham.

"Tidak perlu dan aku tidak akan membawa apapun dari rumahmu karena itu bukan milikku lagi sekarang, aku titip baby El ku tolong jaga dia saat dia terbangun nanti dia akan menangis karena aku tidak ada disampingnya tolong peluk dia dan bilang aku pergi hanya sebentar. Semoga apapun keputusanmu itu yang terbaik untuk mu dan aku" dengan air mata yang terus mengalir, sesak di dada dan kekacauan di otaknya Abel melangkahkan kakinya cepat meninggalkan Abraham.

Abraham tidak mengejar bukan tidak ingin tapi dia tidak sanggup, air matanya menetes dadanya sesak dia harus melepaskan cintanya.

Abel? Jangan tanya betapa hancurnya dia niat dia memberitahu Abraham bahwa dia mengandung bayi mereka kandas sudah tak bersisa, hatinya retak hidup nya seolah habis dia tidak tahu harus bagaimana.

"Terimakasih Abraham atas cintamu biar ku bawa dan kubesarkan tanda cinta kita dengan baik" bisik Abel dengan sangat lirih.





Aku yang bikin cerita, aku juga yang nangis. Semoga kalian suka yaa❤️

Kepincut duda ! (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang