[0.5]

4.3K 388 75
                                    

Hyunjae dan Juyeon, 7 tahun.

Juyeon tersenyum lebar setelah kedua orang tua mereka memperkenalkannya dengan saudara tirinya. Bocah berumur tujuh tahun itu langsung memeluk tubuh sang kakak dengan wajah cerianya.

Kedua orang tuanya berangsur menjauh ketika melihat anak mereka nampak akur, terbukti dengan Hyunjae yang nampak diam saja ketika sedang di peluk erat oleh Juyeon.

"Ju," Untuk pertama kalinya Juyeon mendengar suara sang kakak menyebutkan namanya. Namun, segala kebahagiaannya tak berlangsung lama lantaran Hyunjae tiba-tiba mendorongnya hingga jatuh di atas dinginnya lantai rumah.

Juyeon tidak tau kenapa, akan tetapi saat ini Hyunjae nampak marah kepadanya. "Gara-gara ibu kamu, papa aku jadi cerain mama aku!" Seru Hyunjae dengan wajahnya yang memerah menahan amarah.

Pupil yang lebih muda membesar. Dia tidak tau akan apa yang dimaksud oleh Hyunjae sebenarnya. Di umurnya sekarang, Juyeon belum pernah mempelajari kata-kata yang Hyunjae sebutkan sehingga Juyeon sama sekali tidak bisa menjawab apapun akan tuduhan Hyunjae tadi.

"Juju nggak ngerti, hiks!" Lirihnya sembari mengusap air mata yang mulai menggenangi pelupuk matanya. "Juyeon nggak tau apa-apa."

Decakkan sebal keluar dari mulutnya. Tak ada sama sekali perasaan kasihan akan Juyeon yang saat ini tengah berupaya mengusap air matanya sendiri dengan tangannya dalam posisi terduduk seperti itu.

"Hyunjae, kamu apakan Juyeon?!" Ayahnya muncul bersamaan dengan ibunya Juyeon yang nampak berlari tergesa dan langsung menggendong Juyeon yang masih menangis sesegukan.

"Aku nggak suka dia! Dia ngancurin keluarga kita!" Pekik Hyunjae yang hampir menangis lantaran terlalu memaksakan emosinya.

"Darimana kamu belajar kalimat nggak pantas kayak gitu, Je? Mereka nggak seperti yang kamu bilang, justru mereka hadir buat memperbaiki, bukan merusak."

Hyunjae menggelengkan kepalanya berulang kali. Berdecih tak suka saat sang ayah mulai berusaha untuk kembali menyadarkannya akan apa yang dia sebut sebagai keluarga itu.

"Papa jahat!"

.
[Invictus]
.

Hyunjae dan Juyeon, 15 tahun.

"Bangsat!"

BRAAK!

Juyeon refleks menutup matanya. Tidak sanggup melihat luka di jari milik sang kakak yang mulai mengeluarkan banyak darah lantaran terlalu sering memukulkannya ke tembok rumah sakit.

Obsidian tajamnya tanpa sadar melirik ke arah Juyeon. Lantas, langsung menghampiri lelaki yang berada beberapa bulan di bawah umurnya itu dan menarik kerah kemeja sekolahnya dengan wajah marahnya.

"Puas lo liat bokap gue sama nyokap lo udah mati gara-gara lo?!" pekik Hyunjae yang hampir saja melayangkan tinjunya sebelum para dokter mulai berlari melerai keduanya.

Sang adik tiri menggeleng. Menyangkal akan tuduhan Hyunjae tadi. Juyeon juga bukan hanya kehilangan ayah tirinya tetapi juga kehilangan ibunya, kenapa dia harus bahagia akan hal itu?

Jarak keduanya mulai terpaut lumayan jauh lantaran Hyunjae saat ini di tuntun untuk keluar dari ruang jenazah oleh para dokter dan beberapa polisi yang menangani kasus kematian kedua orang tua mereka.

Setidaknya Juyeon bisa bernafas lega. Ia beralih menatap kondisi keadaan orang tuanya yang kini sudah hampir tak berbentuk karena terpanggang di mobil mereka yang meledak lantaran jatuh ke dalam jurang.

Juyeon meringis. Bahkan saat kedua orang tuanya masih ada pun, Hyunjae tak akan segan-segan untuk menyakitinya. Apalagi sekarang mereka yang berstatus sebagai tameng Juyeon dari amukan Hyunjae, telah pergi untuk selamanya.

Dia hampir tak bisa membayangkan bagaimana kejamnya perlakuan Hyunjae padanya nanti saat mereka hanya tinggal berdua di rumah besar peninggalan orang tua mereka.

"Juyeon takut."

Pada akhirnya Juyeon lagi-lagi hanya dapat mengeluarkan tangisannya sebagai wujud pertahanan diri. Meskipun itu sama sekali tidak berguna bagi Hyunjae.

.
[Tbc]
.

Ada yang tertarik? .g
Yo wes, tak unpub.

Invictus +MiljuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang