15. Kania!!!

43.9K 3K 84
                                    

💜Happy reading💜

***

Kania membuka jendela rumah, bekas hujan semalam masih terasa.

Jalananan dipenuhi genangan air, teras rumah menjadi becek. Udara di pagi itu juga lebih dingin dari biasanya, Kania langsung berpikir untuk tidak mandi. Hal seperti itu sudah biasa dilakukan. Kania tidak menerapkan mandi dua kali sehari, sekali saja sudah cukup.

Kania memiliki tipe kulit kering.

"Kania...." Lelaki bertubuh kurus menghampiri, wajahnya dipenuhi banyak keriput. Rambut didominasi warna putih, langkahnya tertatih-tatih. Dia adalah ayah Kania, Danur.

"Ayah nggak pusing lagi?" Kania lantas menuntun jalannya. Mereka duduk di ruang tamu.

"Ayah udah baikan."

Meski itu yang terucap dari bibir keringnya, tetapi dari segi penampilan berkata lain. Kania mana mungkin percaya begitu saja, tak ada perubahan signifikan yang terjadi. Danur tetap sama. Tampak lemah.

"Kania...." Danur batuk beberapa kali, dia bersender sofa. Napasnya agak tidak teratur. "Maafin, Ayah."

"Kenapa Ayah minta maaf?"

"Karena Ayah nggak bisa kerja, kamu yang jadi tulang punggung sekarang. Kamu sering pulang malam, padahal kamu harus belajar. Maafin Ayah...."

Kania mengulas senyum tipis. Baginya, itu tidak seberapa. Usahanya belum mampu menyaingi segala bentuk perhatian yang ia terima. Dia tidak akan mampu membayar satu persatu. Kedua orang tuanya telah memberikan yang terbaik, meski akhirnya mereka memutuskan untuk berpisah.

"Ayah nggak usah minta maaf, aku kerjanya nggak berat, kok. Cuma jagain bayi, sama sekali nggak berat. Kecuali...."

"Kecuali apa, Nak?"

Kania cengengesan. "Kecuali godaan dari bapaknya, Yah. Soalnya, dia ganteng banget. Aku kayaknya mau mimisan terus kalau lihat dia."

Danur menggelengkan kepala, tidak heran lagi. Sejak kecil Kania sering curhat, mengutarakan isi hatinya tentang cowok-cowok keren. Kania juga pernah memiliki perasaan pada tukang sayur keliling, namanya Mas Tedjo.

Jangan dilihat dari namanya yang terkesan norak. Mas Tedjo di masa muda bak seorang model. Ibu-ibu komplek sering menggodanya.

"Kirain kamu masih suka sama Mas Tedjo." Danur terkekeh kecil.

"Itu dulu, Yah. Waktu Mas Tedjo masih kurus, sekarang dia udah bongsor, udah kayak mau longsor! Pake gigi emas lagi! Kan aku jadi ilfeel."

"Jadi ... sekarang kamu suka sama siapa?"

"Saat ini aku lagi membina hati, Yah. Pak Arya nggak suka sama aku, katanya dia cuma anggap aku sebagai pengasuh anaknya. Jadi ... hati ini dalam proses perbaikan."

"Kania ... Ayah harap kamu bisa temuin cinta sejati kamu. Cinta yang bener-bener mau kamu pertahanin. Bukannya suka sama semua cowok."

Kania mengangguk kecil. "Tapi itu susah, Yah. Setiap kali ketemu sama cowok ganteng, aku pasti meleleh. Apalagi cowok yang udah matang, punya istri, punya anak. Kesukaan banget itu, Yah."

"Jangan jadi pelakor, Nak. Itu dosa besar."

"Nggak, Yah!" Kania merasa geli. "Aku nggak mau jadi pelakor. Aku cuma kagum sama mereka, kagum sama ketampanan mereka. Udah punya anak tapi mereka masih kelihatan muda. Aku nggak ada niatan jadi pelakor. Dosa! Hina!"

Tawa kecil Danur pun terdengar.

"Yah, aku harus apa biar nggak mudah kagum?"

"Jangan mikirin mereka terus."

The Papa Hunter [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang