12. Orang Baru

41.5K 3.5K 89
                                    

💜Happy reading💜

💜Happy reading💜

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Kania menenteng koper besar milik Arthur. Dia diikuti dua orang bocah berbeda ekspresi, Langit dan Awan. Si sulung tersenyum manis, sedangkan si bungsu hanya memasang wajah datar.

Langit jarang berekspresi, wajah datar adalah andalannya, senyum tipis adalah tawanya. Berbeda sekali dengan kembarannya. Awan itu murah senyum, banyak bicara, dia yang sering membimbing Langit untuk bersikap ramah pada orang lain.

"Abang hati-hati di jalan, kalau udah sampai telpon aku, ya?" Awan memberikan ciuman perpisahan di pipi, matanya mulai berkaca-kaca.

Pagi itu Arthur harus kembali ke Jakarta, proses belajar mengajar akan berlangsung besok.

"Abang...." Kania merentangkan kedua tangan, bibirnya dibuat monyong.

"Apa?" tanya Arthur cuek.

Langit menatap datar, mengembuskan napas panjang melihat Kania bertingkah sok imut. Selain Arthur, Langit juga sedikit membatasi diri dengan Kania. Satu alasannya, Langit tidak suka dengan orang yang alay dan juga lebay.

Hidup Langit selalu serius!

"Kak Kania mau dipeluk, Abang...." Awan berceletuk, terkikik geli.

"Ih, ngapain dipeluk? Udah gede juga!" Arthur berlalu memasukkan koper ke dalam bagasi mobil. Dia akan berangkat bersama tetangganya yang kebetulan sejalur dengannya.

"Abang itu bener-bener nggak suka sama aku, ya? Kenapa?" Kania duduk di tanah, menggerak-gerakkan kakinya, debu pun beterbangan. Langit sempat memberikan tatapan mematikan.

"Kamu udah gede, Kania. Jangan kayak anak kecil, Langit aja sama Awan nggak kayak gitu."

"Itu karena Abang pilih kasih! Aku benci sama Abang!"

Arthur tertawa. Perkataan Kania sama sekali bertolak belakang dengan yang sebenarnya. Arthur sangat menyayangi Kania, makanya dia suka sekali menjahili adik perempuannya itu.

Sebelum benar-benar pergi, Arthur menarik Kania ke pelukannya. Bibirnya mendarat di pucuk kepala. Awan ikut bergabung dalam pelukan itu, tak lupa menarik kembarannya juga.

"Abang sayang kalian semua, sayaaaanggg banget." Arthur memberikan kecupan pada adik-adiknya. Matanya fokus pada Langit dan Awan. "Kalian berdua cowok, jagain Kak Kania, ya? Marahin kalau dia pulangnya larut, telpon Abang kalau ada yang nyakitin Kak Kania. Ngerti?"

Awan mengangguk cepat. "Iya, Bang. Pasti aku jagain Kak Kania. Iya kan, Langit?"

"Hm," jawab Langit singkat.

"Dan kamu, Kania." Arthur menangkup wajah itu. "Jagain ayah di sini, kabarin Abang kalau terjadi apa-apa. Kalau kamu butuh sesuatu, jangan sungkan, ya? Abang ada buat kalian. Ngerti, sayang?"

The Papa Hunter [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang