21. Ungkapan Cinta

40.8K 3.2K 116
                                    

💜Happy reading💜

***

Hari ini UAS berlangsung. Kania libur  sampai ujian berakhir. Dia harus fokus belajar agar nilainya bisa lebih baik. Setidaknya tidak mendapat nilai E.

Deretan angka yang memenuhi lembar soal hampir membuatnya muntah. Seperti manusia pada umumnya. Matematika adalah pelajaran yang banyak dikutuk setiap makhluk. Efek samping yang ditimbulkan tidak main-main. Sakit kepala!

Kondisi pun semakin memburuk karena kedua temannya—Citra dan Tiara—tak bisa jadi hiburan. Mereka terpisah-pisah. Selain itu, Kania masih dihantui foto-foto koleksinya yang hilang. Dia tidak akan pernah ikhlas!

Soal terakhir. Tangan Kania gemetar. Jam sudah menunjukkan pukul empat sore. Sisa waktu yang diberikan makin menipis, tinggal beberapa menit lagi.

"Jangan ada yang lirik-lirik!" Salah satu petugas berseru, sorot matanya jatuh pada Kania. "Cewek cantik di sana, tenang dikit."

Kania sama sekali tidak tersanjung, dia melengos malas. Laki-laki yang baru saja menggodanya tidak terlalu menarik. Kania tidak suka karena laki-laki itu terlihat lebih muda. Bahkan tinggi mereka jauh berbeda. Jika bersamanya, pasti terlihat seperti kakak dan adik.

Saat Kania memutar matanya malas, dia menangkap sosok abstrak di dekat pintu. Dua orang cewek yang tak lain adalah Citra dan Tiara.

Citra tersenyum lebar, melambaikan tangannya kecil. Dia mengucapkan sesuatu tanpa bersuara.

"Apa?" Kania berbicara dengan suara yang sangat kecil.

Citra menunjuk handphone. Jarak yang tidak begitu jauh memungkinkan Kania untuk melihat apa yang tertera di layar itu. Terdapat seorang pria berbalut jas, rambutnya tersisir rapi ke belakang. Matanya sipit namun meneduhkan, hidungnya mancung, bibirnya tipis.

Citra lagi-lagi berbicara tanpa suara, tetapi pergerakan mulutnya dapat dibaca Kania. "Pak Arya ada di sini."

Kania melirik pengawas yang sedang bermain HP. "Dimana?"

"Di dekat gerbang."

"Hah?" Kania menyipitkan mata.

"Di depan gerbang!"

Kania menelan ludah gugup. Dia langsung mengerjakan soal terakhir yang menurutnya begitu rumit, mengandalkan naluri sampai akhirnya memilih C sebagai jawaban. Semoga saja benar.

Kania penasaran, mengapa Arya berada di kampusnya? Apa yang dilakukan duda keren itu?

Setelah memberikan lembar jawaban, Kania bergegas menghampiri Citra dan Tiara. Dia tidak sabar untuk dipertemukan dengan Arya.

"Pak Arya beneran ada di sini? Ngapain?"

Tiara mengangkat bahu. "Nggak tahu juga, yang pastinya ini kejadian langka. Tumben banget kita dapat kejutan emas, hati aku meleleh!"

Kania mengibaskan tangan di depan Tiara. "Nggak usah lebay dulu! Sekarang dia masih ada di gerbang?"

"Tadi ada di situ, tapi kalau sekarang nggak tahu. Moga aja masih betah duduk di sana." Citra berjalan terlebih dahulu, langkahnya lebar.

Kania mengikuti kemana Citra melangkah. Mereka bertiga menuju gerbang, mencari sosok pujaan. Kenyataannya, apa yang mereka harapkan tak berlangsung lama. Tak ada siapa-siapa di sana.

"Pak Aryanya mana?" tanya Kania putus asa. "Kok nggak ada?"

"Tadi dia di sini, Kania. Aku mana mungkin bohong, kamu lihat sendiri buktinya." Citra sekali lagi memperlihatkan foto Arya. "Dia itu beneran ada di sini, tapi tadi."

The Papa Hunter [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang