27. Tak Selamanya Indah

36.5K 2.9K 125
                                    

💜Happy reading💜

***

Sejauh ini semuanya aman terkendali. Kania terus mengukir senyum, menyapa orang-orang. Sedih akibat ditinggalkan orang tercinta perlahan menguap.

Arya berjalan di belakang, meneliti bagaimana Kania bergaul dengan orang-orang yang tak dikenalnya. Zayn juga terkena imbas, bayi itu tertular kebahagiaan. Zayn sungguh excited berjumpa dengan orang baru.

Mendapati bangku kosong, Arya sejenak beristirahat. Dia mengeluarkan HP dan mengarahkannya kepada Kania dan Zayn. Senyum tercipta. Kebahagiaan tak terpungkiri, ia senang melihat kedekatan keduanya.

“Pak, ayo sini!” Kania melambaikan tangan Zayn.

“Saya di sini aja.”

Kania mengangkat bahu, dia kembali melangkah menyusuri taman. Tampak di sebelah timur pedagang es krim, bersebelahan dengan penjual gulali.

Kania membeli dua es krim cup. Satu untuknya dan satu lagi untuk Arya. Sayangnya, ketika menerima es krim tersebut, Zayn tiba-tiba merampasnya dengan cepat hingga jatuh ke tanah.

Kania hanya bisa mengembuskan napas panjang.

“Anaknya lucu ya, Bu.” Salah seorang wanita menegur. Tubuhnya lebih pendek dari Kania, umurnya berkisar tiga puluhan ke atas.

Kania menyelipkan anak rambutnya di telinga. “Iya, Bu. Makasih.”

“Udah berapa bulan?”

“Hm … anak saya baru umur enam bulan, sebenarnya jalan tujuh bulan.”

“Ke sini sendirian, Bu? Suaminya mana?”

Kania berkedip-kedip. Tahu betul jika berbohong adalah perbuatan yang kurang baik. Tapi Kania menyukai perannya, berpura-pura itu menyenangkan. Maka dari itu, ia menunjuk Arya yang sedang duduk manis di dekat pohon.

“Ah … itu suaminya? Ganteng banget, mirip sama anaknya.”

Kania tertawa kecil. “Makasih, Bu. Suami saya emang sempurna banget, saya cinta banget sama dia. Nggak ada yang bisa gantiin dia di hati saya.”

“Beruntung banget.”

Beberapa menit Kania dan wanita itu berbincang. Zayn mendengarkan saksama, mulutnya bergerak-gerak seakan ikut menimpali pembicaraan.

Penjual es krim juga turut menambah cerita. Mereka banyak mengambil topik, entah itu kenaikan makanan pokok, kontroversi dunia, kehidupan artis, dan lain-lain.

“Ya udah, saya ke sana dulu.”

Wanita bertubuh pendek itu pun pergi. Dia berjalan mendekati Arya. Kania menyipitkan mata saat wanita itu mengobrol bersama Arya. Kania gugup.

Berpura-pura tidak melihat kejadian tadi, Kania mengeluarkan selembar uang dan membeli es krim lagi. Melalui ekor mata ia dapat menangkap Arya berjalan menghampirinya.

Arya berdeham keras.

“Bapak mau es krim juga, kan?” Kania bertanya sangsi.

“Kamu bilang apa sama cewek tadi?” Arya berbisik di telinga Kania.

Kania mundur, dia tersenyum kikuk. “Emangnya dia bilang apa, Pak?”

“Dia bilang kalau istri saya cantik banget.”

“Istri?”

Arya menatap langsung ke mata Kania. “Gimana? Senang?”

“Ma-maaf, Pak. Saya sebenarnya cuma bercanda, lagian cewek tadi nggak kenal sama kita. Maaf banget, Pak.”

The Papa Hunter [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang