Prolog

1.2K 105 0
                                    

[A Boy With Bruise]

Lantai itu terasa sangat dingin untuk sebuah rumah. Dia merasa dinginnya salju pertama itu menusuk dagingnya hingga tidak bisa merasakan apapun. Dia membuka matanya. Dia bangun dan dia melihat jam dinding di rumahnya, pukul empat.

Dia menggosok tangannya dan mencoba untuk menghangatkan dirinya sendiri. Dia kedinginan, namun selimut tipisnya tidak dapat menghangatkannya. Tapi dia tidak menghawatirkan dirinya sendiri.

Dia menghampiri sebuah kamar yang sebenarnya lebih hangat dari pada kamar itu. Dia membuka pintunya, dan melihat kakak perempuannya yang sedang hamil muda meringkuk karena dingin. Dia menyerahkan selimutnya dan menghangatkan kakaknya dengan kantong penghangat yang dia simpan.

Dia tidak mengatakan apapun dan pergi dari sana setelah merasa kakaknya cukup hangat.

Laki-laki berumur 16 tahun itu melihat ke arah ruang tamu. Belum berantakan, berarti kakak iparnya yang terus mabuk-mabukan itu belum pulang. "Air panas." Gumamnya memancarkan air dan memanaskannya dengan merebusnya. Dia tidak punya cukup uang untuk memberikan kakaknya air panas otomatis.

Air yang direbus dia gunakan untuk membasuh wajahnya, dan membuat minuman susu untuk kandungan kakaknya. Membuat makanan kecil untuk kakaknya, "Kak, aku sekolah dulu." Katanya mengelus rambut kakaknya saat mengetahui kakaknya bangun.

Dia mengunci kamar kakaknya dan kamarnya. Tidak  perlu khawatir, kakaknya mempunyai kamar mandi didalam kamarnya. Lalu yang terakhir mengunci apartemen yang cukup murah itu. Dia tidak mau, kakak iparnya itu masuk dan menghancurkan semua barang, serta menyakiti kakaknya.

Dia berlari menuju sekolah, tidak ada uang untuk menaiki bus.

Namun, disekolah juga bukan tempat yang bagus untuk berlindung maupun belajar.

"Hei! Hwang Hyunjin!"

Bruk! Laki-laki yang dipanggil itu mendapatkan sebuah dorongan yang cukup kuat dan kasar dari tangan siswa lain. Dia hanya bisa terdiam dan merasakan rasa sakit pada punggungnya yang menghantam tembok kasar sekolahnya.

"Wah, lihatlah! Dia sama sekali tidak melawan." Kata temannya yang lain.

"Hei, anak Hwang! Katanya ayahmu mati bunuh diri ya?" Tanya seorang siswa didepannya lagi, kemudian mereka tertawa. Jujur saja tidak ada yang lucu dari hal itu.

Hyunjin tidak mengatakan apapun atau bahkan melawan, dia tau diakan kalah jika melawan. Jadi sama saja.

"Pantas aja, kau memang membawa kesialan! Dasar anak haram!" Kata yang lain kemudian tanpa ba-bi-bu menghantam wajah Hyunjin dengan pukulanya.

Hyunjin benar-benar tidak melawan, dia hanya menghela nafas saat dipukuli seperti itu. "Hei! Hei! Bangun!" Salah seorang siswa yang mengatai dia anak haram tadi menjambak rambut Hyunjin dan membuat Hyunjin berdiri dengan terpaksa. "Ugh... Tidak menyenangkan."

Di atas tanah yang dingin bersalju, Hyunjin diinjaki dengan tidak terhormat. Kemudian ditinggalkan saja dengan papan namanya yang juga sengaja diinjak saat mereka pergi.

Hyunjin tau. Tidak ada orang yang berada disisinya. Tidak ada orang yang akan membantunya. Maupun melindunginya. Jadi sia-sia saja dia memanggil nama selain dirinya. Tidak ada peninggalan, sepeser uang pun.

'Hwang Hyunjin' Dia memeluk  papan namanya erat, karena hanya itu. Hanya itu peninggalan yang diberikan oleh orang tuanya.

"Maafkan aku." Katanya meminta maaf kepada dirinya sendiri. Dia menangis, semuanya sakit. Tapi tidak ada yang mau menolong, jadi dia harus apa?

Hyunjin, dia tidak terlahir seperti itu. Ayahnya adalah seorang pengusaha besar. Ibunya adalah seorang perempuan yang baik hati dan cantik. Dia mempunyai kakak yang canyik dan pintar pula. Semuanya terlihat menyenangkan, semuanya bisa dimiliki oleh Hyunjin.

Hingga, ayahnya bangkrut dan ibunya meninggal karena sakit parah. Ayahnya yang tidak tahan dengan semua ini dan memilih untuk bunuh diri. Meninggalkan kedua orang yang harus hidup dengan meneruskan bisnis kecil ayahnya yang berupa tempat makan kecil.

Sebuah telenovela yang unik. Namun tetap bersifat klasik.

Hidup Hyunjin dan kakaknya membaik saat seorang pemuda dengan mimpinya datang dan menikahi kakaknya. Sayang, mimpi yang ditunggu tidak juga terwujud. Dia mulai menyalahkan kakak Hyunjin terhadap apapun.

Dan... Akhirnya... Semuanya... Hanya tinggal Hyunjin.

Seorang laki-laki uang mempunyai banyak luka.

TBC
Maaf kan aku atas semua cerita yang aku hapus

The CastleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang