Chap 2

529 81 14
                                    

[Another Destiny]

Hyunjin membuka matanya, satu gerakan ditubuhnya membuat seluruh tubuh sampai ubun-ubun terasa sakit dan perih. Bahkan matanya belum bisa terbuka sempurna karena lebam.

Namun dipaksakanlah tubuhnya untuk bergerak. Disana dia dapat melihat sebuah kamar yang berlapis cat berwarna putih, abu-abu dan emas.

"Sudah bangun?" Tanya seseorang yang hyunjin ingat merupakan orang yang mengantarkan dirinya dan kakaknya menuju rumah sakit. "Dimana kakakku?" Tanya Hyunjin belum mendapatkan energi.

"Bukankah kau seharusnya berterimakasih kepadaku dulu? Jika kau tidak ku buntuti mungkin kau akan mati disana." Kata pria itu menyeruput tehnya.

Pria itu melihat Hyunjin yang menatapnya dengan tatapan masih menanyakan siapa dia. Dia bingung unruk berbicara kepada Hyunjin dengan cara apa, karena sepertinya anak itu mempunyai banyak emosi. "Perkenalkan. Aku Lee Junho."

"Untuk saat ini, aku akan menjagamu dan kakakmu dulu. Jika kau butuh sesuatu, bilang kepadanya." Junho menunjuk ke arah pelayannya, Hyunjin tidak bisa mengatakan apapun.

"Di-dimana kakakku?" Hyunjin berdiri menghentikan Junho yang hampir menggapai pintu. Junho menghela nafas, dia menghampiri Hyunjin dengan pelan dan menepuk bahunya. "Maafkan aku." Hyunjin meraa seluruh waktu terhenti.

Terlebih lagi saat Junho mengatakan jika kakaknya sudah meninggal karena pendarahan hebat. Air matanya yang sudah tidak bisa terbendung lagi, yang sudah membeku lama kembali mencair.

Dia kira dia masih bisa menyelamatkan satu orang.

Ternyata tidak. Sebenarnya kemana Tuhan ingin membawanya? Kenapa tidak membiarkannya mati saja?

"Sebagai gantinya. Aku akan menjadi walimu. Bagaimana?" Tanya Junho yang membuat Hyunjin sedikit bertanya-tanya.

"Aku-". "Kau.. dari keluarga Hwang kan? Anak dari Hwang yang bunuh diri." Junho membuat Hyunjin sedikit terkejut.

"Ba-bagaimana..". "Aku.. bisa membantumu membalaskan dendammu." Kata Junho lagi yang mengelus pipi Hyunjin yang dipenuhi oleh air mata.

"Dendam apa?". "Dendam yang membuat ayahmu bangkrut." Senyum Junho yang mempunyai banyak arti membuat Hyunjin terkejut mengetahui ada dalang dibalik kemalangannya selama ini.

"Tapi, kau harus belajar seperti yang lainnya dulu. Perlahan, namun pasti."

***
Suara langkah kaki yang terkesan rapi dan tidak terburu-buru didengar oleh beberapa orang yang menghormati pemilik langkah kaki itu. Tatapan tegas nan dingin yang dimilikinya, sangat berwibawa seperti raja.

"Selamat pagi Tuan Hwang!" Kata seorang sekretaris yang lebih tua satu tahun diatasnya itu memberikan salam hormat untuk atasannya.

"Rapat untuk kenaikan saham hari ini dimulai pada pukul sebelas siang, kemudian anda mendapat janji makan siang dengan Direktur Lee ditempat biasa. Lalu lima  belas dokumen yang harus anda tanda tangani berada di meja. Laporan selesai!" Kata Sekretaris Choi berhenti di luar pintu kantor Hyunjin.

"Baiklah. Bagaimana dengan masalah kemarin?" Tanya Hyunjin ketika hampir membuka ruangannya.

"Dokumen sudah saya berikan di atas meja anda." Bisik Soobin agar tidak terdengar oleh karyawan lain.

"Kerja bagus. Silahkan pergi." Singkat Hyunjin setelah mendapatkan laporan yang cukup penting untuk jadwalnya hari ini. Sementara Soobin mulai duduk di bangku yang tepat berada beberapa meter di depan ruangan Hyunjin.

Hyunjin melepas jas biru navynya dan menaruhnya di atas tempat jas. Dia pun menandatangani map-map yang berada diatas mejanya hingga dia terhenti saat melihat sebuah dokumen yang berwarna kuning, sebagai tanda jika itu adalah dokumen penting.

"Lee Boyoung. 42 tahun, memiliki satu anak dan sudah menikah. Perusahaan kosmetik dan fashion, penghasilan 2,2 miliyar pertahun. Mengesankan." Kata Hyunjin membaca status illegal dari seorang wanita paruh baya yang selama ini diincar olehnya.

Dibaliknya selembar kertas yang tadi ia baca. "Kim Dahyun, 19 tahun. Siswa semester dua jurusan Komunikasi. Sedikit menyusahkan, tapi tidak penting."

"Kim Jaehoon. Seorang dokter.. cih mereka cukup kaya. Lalu.. apa yang harus aku lakukan kepada para penjilat ini..." Gumam Hyunjin yang kemudian mendengar Soobin mengetuk pintunya. "Masuk."

"Rapat dimulai 30 menit lagi Tuan." Hyunjin melihat ke arah jam tak terasa jam sangat cepat berlari dari angka ke angka didepannya.

"Baiklah." Kata Hyunjin kembali memakai jasnya dan menuju ruangan rapat.

"Tuan Hwang, Direktur Lee ingin menanam saham disini." Kata Soobin membuat Hyunjin yang masih mencoba meriphkan penampilannya tidak fokus dan bertanya, "Direktur Lee siapa?"

"Lee Boyong, Tuan." Hyunjin terdiam kemudian memberikan senyuman miring yang tidak bisa dimengerti dalam satu kali lihat. "Baiklah."

"Ta-tapi- Tuan, bukankah seharusnya Tuan tidak memberikan jalan masuk agar Direktur Lee menanam saham disini?" Tanya Soobin tidak mengerti tentang apa yang dimaksud oleh orang yang sudah bersamanya selama tiga tahun itu.

"Aku punya rencana. Kau? Ikuti saja." Kata Hyunjin mendahului Soobin yang masih tidka mengerti tentang maksud Hyunjin.

Semoga saja pimpinannya itu tidak membunuh atau melakukan sesuatu yang aneh.

TBC
Jangan lupa klik bintangnya kalau kamu suka. Dan sertakan kritik dan komentarmu <3

The CastleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang