Chap 7

403 74 13
                                    

[Hwang's shade]

Dahyun berjalan ke arah halte bus untuk pulang ke rumah. Karena kerja sambilannya dia harus pulang lebih malam dari pada siswa lain. Bukan karena seorang Lee Boyoung tidak memberikannya fasilitas, namun Dahyun yang tidak ingin difasilitasi. Dia tidak suka menyentuh barang wanita itu.

Dia melihat jam tangannya yang berwarna silver dengan model yang elegan di tangan kirinya. Jam menunjukkan pukul 20.00 bus terakhir akan datang pada pukul 21.30, jadi masih ada waktu untuk berjalan.

Bugh! Dahyun tidak sengaja menabrak seseorang, dan itu membuatnya meminta maaf kepada orang itu. "Ah, maafkan saya-". "Tidak apa-apa." Kata pria yang ditabraknya itu. Rasa bersalah Dahyun hilang ketika mendengar suara dan melihat perwakan Hwang Hyunjin didepannya.

"Tidak perlu terkejut, aku kemari untuk menjemput calon anak tiriku." Kata Hyunjin tersenyum kepada Dahyun. Namun Dahyun tidak akan mengindahkannya, dia sudah muak dengan semua drama kehidupannya ini.

"Berhenti bersandiwara. Kau adalah makhluk yang paling munafik yang pernah ku temui." Kata Dahyun melewati Hyunjin begitu saja, membuat senyum menawan Hyunjin luntur seketika. Perempuan ini tidak akan luluh kepadanya dengan sandiwara yang sama dengan ibu tirinya.

Tapi setidaknya dia harus mencoba. "Tunggu!" Hyunjin menarik tangan Dahyun membuat Dahyun kembali, namun tangannya ditapis oleh Dahyun. "Jangan menyentuhku!" Kata Dahyun dengan tatapan tidak suka yang ia tunjukkan.

"Jangan begitu, aku ingin dekat denganmu. Ibumu juga pasti khawatir denganmu. Ayo pulang bersamaku." Kata Hyunjin masih berusaha baik didepan Dahyun. Sekali lagi Dahyun tidak menghiraukannya, helaan nafasnya seperti penolakan terhadap ajakan Hyunjin.

"Aku sudah memperingatkan mu." Kata Dahyun kemudian mengambil handphonenya dan menelepon polisi, Hyunjin hanya tersenyum melihatnya dan tetap diam ditempatnya sembari memperhatikan perempuan naif itu. "Halo? Polisi? Ya, saya mendapat serangan pemaksaan. Saya berada di jalan Hansung. Ya, saya mengenalnya. Dia bernama Hwang Hyunjin-" suara panggilan itu dimatikan. Membuat Dahyun kebingungan, sementara Hyunjin tertawa lepas karenanya.

"Kenapa kau tertawa?" Tanya Dahyun membuat Hyunjin menghentikan tawanya. "Tidakkah kau tahu? Tidak ada polisi didaerah ini yang berani menangkapku." Tawa Hyunjin masih tersisa, namun kemudian menatap Dahyun dengan tatapan tajam.

"Tapi.. karena kau bermain-main denganku... Selamat datang di duniaku." Kata Hyunjin menarik Dahyun kasar menuju mobilnya. Dahyun merasa kesakitan, namun dia tidak bisa melawan hingga terseret masuk. "Berangkat!" Kata Hyunjin membuat Soobin yang mengendarai mobil tersebut langsung menancap gas.

"Lepaskan aku!" Teriak Dahyun mencoba melepaskan tangannya dari genggaman Hyunjin. Tangannya cukup besar dan kuat untuk mengikat kedua pergelangan tangan Dahyun menggunakan tangannya sendiri. Hyunjin pun melepaskannya, diantidak sadar membuat kedua pergelangan tangan Dahyun memerah.

"Karena itu, saat aku mengatakannya dengan baik-baik seharusnya kau mengikutiku." Kata Hyunjin yang terlihat santai melihat ke arah luar jendela sambari berbicara kepada Dahyun. "Kita lihat apa yang akan dikatakan ibuku jika-"

"Aku akan melihat apa yang akan dilakukan ibu tirimu setelah kau mengatakannya." Kata Hyunjin seolah mengetahui jika wanita tua itu akan tetap menaruh rasa percayanya pada pangeran kemunafikan yang dia panggil dengan panggilan sayang itu.

Sampai di rumah, Dahyun dengan tergesa-gesa menuju ke arah ibunya dan menceritakan semuanya. Sementara Hyunjin mulai menunjukkan sikapnya yang menyesal dan sangat memperlihatkan jika dia adalah korban. "Maafkan aku, sepertinya aku terlalu memaksanya hingga tidak sengaja menarik tangannya terlalu keras."

"Lihat Dahyun, Hyunjin tidak sengaja menarikmu. Jangan terlalu kaku dan menyalahkannya." Kata ibu tirinya itu membuat Dahyun merasa tidak percaya dan apa yang tengah terjadi dirumahnya. Apa laki-laki dengan marga Hwang itu memiliki semua yang dia inginkan? Bahkan semua orang percaya kepadanya begitu saja.

"Maafkan aku." Kata Hyunjin yang langsung dipeluk oleh Boyoung, sementara wajahnya yang menghadap ke arah Dahyun membuat ekspresi yang sepertinya menunjukkan jika dia menang dalam apapun hari ini.

Tak tahan dengan apa yang disaksikannya, Dahyun beranjak pergi ke kamar. "Menjijikkan." Gumam Dahyun.

***

Dahyun bangun pagi, di tempat tidurnya dia memejamkan mata berdoa agar paginya sangat bermanfaat dan dibebaskan dari hal-hal yang membahayakan. Namun kali ini dia menambahkan sesuatu dari doanya yaitu untuk tidak bertemu Hwang Hyunjin untuk sehari saja.

Dia berjalan ke bawah untuk memakan sarapannya sendiri, mengingat ibu tirinya itu selalu bekerja untuk kepentingan perusahaannya. Entah apa yang begitu penting hingga meninggalkan rumah setiap hari.

Sayangnya, saat dia melihat ke arah meja makan bukan pengurus rumah yang biasanya menyiapkan makanan di rumah itu. Tetapi seseorang yang tadi ia doakan untuk tidak terlihat di matanya untuk sehari saja. Sepertinya doanya tadi ditolak oleh Tuhan. "Selamat pagi, Nona Kim." Kata Hyunjin menaikkan cangkir kopi yang ada di tangan kanannya sebagai tanda salam paginya.

"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Dahyun kepada Hyunjin yang masih menatapnya dengan senyuman manis itu. Melihat gerak-geriknya Dahyun sepertinya tahu jika ibu tirinya masih ada dirumah.

"Tuan Hwang sudah memutuskan untuk tinggal disini. Setidaknya kau mempunyai teman saat kau diwaktu senggang." Kata Boyoung yang datang dari kamarnya.

"Kenapa? Apa dia tidak punya rumah? Kau miskin Tuan?" Tanya Dahyun yang membuat Boyoung menghela nafas, entah apa yang merasuki Dahyun hingga menjadi tidak sopan seperti itu. "Dahyun! Jaga sopan santunmu!"

"Sayang, tidak apa-apa. Dia masih belum terbiasa denganku." Kata Hyunjin dengan suara yang lembut membuat luluh Boyoung yang tadinya memarahi Dahyun. Sepertinya dia sudah dimantrai oleh Hyunjin. "Ah, sekarang aku tahu. Bagaimana ayahku bisa menemukan wanita kedua dibelakang ibuku. Begini ternyata caranya." Kata Dahyun dengan ekspresi yang merendahkan wanita didepannya.

"Cukup." Hyunjin kali ini yang berbicara. "Aku rasa kalimatmu terlalu melewati batas Nona." Kata Hyunjin tegas, namun tidak dengan suara yang lantang hingga tidak menghilangkan wibawanya. Dahyun yang melihat itu tersenyum miring dan berjalan menuju dapur seakan tidak perduli.

Kemudian Boyong pergi karena harus mengurus sesuatu dikantornya. Sementara Hyunjin yang dapat memutuskan dirinya untuk bekerja atau tidak, masih duduk disana melihat Dahyun yang masih berkecimpung di dalam dapur.

"Setidaknya bertingkahlah menjadi anak baik. Memberontak tidak akan mengubah apapun." Kata Hyunjin mencuci piringnya sendiri karena kebiasaan yang dia peroleh.

Dahyun yang memilih makan di meja dapur mulai menjawab pernyataan yang diberikan oleh Hyunjin. "Sandiwara yang bagus. Kau berhak mendapat Oscar." Kata Dahyun yang terdengar tajam, namun tetap memperlihatkan postur yang santai.

"Terimakasih. Akan lebih baik jika kau mengikuti sandiwara. Bukankah begitu?" Tanya Hyunjin kepada Dahyun, Dahyun memutar badannya hingga menghadap ke arah Hyunjin yang dipunggungi olehnya. "Dan membiarkanmu mengambil kekayaan ibuku? Kau bercanda."

"Terserah padamu. Yang pasti kau akan mendapatkan luka jika terus seperti itu." Kata Hyunjin mulai berjalan menjauh untuk mengakhiri pembicaraan tersebut. "Bajingan." Gumam Dahyun yang terdengar ditelinga Hyunjin.

"Dan juga, selamat. Kau akan dalam pengendalianku selama aku menjadi pacar ibu tirimu." Kata Hyunjin yang membuat Dahyun menatapnya kebingungan, ibunya pasti sudah gila untuk membuat lelaki sinting itu mengendalikannya.

TBC

The CastleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang