Chap 15

408 81 9
                                    

[Start Line]

Dahyun melepaskan ikat rambutnya, ibu tirinya pergi ke bandara diantar oleh Hyunjin dan sopir pribadi ibunya. Diambilnya sebuah barang elektronik dinakas dekat ranjangnya. Dia melihat terdapat beberapa pesan dari nomor yang tidak dia ketahui.

Nomor-nomor itu mengirimkan pesan singkat yang Dahyun tidak tahu bagaimana maksudnya. Kemudian Dahyun merasakan adanya air yang mengalir dibawah kakinya. Air itu bersumber dari luar kamarnya.

Rasa bingung dan khawatir timbul di dalam kepala dan hati Dahyun. Apa yang sebenarnya terjadi. Ketika Dahyun membuka pintu, air memasuki kamarnya dan membuatnya tenggelam.

"Hah!" Dahyun membuka matanya.

"Ah... Sial." Katanya setelah bermimpi buruk.

Pasti karena kejadian dua hari yang lalu, dibawah alam sadarnya masih merasakan rasanya tenggelam. Karena itu dia bermimpi buruk.

Dahyun melihat ke arah luar jendela kacanya tanpa berganti posisi, diluar hujan. Dengan pelan Dahyun mulai berjalan menutup jendelanya. Lagi-lagi jam dua pagi, bisakah seseorang atau sesuatu membiarkannya tidur terlelap sehari saja?

Dahyun merasa haus, dia menuju ke arah dapur tidak menyadari jika Hyunjin tengah bekerja di ruang tamu. Karena memang terhalang tembok dan sofanya tinggi.
Sementara itu Hyunjin menyadari jika dibagian dapur terdapat aktifitas lain, berkat lampu yang menyala otomatis.

Hyunjin yang merasa matanya mulai kering karena bekerja semalaman mulai melepaskan kacamatanya dan menuju ke arah Dahyun. Dahyun masih belum menyadarinya.

Memang benar kata Changbin saat Dahyun sangat fokus untuk sesuatu maka dia tidak merasakan adanya bahaya.

Hingga akhirnya Dahyun hampir tersedak karena merasakan adanya dua tangan yang melingkar diperutnya dan kepala yang bersender dibahunya. Dengan cepat Dahyun melepaskan tangan tersebut dari badannya. Dan untung saja terlepas.

"Saya pikir anda tidak mempunyai hak untuk menyentuh saya." Kata Dahyun berbalik saat berhasil melepaskan tangan kotor laki-laki itu dari tubuhnya.

"Tapi-" kalimat Hyunjin terpotong keduanya melihat sekilas sebuah cahaya yang menyembur dari langit malam yang berhujan itu.

Dahyun terlihat sedikit terkejut pada awalnya namun lebih terkejut lagi saat melihat Hyunjin yang menatapnya dengan tatapan yang melebar. Lalu terdengarlah suara gelegar besar yang membuat lantai ikut bergetar.

Lampu pun ikut mati karena dahsyatnya petir itu.

Hyunjin langsung menutup telinganya dan terjongkok karena takut, Dahyun juga takut namun tidak separah itu hingga terdiam sangat lama. "Ap-apa anda baik-baik saja?" Tanya Dahyun mendekati Hyunjin yang masih terdiam menangkan degub jantungnya.

Hyunjin tidak mengatakan apapun, namun nafasnya membuat Dahyun mengerti jika laki-laki yang penuh dengan sandiwara itu tidak sedang dalam sandiwaranya sekarang, dia benar-benar takut dengan sebuah petir yang menyambar kotanya itu.

Terlebih lagi, saat Dahyun mencoba untuk mengelus punggung pria itu, getaran degub jantungnya sangat terasa. Setakut itukah?

Hyunjin memegang tangan Dahyun dan membawa perempuan itu kepelukannya. Degupan jantung itu semakin terasa, meskipun mulai terasa normal tangan dan wajah Hyunjin masih pucat. Dahyun tidak tahu apa yang harus ia lakukan.

Keheningan menyertai kedua insan yang tengah berpelukan itu.

Hyunjin mulai merasa jika dirinya sudah tenang, dia memang membutuhkan banyak waktu untuk mengatasi hal itu. Namun, tanpa dia ketahui perempuan yang tadi ia  tarik untuk dipeluknya itu mengantuk.

The CastleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang