Chap 3

464 82 3
                                    

[Ridiculous Plan]
Hyunjin memakan makan siangnya dengan Junho yang ikut meminum air putih didepannya. "Aku dengan Lee Boyoung ingin menanam saham di perusahaanmu. Bagaimana pendapatmu tentang itu?" Tanya Junho kepada Hyunjin yang telah menelan daging steaknya.

"Aku akan membiarkannya datang dan berbicara denganku." Kata Hyunjin membuat Junjin menaikkan alisnya tidak mengerti.

"Lalu?" Tanya Junho menginginkan lanjutan dari pernyataan itu. "Aku akan membiarkannya menanam saham, dan aku akan merayunya." Kata Hyunjin membuat Junho berpikir.

"Merayu untuk mendapatkan uangnya?" Junho sedikit kebingungan dengan kalimat ambigu Hyunjin. "Untuk menjadikannya istriku." Junho menyemburkan air putihnya, anak asuhnya ini sudah kehilangan akal untuk balas dendam sepertinya. Sementara Soobin yang tadi ikut duduk membelakangi kedua orang itu ikut tersedak daging yang dimakannya.

"Apa?". "Menghancurkan perusahaan itu mudah. Dia menghancurkan perusahaan ayahku, dan menghancurkan keluargaku. Seperti katamu, permainan lebih menyenangkan saat kau berada di next level." Kata Hyunjin masih dengan tenang memakan steaknya.

"Baiklah, aku hanya membantumu balas dendam. Dengan apapun kau melakukannya, aku akan terus menyerahkannya kepadamu." Kata Junho mengelap air di mulutnya.

"Tapi, sejak dulu aku ingin tahu. Paman, siapa anda dalam hidup ayah ku?" Tanya Hyunjin merasa mempunyai keberanian untuk menanyainya sekarang.

"Aku? Hm... Hanya seorang Cleaning Service." Kata Junho membuat Hyunjin menghela nafas, Hyunjin lagi-lagi mendapatkan jawaban tidak memuaskan. Junho tidak pernah menjawabnya dengan pasti dan hanya bercanda saja. "Ya, baik."

"Aku tidak bercanda." Kata Junho membuat Hyunjin tersenyum kemudian berkata, "Cleaning Service mana yang dalam beberapa tahun langsung mempunyai perusahaan besar seperti itu?" Tanya Hyunjin kembali bertanya.

"Itu.. kau tidak akan mengerti." Kata Junho bingung untuk menjelaskan bagaimana kepada Hyunjin dan memilih untuk tidak melanjutkannya. Hyunjin yang tadinya sudah siap mendengarkan menjadi tidak ingin mendengarkan lagi. Junho bukanlah orang yang menjawab sesuatu dengan pasti, dan Hyunjin harus menjawabnya sendiri.

"Kalau begitu, aku harus pergi. Ada hal yang harus aku urus." Kata Hyunjin yang meninggalkan tempat dulu sementara Junho masih disana. "Dan juga, menikahlah, umurmu tidak muda lagi." Kata Hyunjin yang mengejek Junho, "Ya, ya."

Ketika Hyunjin meninggalkan Junho, Junho menatap punggung Hyunjin yang menjauh. "Tuan Hwang, anakmu sangat mirip denganmu. Berambisi dan sulit ditebak."

"Siapa dia?" Tanya pria paruh baya itu?

"Namanya Lee Junho." Kata Hwang Hyeri--kakak Hyunjin, memberikan sebuah kertas kepada ayahnya.

***
Dahyun membuka pintu kamarnya, semuanya terasa sepi. Ayahnya masih belum pulang dari rumah sakit, ibunya entah berada dimana. "Nona, selamat pagi."

"Selamat pagi." Kata Dahyun kemudian duduk di meja makan, dan tersadar jika terdapat surat perceraian disana. Perceraian lagi, Dahyun sudah pernah berada didalamnya. Kenapa hal ini terjadi lagi. Ayahnya dan ibunya yang asli bercerai saat Dahyun berumur sebelas tahun. Dan apa ayahnya ingin bercerai dengan istri keduanya lagi?

Dia membenci ayahnya yang berselingkuh dan membenci ibu tirinya yang tidak mencintai ayahnya. Dia ingin cepat-cepat pergi dari sana.

"Terimakasih." Kata Dahyun yang kemudian mendapatkan makanan dari pembantunya yang sudah bekerja selama tiga tahun itu. Seketika pintu rumah terbuka dan menampakkan seorang laki-laki yang datang dengan jasnya. "Ada surat perceraian untukmu." Kata Dahyun dengan lantang agar semua orang bisa mendengarnya.

Ayahnya menghela nafas dan melihat surat yang ada disamping depan Dahyun itu. "Kau tidak perlu mengatakannya." Kata ayahnya merasa lelah dengan semuanya.

"Kenapa? Ini bukan pertama kalinya kau melihat surat itukan?" Tanya Dahyun yang terlihat santai memakan serealnya dan kemudian meninggalkan ayahnya yang menatapnya tidak suka. "Perbaiki sopan santunmu." Kata ayahnya yang tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh anak semata wayangnya.

"Perbaiki pernikahanmu." Singkat Dahyun memasuki kamarnya lagi.

Dilain waktu Hyunjin sudah berada di kantornya berhadapan dengan wanita bernama Lee Boyong yang masih terlihat muda di umur tuanya. Sangat kelihatan bagaimana dia merawat tubuhnya dengan sangat baik. "Sangat senang bekerja sama dengan anda." Lee Boyoung menjabat tangan Hyunjin.

"Saya... Juga sangat senang bertemu dengan anda." Kata Hyunjin ikut menjabat tangan wanita itu.

"Benarkah?". "Tentu saja, siapa yang tidak senang saat melihat seorang wanita muda dan cantik seperti anda." Kata Hyunjin memulai misinya. Dilihat wanita itu tidak percaya dengan pujian Hyunjin dan mulai membual.

"Terimakasih atas pujian anda Tuan Hwang." Kata wanita itu dengan sedikit terayu oleh rayuan Hyunjin yang cukup mengesankan. "Oh, itu kebenaran Nona, bukan sebuah pujian."

"Nona? Anda sepertinya belum mengetahui jika saya sudah menikah." Kata Boyoung sembari sedikit tertawa karena kalimat manis Hyunjin yang membuatnya senang dalam lima detik. "Oh, maafkan saya. Apa saya terlalu lancang? Saya berharap jika anda belum menikah sebelumnya." Tanya Hyunjin.

"Hm.. tidak juga, lagi pula perkataanmu mungkin menjadi kebenaran." Alis Hyunjin terangkat, apa akan pemikirannya benar?

"Kalau begitu, saya permisi dulu." Kata Boyoung pamit pergi.

"Sekretaris Choi, tolong antarkan Nona Lee dan sekretarisnya keluar." Di dalam hati Soobin ingin memuntahkan semua makanan paginya dan pergi dari sana.

TBC

G'day mate! Click star if you like it! And don't forget to comment! Happy reading Ma Fellas

The CastleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang