Chap 8

366 77 6
                                    

[Playing With Me]

Dahyun tengah berjalan bersama Changbin setelah kelasnya selesai, perjalanan menuju tempat makan terasa sangat lama karena panas yang menyengat dan Changbin yang terus menerus mengeluh. Anak orang kaya itu tidak pernah bersyukur karena dirinya dilahirkan dengan harta berlimpah.

"Ah~ panas~ tidak bisa ya kita mengerjakannya besok saja?" Tanya Changbin yang sedari tadi rewel sekali, membuat Dahyun ingin melakban mulut dan lidahnya. "Kau pikir laki-laki tua itu akan memberimu nilai A jika kau bermalas-malas seperti itu?" Tanya Dahyun yang pandangannya teralih kepada sebuah SMS yang berasal dari asistennya.

"Siapa?" Tanya Changbin. "Aku sudah berumur 20 tahun, ingat? Aku sudah mulai berkewajiban membantu ibu tiriku untuk memberikan pendapatku pada-" Dahyun terhenti saat dia membaca SMS kedua dari asisten Im. Disana tertulis perusahaan Hyunjin yang ingin meminta bantuan untuk proyeknya, tapi Dahyun menyadari jika Hyunjin tidak memberikan apapun untuk perusahaan kosmetik ibunya.

"Halo? Asisten Im. Tolak permintaan itu, katakan saja aku menolaknya dengan alasan permintaan mereka tidak menguntungkan. Ya, terimakasih." Kata Dahyun kemudian mematikan handphonenya. Changbin yang tidak mengerti situasinya hanya menghindari pembicaraan itu, dari pada dia semakin tidak mengerti.

"Benar juga, ulang tahunmu seharusnya dirayakan pada saat itu ya?" kata Changbin bergumam, Changbin baru ingat jika seharusnya ulang tahun Dahyun diadakan pada tanggal perceraian ayah biologis Dahyun dan ibu tirinya. "Hm." Kata Dahyun mengiyakan.

Mereka berdua masuk kedalam cafe dan memesan minuman, Changbin memesankan sebuah kue redvelvet untuk Dahyun. "Ini, sedikit terlambat." Kata Changbin tidak melihat ke arah Dahyun dan mendorong piring kecil itu didepan Dahyun. Dahyun melihatnya, lalu berkata, "Terimakasih."

Baru sepotong Dahyun memakan kue manis itu, handphonenya kembali berdering itu berasal dari ibunya. "Ha-". "Kenapa kau menolaknya?! Itu dari calon ayahmu! Seharusnya kau membantunya." Marah wanita berkepala empat itu didepan handphonenya, membuat telinga Dahyun sakit.

"Saya diberi amanat dan tugas untuk melakukan pekerjaan saya dengan baik." Jawab Dahyun yang mulai mengerjakan beberapa tugasnya seperti memberi tanda kalimat-kalimat penting agar ditulis oleh Changbin lagi. "Memang apa yang salah dari saling membantu?" Tanya ibunya lagi.

"Saling membantu berarti, membantu satu sama lain. Tuan Hwang hanya meminta dan tidak memberikan apapun." Kata Dahyun yang dengan santainya kemudian memberikan Changbin beberapa foto untuk dimasukkan dipresentasi mereka. "Tuan Hwang memberikan ibu rasa senang Dahyun, apa kau tidak bisa mengerti itu?" Kali ini suara Boyoung lebih halus entah karena apa.

"Begitu? Rasa senang hanya sesaat. Tidak bisa meningkatkan kualitas perusaahan." Kata Dahyun kali ini membuat Changbin yang masih duduk menyeruput minumnya tersenyum karena cara Dahyun menanggapi omong kosong ibu tirinya sangat tajam. "Da-". "Saya sibuk, nanti saya hubungi lagi."  Tutup Dahyun terhadap panggilan setan itu.

"Kau sudah seperti CEO." kata Changbin meletakkan minumannya.

"Bagaimana?" Tanya Dahyun tidak mengerti, "Tenang dan bersih." Kata Changbin sembari memberikan gerakan tangan kecil sebagai penambah kalimatnya.

***

"Apa?" Tanya Hyunjin tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Soobin saat siang itu mendatangi kantornya. "Permintaan anda ditolak Tuan." Kata Soobin untuk kedua kalinya, dia mengeratkan genggaman jarinya terhadap dokumen di tangannya. Dia cukup ngeri dengan tatapan Hyunjin yang menatapnya bagaikan serigala.

"Beraninya dia!" Teriak Hyunjin yang kemudian melemparkan benda yang biasa ia gunakan untuk menulis di layar komputernya ke udara. "Hyun-Hyunjin.." gumam Soobin menyaksikan keyboard melayang disampingnya.

"Aku sudah melakukan semuanya! Beraninya Lee tua itu menolak permintaanku!" Teriak Hyunjin lagi memukul meja kerjanya, semua penduduk kantor yang dekat dengan kantor Hyunjin sedikit terkejut. Dan mulai berbisik-bisik takut.

"Tuan Hwang, tenangkan pikiranmu." Kata Soobin yang mencoba menenangkan teman lamanya dari kejauhan, karena dia tahu jika dia mendekat dia akan terkena pukulan dari sang raja.

Mendengar suara Soobin, Hyunjin mulai menangkan dirinya dengan pelan dan pasti. Dia benci dikhianati. "Yang menolak permintaan tersebut bukanlah Nyonya Lee Tuan." Kata Soobin yang menarik perhatian Hyunjin, mata Hyunjin melirik ke arah Soobin pelan. "Yang menolak permintaan tersebut adalah Nona Kim."

"Apa? Dia masih anak-anak bagaiman-" pintu terbuka memperlihatkan Junho yang sedari tadi menguping dari luar ruangan Hyunjin. "Aku rasa seorang Hwang Hyunjin melewatkan sesuatu." Kata Junho mengambil keyboard itu dan memberikannya kepada Soobin.

"Melewatkan apa?" Tanya Hyunjin memperbaiki setelan seragamnya. "Jika Kim Dahyun akan sedikit demi sedikit terlibat dalam kegiatan perusahaan saat umurnya 20 tahun." Kata Junho terus melangkah hingga dia bida melihat pemandangan dari balik kaca besar itu.  "Bukankah dia baru berumur 19?". "Ulang tahunnya adalah hari perceraian. Sepertinya Tuan Hwang terlalu bersemangat dan terlalu cepat untuk melangkah." Tambah Junho lagi.

"Bocah sialan." Gumam Hyunjin

"Kau mau ku beri jalan keluar yang mengasyikkan atau keluar dari permainan dan game over?" Tanya Junho masih belum menatap anak dari keluarga Hwang yang sedang kebingungan itu.

"Tidak ada kata menyerah dalam kamusku." Kata Hyunjin yang membuat Junho tersenyum.

***

Jam menunjukkan pukul 1 dimana seharusnya Dahyun sudah pulang sejak tadi malam. Tapi Changbin mengajaknya untuk pergi ke salah satu club mahal, padahal pakaiannya bisa dibilang biasa saja.

Dengan kalimat 'aku belikan baju untukmu.' kalimat penolakan Changbin sudah tidak ada artinya. Memang bukan sebuah dress, karena Dahyun tidak menyukainya. Melainkan crop top berwarna pink dengan jas putih dan hot pants putih, tidak mewah tapi terlihat pantas.

Dahyun membuka pintu rumah tanpa mengetahui jika Hyunjin sudah menunggunya sejak tadi. "Terlalu malam untuk pulang Nona." Kata Hyunjin membuat Dahyun sedikit terkejut karena lampu menyala tiba-tiba dikegelapan itu.

Dahyun memainkan matanya, malas sekali untuk melihat pria itu. "Ku dengar kau meminta bantuan dari perusahaan ibu, tanpa memberikan apapun." Dahyun mencoba untuk menyinggung hal itu, karena jujur saja hal itu cukup memalukan jika dia menjadi Hyunjin.

"Jika kau ingin membicarakan perusahaan, mampirlah ke kantorku." Kata Hyunjin berjalan mendekati Dahyun yang mencoba meminum air putih dari gelasnya.

"Tidak Sudi." Celetuk Dahyun.

"Ku dengar temanmu adalah anak kedua dari keluarga Seo ya? SEO Changbin." Kata Hyunjin yang sedikit membuat Dahyun terhenti. "Jangan libatkan dia."

Dahyun mulai mengerti sifat Hyunjin yang suka menghamburkan masalah dikehidupan orang lain.

"Aku tidak melibatkannya. Tapi jika kau tidak datang ke kantorku besok, bye-bye pada perusahaan ayahnya." Kata Hyunjin mencium bau rambut Dahyun yang harum dan lembut itu, lalu pergi ke kamar ibu Dahyun untuk tidur atau melakukan sesuatu.

Sialnya, tombol peringatan pada amarah Dahyun mulai tertekan. Rambu-rambu merah sebagai peringatan mulai menimbulkan suara bahaya.

"Bajingan dari marga Hwang..." Gumam Dahyun menghela nafasnya, tentu saja dia harus ke sana besok. Mau tidak mau suka tidak suka. Sebelum orang itu benar-benar melakukan sesuka hatinya.

TBC

Love it! And Comment! Jika kamu belum mengikutiku, follow secepatnya ya!

The CastleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang