Chap 1

688 87 5
                                    

[I've Nothing But You]

Suara sepatu terdengar bergitu cepat. Hyunjin langsung pergi berlari ketika dia mengetahui jam sudah mulai menunjukkan pergantian matahari dengan kegelapan. Untung saja orang yang menggantikan shift kerja Hyunjin langsung datang tepat waktu.

Di kepala Hyunjin hanya ada nama kakaknya dan apa yang akan dilakukan selanjutnya. Dadanya berdegup 2x lebih kencang saat dia mengetahui terdapat suara kakaknya yang menjerit ketakutan dan meminta seseorang untuk menghentikan sesuatu.

Dia membuka pintu dan melihat pecahan kaca, kakaknya yang meringkuk ketakutan dengan semua lukanya yang membiru. Sementara laki-laki yang Hyunjin tidak ingin lihat sama sekali mulai meracau tidak jelas. "Hei! Bocah! Berikan uang kepadaku!" Racaunya menampar Hyunjin.

Hyunjin memang tidak melawan saat siswa-siswa jahat tadi memukulinya. Tapi.. tidak untuk monster ini. "Jangan sentuh kakak ku!" Teriak Hyunjin sembari menendang dada laki-laki itu. Lalu meninjunya dengan gerakan yang tidak teratur.

Saat laki-laki itu terjatuh, Hyunjin menarik kakaknya ke kamar dan mengunci kamarnya dari dalam. Kakaknya menangis, dia takut atas apa yang hampir terjadi setiap hari sementara perutnya semakin lama semakin membulat. "Kak, tidak apa-apa. Aku disini." Peluk Hyunjin menenangkan perempuan yang berada 3 tahun diatasnya itu.

"Hyu-hyunjin. Ayo pergi." Kata Kakaknya yang dia angguki Hyunjin, meskipun sebenarnya Hyunjin tidak mempunyai uang untuk pindah tempat. Setelah Hyunjin merasa keadaan aman, dan laki-laki itu sudah pergi. Hyunjin menghela nafas, hingga dia tersadar kakaknya merasa kesakitan didaerah perutnya.

"Kak!" Rasa terkejutnya menjadu saat dia melihat darah mengalir keluar dari selangkangan kakaknya.

Bagaikan dunia sudah tidak mempunyai suara. Semuanya terdengar sunyi bagi Hyunjin, dia mengendong kakaknya menuju rumah sakit. Taxi terlalu mahal untuknya. Bus tidak mungkin. Lari adalah alternatif terbaik.

Kakinya merasa mati rasa, namun kakaknya mulai lemas digendongannya.

Dia merasa air mata jatuh ke pipinya, namun tidak dia hiraukan. Persetan dengan kakinya yang akan patah atau mengalami kerusakan. Dia harus pergi ke rumah sakit terdekat.

"Nak! Naiklah!" Teriak seorang pria menyadari ada yang aneh dari Hyunjin dan memberikan Hyunjin tumpangan. Hyunjin tidak berfikir banyak hal. Dia langsung menaikkan kakaknya ke arah mobil laki-laki itu.

Sampai di rumah sakit, pria tersebut menghampiri Hyunjin yang penuh dengan darah dari tangan sampai belakang punggungnya.

"Apa kau baik-baik saja?" Tanya laki-laki itu. Hyunjin mencuci tangannya dan wajahnya di wastafel kamar mandi rumah sakit. Saat ditanya dia menggelangkan kepalanya.

Pria itu ikut menyadari. Hyunjin mempunyai banyak sekali luka, luka lebam maupun yang tergores. "Kenapa tidak menelepon ambulan?" Tanya pria berjas coklat itu lagi.

"Terlalu mahal. Dan sangat lama. Kakakku tidak punya waktu untuk menunggu." Hyunjin menjawabnya dengan nada dingin, seolah dia tau jika orang di depannya itu tidak akan mengerti dengan apa yang dia bicarakan.

"Dimana ayah ibumu?"

"Bunuh diri dan meninggal." Dia terkejut dengan jawaban Hyunjin yang sangat santai dengan kalimatnya.

"Dimana kau sekolah?"

"SMP Gyuri." SMP gratis yang ditempati 178 siswa saja.

"Apa-". "Terima kasih sudah mengantarkan saya dan kakak saya. Tapi saya rasa saya tidak perlu lagi menjawab pertanyaan anda." Pria bermarga Lee itu merasa bersalah dan ingin meminta maaf atas apa yang dia lakukan.

"Kalau begitu. Selamat tinggal."

"Eh.. nak." Hyunjin terhenti, dia tau tidak ada yang benar-benar gratis didunia ini. "Saya akan membayar anda atas tumpangannya. Silahkan meninggalkan apapun." Kemudian langkah Hyunjin meninggalkan pria yang asing menurutnya.

Mata Hyunjin melihat nanar kakaknya, pikirannya kacau saat mendengar jika bayi yang dikandung mengalami keguguran. Sementara kakaknya masih tertidur ditempat tidur rumah sakit. Tagihan rumah sakit akan lebih murah, karena dia memiliki kartu penduduk kurang mampu. Tapi... Tidak ada yang bisa mengobati rasa sakit hatinya.

Dia tidak mempunyai orang lain selain kakaknya. Dia hanya mempunyai dirinya, dan kakaknya. Mengapa sulit sekali menyelamatkannya? Mengapa dia tidak bisa mengubah takdirnya?

Manusia tidak berguna.

Di tempat lain seseorang tengah meminum minuman keras dengan suara tawa dengan teman-temannya. Seperti tidak menghawatirkan apapun diantara hidupnya.

Hujan membuat suara tawa itu teredam. Dan membuat kelima orang yang tengah menikmati minuman mereka itu tidak mengetahui keberadaan seorang laki-laki yang basah kuyup melihat dari luar.

"Kim Sangyun... Mati kau." Hyunjin memukulkan sebuah botol Soju yang masih utuh ke kepala kakak iparnya itu. Bak setan yang baru saja keluar dari tubuh manusia, dia membabi buta diarea itu. Namun karena dia sendiri dia hampir dipukuli sampai mati jika sebuah mobil tidak membunyikan klaksonnya dan membuat mereka berlari terbirit-birit.

Hyunjin tidak dapat mengingat kejadian seluruhnya. Namun dia ingat seseorang berjalan ke arahnya dan mengangkatnya ke tempat yang teduh.

TBC

Click like! And Comment if you like it!

The CastleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang