Chap 4

428 75 1
                                    

[Unknown You]

Dahyun menuju ke sebuah mall untuk menemui temannya yang mengajaknya makan malam hari itu. Laki-laki yang bersamanya sejak kelas dua SMA itu beberapa kali sudah menghubunginya karena rasa bosan. "Dahyun!" Teriak seseorang membuat Dahyun yang tadinya ingin menelepon manusia itu terhenti. "Ku kira kau terlambat." Kata Dahyun duduk didepan Jisung yang sudah memesan makanan di mejanya.

"Tidak ada yang terlambat untuk sebuah makanan." Kata Changbin yang memberikan Dahyun segelas minuman soda didepannya. "Jadi ada apa?"

"Aku? Aku ke sini bukan untuk berbicara denganmu. Tapi ingin mendengarkan ceritamu. Apa benar orang tuamu akan bercerai?" Tanya Changbin yang merasa harus selalu bertanya dulu kepada Dahyun, mengingat Dahyun akan memendamnya sendiri hingga akhirnya kebingungan harus melakukan apa.

"Biarkan saja. Lagi pula jni buka pertama kalinya ayahku bercerai." Kata Dahyun membuat Changbin menghentikan aksinya menyedot minuman bersoda itu untuk sementara. "Jangan begitu, jika mereka bercerai kau akan hidup dengan siapa?" Tanya Changbin kmencoba membuat Dahyun tidak berpikir terlalu mudah.

"Kenapa bertanya?" Tanya Dahyun kepada Changbin. Mengingat sudah pasti dia akan ikut ayahnya yang sibuk itu.

"Bukankah kau bilang ibu tirimu sangat menyukaimu? Dia tidak bisa mempunyai anak, dan membutuhkan pewaris tinggalkan? Tidak mungkin dia memungut seseorang dari jalanan dan dijadikan pewaris begitu saja." Kata Changbin tidak melihat reaksi Dahyun yang ikut memikirkan hal tersebut, meskipun tidak mungkin wanita gila itu akan menariknya dari ayah biologisnya sendiri..

Tidak ada yang tidak mungkin saat hal itu terjadi. "Ah... Aku... Maksudku, kau tidak akan memilihnya jugakan?"

Dahyun terdiam cukup lama dan berkata, "Tentu saja."

Ditempat lain, wanita yang memakai kacamata yang diturunkan kebawah itu mulai menengok ke arah pintu saat seseorang berusaha masuk ke kantornya. "Permisi, nyonya Lee. Ada kiriman bunga untuk anda." Kata asisten wanita tersebut kemudian memberikan seikat bunga itu kepadanya.

"Apa ini dari..". "Benar Nyonya, ini dari Tuan Hwang." Kata asisten tersebut dan kemudian pergi setelah disuruh pergi.

Ini sudah bunga ke sepuluh sejak dua Minggu yang lalu. Namun kali ini berbeda. Ada sepucuk surat di bagian tengahnya. "Apa ini?"

'Saya ingin berbincang dengan anda. Rose, 18.30. Saya akan menjemput nona.'

"Dia benar-benar mencoba. Atau ini hanya permainannya?" Tanyanya sembari menutup buku yang ada didepannya, kemudian dia melihat ke arah jam. 17.00.

Disisi lain, Soobin tengah melihat direktur, atasannya serta sahabatnya itu tengah bersiap untuk melakukan kencan dengan seorang wanita paruh baya yang hampir seumuran dengan umur ibunya itu. "Apa ini tidak berlebihan?" Tanya Soobin.

"Kau pikir seperti itu?" Tanya Hyunjin  kembali sembari menata dasinya sekali lagi. Meskipun ia tahu yang menghiasi tubuhnya bukanlah sepotong kain yang berharga mahal dan bertugas tergantung dilehernya itu. Namun wajah tampan dan badannya yang berotot tegak itu.

"Maksudku, dia mempunyai suami, anak dan... Tua." Kata Soobin yang sudah mulai kehilangan kata-kata sopannya untuk menggambarkan orang yang akan dikencani Hyunjin itu.

"Aku setuju dalam kata tua. Tapi dia akan cerai, dan anak itu adalah anak tirinya." Kata Hyunjin kali ini menatap Soobin yang hanya bisa menghela nafas, haruskah dia menyebarkan berita bahwa Hyunjin untuk kali ini mulai gila dan semakin menakutkan? Atau harus membawa pria itu ke psikiater?

"Berhenti berpikir. Bagaimana persiapannya?" Tanya Hyunjin yamg langsung dijawab dengan Soobin dengan membaca laporan dari tempat mahal itu. "Tempat siap, makanan yang diinginkan sudah tersedia, anda bisa pergi sekarang." Kata Soobin yang memberikan kunci mobil kepada Hyunjin.

"Oke." Hyunjin langsung menyambar kunci itu dan membawanya ke arah parkiran. Untung saja Soobin tidak diperintah untuk mengantarkannya. Jika iya, maka dia membutuhkan kresek hitam untuk berjaga-jaga jika Hyunjin menggoda Boyoung dengan kata-kata manis yang tidak sepadan itu.

Jika dipikir-pikir, hal itu membuat Soobin bergidik geli. "Monitor. Raja sudah pergi." Kata Soobin menggunakan Walky Talkynya.

***

Hyunjin mengantarkan Boyoung sampai ke meja makan mereka. Boyoung mulai membuka percakapan agar dia tidak terlarut dalam kebaikan Hyunjin yang sepertinya ada baunya. "Tidak usah bertele-tele lagi, apa yang anda inginkan dari perusahaan saya?" Tanya Boyoung membuat Hyunjin mulai mengeluarkan aktingnya.

"Aku ingin menghancurkanmu."

"Saya rasa saya tidak ada niat untuk membicarakan pekerjaan saat kita berada diluar perusahaan." Kata Hyunjin tersenyum menawan membuat Boyoung luluh dengan senyum itu. Namun dia tidak boleh menunjukkannya.

"Lalu? Ada urusan apa Tuan Hwang mengundangku untuk makan malam mahal di daerah sini?" Tanya Boyoung yang mengetahui jika tempat tersebut memang dapat menunjukkan betapa kayanya Hwang Hyunjin hingga dapat mereservasi seluruh kursi disana.

"Saya ingin mengenal anda. Lebih jauh." Kata Hyunjin sang pemilik mata yang mengintimidasi secara sexy dan meyakinakan itu. "Ah, maaf. Saya gugup, belum pernah berkencan dengan seorang wanita. Saya hanya makan dengan asisten saya." Kata Hyunjin menunjukkan sisinya yang lain.

"Jadi ini sebuah kencan?" Kata Boyoung yang mulai merasa senang, sudah sejak lama dia tidak merasa seperti ini. Hyunjin merasa adanya lampu hijau disana. "Apa saya boleh mengatakan seperti itu? Saya merasa sedikit tidak sopan karena nona sudah menikah."

"Tidak apa-apa. Jika boleh jujur, saya senang mendengarnya. Lagi pula.." tangan Boyoung menyentuh tangan Hyunjin yang berada diatas meja.

"Saya akan bercerai dalam beberapa hari." Hyunjin tersenyum, begitu juga dengan Boyong. Meskipun arti dari masing-masing senyuman itu berbeda. Satu dengan yang lain.

"Ah, tapi... " Hyunjin menaikkan alisnya. Dia tidak menyukai kata tapi.

"Saya akan tetap membawa hak asuh anak tiri saya. Karena saya ingin menjadikannya pewaris tunggal perusahaan saya." Kata Boyoung yang membuat Hyunjin tidak percaya dengan hal itu. Wanita didepannya seperti tengah mempermainkannya dalam rollercoaster.

"Tentu saja. Apapun yang putri inginkan, demi cintaku." Kata Hyunjin manis sembari mengelus jari-jari wanita itu yang sudah sedikit berkerut.

TBC
     Like! Follow! Kritik dan komennya yaw!

Jangan lupa bilang, "Terimakasih telah bekerja keras!" Kepada dirimu sendiri.

The CastleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang