[Revenge Mission]
Dahyun terbangun dari tidurnya, silau sekali. Matahari menyinari tepat dimatanya, dia membalik tubuhnya dan melihat seseorang yang kemarin sangat menakutinya hingga sampai ke ujung rambutnya tengah tertidur disamping kanannya. Dahyun berfikir sebentar, benar dia harus bersandiwara dalam sandiwara.
Jika manusia didepannya itu menyukainya, walaupun sedikit. Dia akan mendengarkan, bukan? Dan menghentikan aksinya untuk mengambil uang-uang yang dia inginkan dari perusahaan ibu tirinya itu.
Dahyun memang tidak mempunyai buku yang mempelajari otak dan perilaku anak Adam di depannya itu.
Namun sebagai keturunan hawa yang melihat dari keseluruhan hati manusia untuk mencintai dan dicintai. Dia setidaknya bisa memperkirakan dan merasakan.
Mata Hyunjin terbuka, dan menatap Dahyun yang melihatnya tepat pada manik matanya. Keduanya terdiam, masih menatap satu sama lain. Dahyun yang pertama kali memutuskan pandangannya dan duduk untuk berdoa. Hyunjin yang melihat itu hanya mengawasi gerak-gerik Dahyun yang masih terduduk itu.
"Apa yang kau lakukan?" Tanya Hyunjin yang sebenarnya sudah mengetahui apa yang dilakukan oleh Dahyun. Dia seperti pernah melihat bayangan seperti itu, seperti Dejavu namun tidak tahu dimana. "Berdoa." Jawab Dahyun masih berada posisinya dan masih menutup matanya.
Dahyun kemudian membuka matanya untuk mengakhiri doanya dan melihat ke arah Hyunjin, "Jam berapa Tuan Choi akan mengantarkanku ke rumah?" Tanya Dahyun masih dengan sikapnya. Apapun rencana semuanya butuh suatu kebiasaan. "Apa kau masih marah denganku?" Tanya Hyunjin menutupi matanya dengan lengan kanannya. Dia masih mengantuk.
"Apa kau akan memaafkan begitu saja orang yang ingin membunuhmu?" Tanya Dahyun kepada Hyunjin, jujur dia masih kesal dan marah karena hal itu. Sementara Hyunjin hanya menganggapnya seperti daun yang tenggelam di kolamnya dan dia ambil untuk dibersihkan.
Tok! Tok! Terdengar suara ketukan didepan pintu kamar Hyunjin. Dahyun mendengar hal itu, awalnya dia ingin membukanya karena mengira jika itu adalah Soobin. Sampai suara wanita terdengar. "Hyunjin? Sayang?" Hyunjin yang tadinya ingin kembali tertidur terkejut dan melihat ke arah Dahyun bersamaan dengan Dahyun yang melihat ke arahnya.
Pintu memang terkunci. Mereka berdua membeku, tidak melakukan apapun. Hingga suara seorang laki-laki menyelamatkan mereka. "Nyonya Lee?" Tanya Soobin yang datang untuk membuat alasan agar wanita itu tidak datang ke kamar Hyunjin. "Dimana Hyunjin?" Tanya Boyoung.
"Oh, Tuan Hwang sedang berada di perusahaanya." Kata Soobin sembari menyembunyikan baju Dahyun di belakang punggungnya. "Kenapa tidak bisa dihubungi?" Suara samar-samar itu membuat Hyunjin melihat ke arah Handphonenya yang mati.
"Tuan Hwang sedang rapat dengan tim perencanaan, Nyonya." Kata Soobin menjawab pertanyaan tersebut dengan lancar. "Kenapa mobilnya masih disini?" Tanya wanita itu lagi.
Dahyun yang tadinya berada di depan pintu mulai mendengarkan percakapan mereka,"Saya yang mengantarkan mobil Tuan Hwang." Kata Soobin kembali menjawab pertanyaan.
"Lalu sedang apa kau disini?" Tanya Boyoung yang menaikkan alisnya, disaat itu juga Dahyun tak sengaja menjatuhkan sebuah barang di kamar Hyunjin. "Suara apa itu?" Tanya Boyoung mencurigai kamar Hyunjin. Soobin mulai mencari alasan lain dan berkata, "Tuan Hwang memelihara hewan peliharaan. Saya kemari untuk memberinya makan."
Soobin sang penyelamat.
"Oh? Benarkah? Baiklah. Kalau begitu aku pergi dulu, katakan kepada Hyunjin untuk menghubungiku." Kata Boyoung pergi dengan high heelsnya. Ketika Boyoung pergi dengan mobilnya, Soobin dapat menghela nafas dan kembali mengetuk pintu tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Castle
FanfictionPada zaman dahulu kala, terdapat sebuah kerajaan. Dikerajaan itu ada seorang prajurit yang ingin mengambil tahta dan kastil kerajaan itu. Namun dengan syarat: "Seorang pencuri tahta tidak boleh jatuh cinta kepada putri raja." Soobin menaikkan gelas...