Chap 19

577 78 2
                                    

[Date]

Matahari terik menyinari kota, sinarnya memasuki celah-celah selambu kamar Hyunjin. Dahyun terbangun mengingat hari ini dia mendapatkan kelas siang. Dilihatnya jam alarm Hyunjin yang berupa jam digital yang terduduk dinakas seberang tempat tidurnya. Pukul 9.17.

Masih ada waktu untuk bersantai, pikir Dahyun. Kemudian sedikit terkejut saat dia ingin melihat Hyunjin, Hyunjin sudah menatapnya tepat di manik mata. "Pukul berapa kelasmu dimulai?" Tanya Hyunjin membuat Dahyun sedikit gugup.

"Satu siang." Cicit Dahyun mengalihkan pandangannya. "Baguslah kalau begitu." Kata Hyunjin memeluk tubuh Dahyun yang hanya dilapisi oleh pakaian dalam bagian atas saja. "Bukankah kau harus bekerja?" Tanya Dahyun yang tidak dihiraukan oleh Hyunjin.

"Aku akan mengantarkanmu." Kata Hyunjin yang mengelus rambut Dahyun yang masih didalam pelukkannya. "Jika kau merasa bersalah tentang tadi malam. Tidak perlu melakukan itu." Kata Dahyun mendorong dada bidang Hyunjin agar dia lepas dari pelukan dan mandi.

Tapi Hyunjin tidak melepaskannya dengan mudah. "Tunggu."

"Aku bersungguh-sungguh." Kata Hyunjin meminta Dahyun agar percaya kepadanya. Dia tahu itu sulit, mengingat keadaannya seperti ini. Hyunjin tidak mudah jatuh cinta, begitu juga dengan Dahyun.

Namun, ini berbeda.

"Terimakasih, tapi kau mempunyai misi sendiri." Kata Dahyun terdengar menolak. Dahyun sebenarnya mengerti perasaan Hyunjin, karena dia merasakan hal yang sama. Tapi dia masih tidak dapat mempercayai apapun saat ini. Yang bisa dia percayai adalah saat ini Dahyun mempunyai rasa untuk Hyunjin.

Ketika Dahyun memutuskan untuk mandi Hyunjin menghela nafas dan bangkit dari posisi tidurnya ke posisi duduk. Diusapnya wajah itu kasar, benar kata Dahyun dia mempunyai misi sendiri, tidak mungkin hanya karena jatuh cinta sesaat itu dia dapat menghentikan misi itu.

Kemudian tangan Hyunjin mengulur ke arah handphonenya yang dia matikan paksa kemarin. Dihidupkannya alat komunikasi dan informasi itu, dan banyak sekali notifikasi pesan dan panggilan dari nenek lampir itu. Setelah berfikir agak lama, Hyunjin menelepon nomor itu lagi.

"Halo?"

"Darimana saja kamu? Aku kebingungan dan takut terjadi apa-apa kepadamu. Haruskah aku pulang lebih cepat? Apa terjadi sesuatu? Tuan Choi juga tidak bisa dihubungi." Boyoung bercuitan membuat Hyunjin merasa semakin lelah dipagi hari yang cerah itu.

"Hm, maafkan aku. Aku kemarin sedang sibuk karena minum dengan sesama pekerja kantor." Kata Hyunjin terdengar masih mengantuk.

"Benar begitu? Kalau begitu, akan ku suruh Bibi untuk membuatkanmu sup agar kamu tidak-"

"Tidak apa-apa. Aku sudah menyuruhnya." Kata Hyunjin terdengar dingin. "Oh? Oh, baiklah, kamu terlihat masih mengantuk. Kalau begitu sampai nanti." Kata Boyoung ingin memutuskan panggilan. Disaat itu juga Dahyun selesai dalam melakukan mandinya.

Hyunjin menatap Dahyun yang memakai handuk untuk menutup badannya sedang berjalan menuju lemari baju. "Hm, baiklah. Sampai nanti." Kata Hyunjin menutup panggilan itu.

"Ibu?" Tanya Dahyun yang diiyakan oleh Hyunjin, kemudian Hyunjin menuju ke arah kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

Sementara Dahyun memilih untuk membuat sarapan.

***
Selesai mandi Hyunjin mendapati Handphone Dahyun yang berdering tidak jelas, "Hei, ada yang meneleponmu!" Teriak Hyunjin yang sepertinya tidak terdengar oleh Dahyun. "Choi Yeonjun?" Tanya Hyunjin bermonolog.

Panggilan tersebut mati, kemudian pria yang tidak diketahui Hyunjin itu mengirim pesan kepada Dahyun.

'Kau tidak lupa janjimukan? Apa kau sudah berhasil membuatnya menyukaimu? Apapun itu, jangan lupa temui aku sebelum kelasmu dimulai ditempat kemarin .' tulis Yeonjun yang membuat Hyunjin kebingungan

The CastleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang