[Second]
"Apa kau sibuk? Ayo ke club?"
"Apa hidupmu hanya untuk bermain saja? Jangan lupa jika besok kita melakukan presentasi." Kata Dahyun menerima panggilan dari Changbin lewat saluran elektronik modern itu. Sementara itu Changbin mulai memarahinya karena terlalu kaku dan tidak bisa diajak bermain. Lalu menutup panggilannya begitu saja.
Dahyun yang masih menunggu pelanggan di toko swalayan itu mulai merasa bosan. Karena sedikitnya orang yang datang jika sudah tengah malam dan jika pun datang kebanyakan itu adalah seorang pria tua yang mabuk dan ingin terus mabuk. "Ah, aku mengantuk. Bagaimana ini?" Gumam Dahyun yang kemudian memilih untuk membasuh wajahnya.
Untung saja, besok kelas dimulai pada siang hari dan materi yang dikumpulkan sudah cukup untuk mengisi presentasi besok.
Saat terdiam, Dahyun seketika berfikir tentang ayahnya. Dimana dua sekarang? Bagaimana kehidupannya? Apakah kabarnya baik atau buruk? Hingga tanpa sadar jarinya mengetik kata ayah dalam pesan. Beberapa kata ia ketik dan dihapus kembali.
Dia tidak yakin jika ayahnya ingin menerima panggilan atau pesannya. Setelah apa yang terjadi.
Helaan nafas kemudian terdengar, dia menyerah untuk menghubungi pria yang dia sayangi tersebut. Setelah dikecewakan sebanyak dua kali, seharusnya dia berhenti dan pergi.
Ibunya langsung melompat dari kapal pesiar ketika ayahnya mengakui dia berselingkuh dengan gadis lain.
Dia tidak bisa melupakan perasaan jiwanya terjatuh dari tubuhnya sendiri. Sesuatu yang hilang dan menusuk hatinya saat itu, dia tidak bisa membatu. Terlebih lagi saat itu dia masih kecil dan terkejut sekali.
Sejak saat itu dia membenci air, bahkan tidak bisa berenang karena takut tenggelam.
Lalu ayahnya membawanya ke rumah besar milik Lee Boyoung. Memang, perempuan itu tidak berbuat jahat kepadanya tapi dia tidak menyukai caranya hidup. Terlalu berlebihan dan melebih-lebihkan.
Dan sekarang, dia menjadi selingkuhan dari selingkuhannya selingkuhan ayahnya.
Lucu.
Tok! Tok! Seseorang membangunkan Dahyun dari lamunannya. Saat Dahyun berdiri dan melihat orang yang membeli sebuah bir itu, matanya terpaku karena terkejut. Bak radar air yang mencari airnya. Hyunjin berdiri didepan meja kasir dimana Dahyun berada.
"Ku dengar wanita kedua ku tidak ada dirumah. Jadi aku mencarinya dan menemukannya disini." Kata Hyunjin yang memberikan uangnya saat Dahyun selesai menghitung bir Hyunjin. Tentu saja, Hyunjin mempermainkan uangnya seperti penjual es krim turki di samping alun-alun itu.
Kanan, kiri, atas, bawah. Hingga Dahyun menunjuk ke arah mejanya agar Hyunjin menaruh uang itu dimeja saja. "Hehe, menyenangkan juga."
"Kembaliannya-". "Bagaimana jika kau mengembalikannya dengan ikut denganku sebentar saja?" Tanya Hyunjin menyuruh Dahyun untuk mengikutinya menuju mobil. Dahyun merasa tidak suka dan menolaknya.
"Pemilik toko akan memarahiku jika aku keluar meninggalkan toko." Kata Dahyun yang belum menurunkan uang kembalian Hyunjin, bertujuan agar Hyunjin menyerah saja dan mengambil uangnya, lalu segera pulang.
"Dimana cctvnya?" Tanya Hyunjin yang mencari adanya cctv disana, dan ternyata berada tepat di samping Dahyun. Dia memberikan kartu tanda penduduknya untuk dilihat oleh pemilik toko nantinya. "Ayo." Kata Hyunjin menunggu Dahyun.
"Jika pemilik toko ini mengetahui aku menyuruhmu pergi untuk 'sementara', dia tidak akan memarahimu." Kata Hyunjin membuat Dahyun mengingat jika Hyunjin merupakan salah satu orang yang berpengaruh disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Castle
FanficPada zaman dahulu kala, terdapat sebuah kerajaan. Dikerajaan itu ada seorang prajurit yang ingin mengambil tahta dan kastil kerajaan itu. Namun dengan syarat: "Seorang pencuri tahta tidak boleh jatuh cinta kepada putri raja." Soobin menaikkan gelas...