Chap 12

420 76 3
                                    

[The Weakness]

Setelah Jisung pergi, Dahyun menghentikan ciumannya dan menatap Hyunjin yang tersenyum kepadanya, "Apa sekarang kau telah mengakui ku sebagai pacarmu?" Tanya Hyunjin, yang membuat Dahyun menghela nafas dan berkata, "Jangan terlalu percaya diri. Aku hanya melindungi diriku." Kata Dahyun berjalan mendahului Hyunjin.

Namun ditangkap oleh Hyunjin agar tidak pergi terlebih dahulu, "Sepasang kekasih harus berjalan bergandengan saat kemanapun." Kata Hyunjin kemudian menggandeng Dahyun pergi dari club itu dan menariknya menuju mobil. "Lepaskan!" Kata Dahyun mencoba untuk melepaskan tangannya dari genggaman Hyunjin.

Hyunjin melepaskannya kali ini.

Dahyun mengelus pergelangan tangannya, bagaimana seseorang bisa begitu kasar padahal hanya menarik tangannya saja. Bahkan jari-jarinya bisa saja memutih jika itu dibiarkan. "Dimana ibu?"

"Jika kau ingin tahu kenapa kau tidak mengikutiku?" Tanya Hyunjin membuka pintu depan mobilnya. "Tidak." Dahyun berjalan melewati mobil Hyunjin begitu saja, tapi hanya beberapa langkah, Hyunjin sudah mengetahui cara memberhentikan sifat keras kepala Dahyun.

"Kau tidak tahu dia dalam posisi aman atau tidak bukan?" Dahyun mulai memutar otak, Hyunjin tidak mungkin menyakiti ibunya. Tapi kalau dilihat dari derajatnya dan ketidakpeduliannya selain harta....

"Anak baik." Kata Hyunjin ketika Dahyun berbalik dan memasuki mobil mewahnya, Changbin yang tadinya ingin melihat bagaimana keadaan Dahyun menjadi linglung karena manusia itu sudah hilang dengan sendirinya.

"Semoga saja dia baik-baik saja."

Sementara itu, Hyunjin tengah menyetir dengan tangan kirinya yang disandarkan di jendela kaca mobil yang tertutup. "Katakan rencanamu setelah ini apa." Kata Dahyun ingin mengetahui rencana Hyunjin yang masih terlihat ambigu dan tidak pasti.

"Jika aku mengatakannya, bukankah itu berarti aku akan game over?" Tanya Hyunjin tidak berhenti ketika lampu merah masih berjalan ditengah kota itu. "Baik. Lalu apa tujuan utamamu datang ke keluargaku?" Tanya Dahyun yang menyadari adanya pistol didasbor dan membidikkannya ke arah Hyunjin.

Hyunjin menyadarinya, namun hanya diam dan mengikuti alurnya.

"Suatu hari, seorang anak kecil berumur sepuluh tahun mendapati jika dia tidak lagi dapat meminta apapun dari orang tuanya." Kata Hyunjin mulai bercerita, Dahyun tidak memperhatikan jalan karena terfokus kepada kalimat Hyunjin.

"Tanpa ia ketahui, masalah tersebut merupakan butterfly effect didalam kehidupan keluarganya. Ibunya meninggal karena sakit. Ayahnya bunuh diri. Dan dia tinggal dengan kakaknya." Lanjut Hyunjin berbelok hingga mereka berada di depan rumah Hyunjin.

"Kakaknya menikah dengan pengusaha kecil yang ikut bangkrut dan mulai memukulinya. Kakaknya keguguran, dan meninggal. Hingga keajaiban datang kepada anak kecil itu dan menemukan titik kotoran dari awal kerusakan itu terjadi." Kata Hyunjin mengangkat tangannya hingga mereka berada di dalam rumah.

"Berhenti berbasa-basi. Dan katakan!" Kata Dahyun bersiap untuk menembak Hyunjin. Hyunjin memiringkan kepalanya dan mulai berhitung, "3,2,1!"

Dor! Dahyun menutup matanya.

Dan ketika dia membuka mata..

Badan Hyunjin

Masih baik-baik saja.

"Kau tahu Nona? Aku sudah membunuh dua sampai tiga orang dengan peluru tersebut. Jadi... Pistol itu kosong." Kata Hyunjin melemparkan pistolnya dan mengunci pergerakan Dahyun. "Kau...tidak bisa bermain-main dengan seorang penjahat."

Hyunjin menariknya, menuju kolam renang. Sungguh rencana baik Hyunjin menanyakan apa yang Dahyun takutkan dan apa yang akan membahayakan diri Dahyun dalam hitungan detik. "Jangan!" Teriak Dahyun.

The CastleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang