3

1.4K 181 7
                                    

***

UGD penuh, suara sirine ambulans bersahut-sahutan dengan erangan kesakitan dan suara para tenaga medis yang sedang bekerja. Satu persatu ranjang mulai terisi oleh pasien yang kesakitan. Luka bakar, patah tulang, sesak nafas, semua orang terluka disana mengerang kesakitan.

Dr. Jung yang baru saja tiba di UGD masih terengah, ia bergegas menghampiri meja perawat, menanyakan pasien atas nama Lalisa Jung disana.

"Tidak ada-"

"Ah tidak perlu, aku sudah menemukannya," potong dr. Jung yang selangkah berikutnya langsung menghampiri seorang gadis dengan rompi anti peluru duduk di salah satu kursi– di luar UGD. Entah apa yang di pikirkan gadis itu, tapi Lalisa Jung justru memilih duduk di luar, memperhatikan ambulans-ambulans yang datang dibanding berbaring dan menerima perawatan. "Ya! Lalisa Jung!" seru dr. Jung, yang sekarang berdiri geram di sebelah Lisa.

Sementara itu, Jiyong yang baru sampai di UGD, bertanya pada seorang perawat mengenai adik dr. Jung– "dimana adik dr. Jung di rawat?" tanya Jiyong, namun perawat yang ia tanyai justru mengatakan kalau dr. Jung ada di luar sekarang.

Jiyong menghampiri dr. Jung di luar, namun saat ia melihat adik dr. Jung itu, betapa terkejutnya ia karena menyadari kalau Lisa yang duduk di sana ternyata adalah Lisa yang ia temui di stasiun.

"Sudah berapa kali aku bilang kalau kau harus berhenti dari pekerjaanmu!" bentak dr. Jung.

Jiyong tidak terkejut karena suara dr. Jung, ia sudah berkali-kali mendengar pria itu membentak orang lain. Tapi Jiyong benar-benar membeku disaat matanya bertemu dengan mata Lisa. Keduanya saling tatap, saling mengenali, memang hanya beberapa detik namun terasa begitu lama untuk Jiyong. Saking lamanya, Jiyong merasa ia bisa menyelami mata gadis itu dalam-dalam.

"Lama tidak bertemu," sapa Lisa, yang kemudian bangkit dan menyapa Jiyong. Tangan kanannya ia pakai untuk menjabat tangan Jiyong, sedang tangan kirinya ia pakai untuk berpegangan pada bahu kakaknya.

"Oh, ya... Lama tidak bertemu,"

"Tidak ku sangka kita akan bertemu disini, tapi maaf, aku harus bicara dengan dr. Jung sebentar," lanjut Lisa, yang lantas tersenyum kemudian berpaling, merangkul tangan Kyungho dan mengajaknya pergi begitu Jiyong selesai membalas senyuman serta jabatan tangannya.

"Dokter apa dia? Apa dia temanmu, oppa?" bisik Lisa, yang justru melupakan niatan awalnya berada disana. Perhatiannya teralihkan hanya karena seorang bernama Kwon Jiyong itu.

"Gadis gila," umpat sang kakak yang justru menyentil dahi adiknya. Jung Kyungho melangkah mundur, ia memberi jarak agar Lisa tidak bisa berbisik padanya kemudian memperhatikan tubuh gadis di hadapannya itu dengan seksama– memastikan tidak ada satupun luka di tubuhnya. Tapi sialnya, alasan Lisa datang kesana justru karena kakinya yang terluka– luka terbuka yang cukup parah, yang sebenarnya mustahil untuk di abaikan bagi manusia normal. "Kakimu perlu di jahit," ucap Kyungho sembari melihat kaki kiri Lisa yang terluka.

"Ah! Memang itu alasanku datang," jawab Lisa, bersamaan dengan datangnya seorang perawat yang meminta dr. Jung untuk segera mengecek seorang pasien darurat.

"Ya! Dr. Kwon! Tolong obati luka di kakinya! Hanya butuh beberapa jahitan," susul dr. Jung, menyerahkan Lisa kepada asisten dokternya yang sudah beberapa kali di buang dokter senior lainnya karena terlalu payah.

Sementara dr. Jung pergi ke UGD mengobati pasien lainnya, Jiyong justru mengajak Lisa ke ruang istirahat para dokter. Pria itu berdalih karena UGD terlalu ramai dan ruang istirahat dokter akan jauh lebih tenang. Tentu ruang istirahat akan jauh lebih tenang untuk berbincang.

Band AidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang