21

1K 137 4
                                    

***

Di dalam mobil yang terparkir cantik di depan sebuah rumah, Lisa duduk di belakang roda kemudi. Gadis itu tengah menunggu Jiyong yang hari ini pulang ke rumahnya. Kalau saat itu situasi dirumah Jiyong sedang baik-baik saja, Jiyong pasti akan mengenalkan Lisa pada keluarganya. Tapi karena situasinya yang tidak sedang baik-baik saja, mengenalkan Lisa sekarang justru akan memperkeruh suasana. Jiyong pasti akan luar biasa marah kalau ibunya menyalahkan Lisa seperti bagaimana ibunya menyalahkan Nara.

Sembari menunggu, kaca jendela mobil Lisa di ketuk dan gadis itu menoleh ke arahnya. Ayah Jiyong berdiri disana, dan bagaimana Lisa bisa mengenali pria paruh baya itu? Karena ia pernah melihat foto pria itu di handphone Jiyong.

"Karena saat ini keadaan sedang sangat tidak baik, boleh aku meminta bantuanmu?" tanya tuan Kwon setelah berbasa-basi. Pria itu baru saja pulang, ia bahkan belum masuk ke rumahnya saat mengetuk jendela mobil Lisa tadi. Tuan Kwon buru-buru pulang karena Dami menghubunginya, mengatakan kalau Jiyong akan datang dan mungkin membuat keributan di rumah.

"Tentu, apa yang bisa ku bantu? Aku akan melakukannya, kalau aku bisa," jawab Lisa seadanya. Sudah hampir satu jam Lisa menunggu di luar dan ia senang karena akhirnya ada orang yang mengajaknya bicara. Menunggu selama satu jam tentu bukan hal yang menyenangkan, bagi siapapun itu.

"Aku berada dalam posisi sulit sekarang, aku tahu kalau Jiyong dan eommanya sama-sama terluka selama ini, tapi kalau disuruh memilih siapa yang harus ku bela, aku tidak bisa membela Jiyong. Sebagai orangtua, sulit untuk melihat anak mereka tersiksa, dan akhirnya aku tahu kalau selama ini Jiyong tersiksa karena tuntutan kami terhadapnya. Aku mengerti perasaan Jiyong, dan akan membiarkannya memilih masa depannya sendiri. Tapi, apa yang ku katakan sekarang belum bisa dipahami istriku. Istriku juga sakit karena keputusan Jiyong, dia masih butuh waktu untuk mengerti, jadi aku tidak bisa membela Jiyong dan menyuruh istriku diam lalu membiarkan Jiyong melakukan apa yang ia inginkan,"

"Ah... Anda berada di posisi yang sangat sulit," komentar Lisa dan tuan Kwon menganggukan kepalanya. Saat terjadi benturan diantara orangtua dan anak, tentu orangtualah yang paling kesulitan. Jiyong bisa saja mencari hiburan diluar setelah bertengkar di rumah, tapi kemewahan itu tidak bisa di dapatkan oleh nyonya Kwon. Ia telah mencurahkan seluruh sisa hidupnya untuk Jiyong dan harapannya direnggut begitu saja. Lisa memahaminya, karena ia sendiri butuh waktu satu tahun untuk bisa memperbaiki hubungannya dengan ibunya. Butuh waktu satu tahun sampai Lisa bisa membuktikan pada ibunya kalau ia telah memilih jalan yang benar. 

"Hm... Karena itu, tolong bantu aku menghibur Jiyong setelah ini," lanjut tuan Kwon. "Aku tidak berharap Jiyong akan kembali ke rumah sakit, aku juga tidak berharap Jiyong akan sukses dengan musik yang dia pilih. Aku hanya ingin Jiyong merasa punya rumah untuk pulang saat ia lelah, pada kami, atau mungkin padamu. Tolong aku, aku bisa menitipkan putraku padamu kan?"

"Ya, aku akan selalu menyambutnya kalau dia pulang padaku," jawab Lisa bersamaan dengan keluarnya Jiyong dari dalam rumah.

Pria itu belum mengatakan apapun, awalnya ia hanya menatap Lisa kemudian mengalihkan pandangannya pada ayahnya. "Dia tidak ada hubungannya dengan keputusanku, appa," ucap Jiyong, berfikir kalau tuan Kwon sedang menegur Lisa. Ia tidak benar-benar tahu apa yang Lisa dan ayahnya bicarakan sebelumnya.

"Aku tahu," jawab tuan Kwon. "Kau sudah akan pergi?"

"Hm... Eomma sedang menangis, masuklah appa," suruh Jiyong dengan tangan yang sudah menggenggam erat tangan Lisa. Jiyong khawatir Lisa akan tersinggung karena ucapan ayahnya. Jiyong khawatir Lisa akan meninggalkannya karena baru saja dimarahi ayahnya. "Dia tidak memaksaku untuk berhenti jadi jangan menyalahkan-"

"Aku akan membiarkanmu sekarang, tapi kalau nanti pilihanmu tidak berjalan dengan lancar, pulanglah," potong sang ayah yang kemudian berpamitan– menepuk bahu Lisa dengan lembut– dan masuk ke dalam rumahnya. Kini ia punya tanggungan untuk menghibur istrinya yang terluka.

Setelah ayahnya pergi, Jiyong bertanya pada Lisa tentang apa saja yang ayahnya itu katakan. Namun Lisa tidak memberitahu Jiyong yang sebenarnya, gadis itu hanya bilang kalau ayah Jiyong menyukainya dan kemungkinan besar akan merestui mereka.

"Kalau nanti tiba-tiba oppa ingin menikah denganku, oppa hanya perlu mencari restu Kyungho yang keji itu, aku sudah dapat restu appamu," canda Lisa yang kemudian memberikan kunci mobilnya, menyuruh Jiyong menyetir dan bergegas berangkat ke tempat tujuan mereka– gunung. Bulan lalu mereka sudah pergi ke pantai dan bulan ini Lisa menawarkan gunung sebagai tempat liburan mereka.

"Aku juga punya restu Kyungho hyung," balas Jiyong disaat mereka berdua berdiri di depan pintu mobil masing-masing– Jiyong di depan pintu pengemudi dan Lisa didepan pintu penumpang. "Oppamu hanya berpura-pura tidak setuju,"

"Sepertinya oppa belum mengenal si keji Kyungho dengan benar," balas Lisa. Sembari menemani Jiyong mengemudi ke gunung, Lisa memutar lagu di handphonenya. Gadis itu juga membaca beberapa pesan disana, memberi Jiyong sedikit waktu untuk bernafas dan menenangkan dirinya. Bertengkar dengan orangtua juga sangat berat bagi anak, Jiyong berada diposisi serba salah– antara menjadi anak durhaka atau tersiksa dalam kekangan, dan karena usianya sudah hampir tiga puluh tahun ia jadi lebih tersiksa lagi.

"Lisa-ya,"

"Hm?"

"Sekarang..."

"Ya?"

"Sekarang aku merasa jadi seperti anak-anak yang terperangkap dalam tubuh orang dewasa,"

"Hm... Oppa memang begitu,"

"Apa itu sangat salah?"

"Tidak," jawab Lisa, masih sembari membaca pesan-pesan di handphonenya. Ia tidak menoleh, karena Jiyong mungkin tidak nyaman kalau ia melihat wajah sedihnya itu. "Semua orang begitu, tapi tidak semua orang mau mengambil resiko. Lihat teman-temanmu, mereka sama sepertimu, mereka tersiksa dengan pekerjaan mereka, tapi tidak mau melepaskan pekerjaan mereka untuk bermusik denganmu. Menurutmu kenapa mereka begitu? Karena mereka sudah nyaman dengan pekerjaan mereka? Atau karena mereka takut mengecewakan keluarga mereka? Mereka bilang begitu tapi itu hanya alasan. Mereka tidak ingin melepas semuanya sekarang karena mereka takut kehilangan segalanya setelah gagal. Tidak ada orang yang ingin mengulang semuanya dari nol, tapi oppa tidak perlu khawatir, oppa memilikiku, tidak akan ku biarkan oppa kehilangan segalanya,"

"Wah... Aku jadi ingin menangis karena tersentuh," balas Jiyong, yang enggan menunjukkan rasa bersyukurnya dengan terlalu jelas. "Terimakasih," tambah pria itu sembari mengusap lembut rambut Lisa– tanpa menoleh tentunya, Jiyong masih terus menatap jalanan di depannya dengan mata yang sedikit berair.

"Whoa! Video Tell Me Goodbye yang ku unggah bulan lalu sudah diputar empat puluh satu juta kali. Sudah ku bilang kan kalau lagu itu bagus!" seru Lisa sembari melihat layar handphonenya.

"Kau benar-benar mengunggahnya?" tanya Jiyong, yang tidak begitu ambil pusing tentang kemana lagu-lagunya pergi. Selama ini, pria itu hanya menulis apa yang ingin ia tulis dan Lisa yang memutuskan kemana lagu-lagunya akan berakhir.

"Kalau begini, kita tidak perlu bekerja ke agensi, kita buat saja agensi sendiri? Lalu debutkan penyanyi yang bisa menyanyikan lagumu. Tapi aku tetap ingin menjual lagumu pada Big Bang, membayangkan G Dragon menyanyikan lagumu, lalu TOP, whoa... Pasti seksi. Kalau G Dragon menyanyikan lagu Stay sembari menari di kelab- whoa membayangkannya saja menyenangkan," oceh Lisa sedang Jiyong hanya melirik sesekali, memperhatikan gadis di sebelahnya.

"Sejak kapan kau tahu Big Bang?"

"Siapa yang tidak tahu Big Bang? Semua orang tahu mereka, walau aku baru benar-benar peduli pada mereka setelah mendengar oppa menceritakannya. Sepertinya aku akan menyukai semua yang oppa suka," jawab Lisa yang kemudian menyandarkan kepalanya pada Jiyong. "Jadi oppa, maukah kau menjual lagumu pada Big Bang? Mau ya? Agar aku punya alasan bertemu dengan mereka, datang ke konser atau acara mereka tidak cocok untukku,"

"Aku lihat Kyungho membawa tiket konser MADE tadi pagi,"

"Sungguh?! Curi tiketnya untukku! Ku mohon,"

Jiyong terkekeh, menyuruh Lisa membuka dasbor mobilnya dan mengantar Lisa untuk menemukan tiket konser yang ia bicarakan. Seingat Jiyong, dialah yang pertama kali mendengarkan lagu Big Bang saat mandi, tapi sekarang justru kekasihnya yang tergila-gila pada lima penyanyi hip hop itu. Walau begitu, setidaknya Lisa telah membuat hari-hari Jiyong terasa menyenangkan, dan karena Lisa telah membuatnya bahagia, Jiyong ingin membuat Lisa lebih bahagia lagi.

***
Tamat

Band AidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang