6

1K 143 5
                                    

***

Pagi ini Lisa kembali ke ruang istirahat para dokter. Di ruangan itu ada dua ranjang tingkat, satu ranjang di sisi kanan dan satu ranjang lainnya di sisi kiri ruangan. Diantara kedua ranjang itu ada sekitar delapan meja kerja yang disusun berhadapan. Ada sebuah laptop dan setumpuk buku hampir di setiap mejanya. Seorang profesor seperti Kyungho punya ruangan sendiri, sedang ruangan itu hanya untuk para dokter yang jabatannya belum terlalu tinggi.

Jiyong sedang duduk di kursinya ketika Lisa datang. Gadis itu meminta maaf karena membuat Jiyong tidak bisa pulang, namun Jiyong tidak keberatan karenanya. Jiyong justru senang karena kalau Lisa tidak menghubunginya pagi tadi, ia yang akan lebih dulu menelepon Lisa.

"Tidak apa, dr. Jung memintaku untuk menjadi doktermu sampai kakimu sembuh, kalau kau tidak meneleponku pagi tadi, aku yang akan meneleponmu," jawab Jiyong sembari mempersilahkan Lisa untuk duduk di kursi lain, di depannya.

"Kyungho oppa memberi oppa nomor teleponku?" tanya Lisa dan Jiyong menganggukan kepalanya.

"Aku memberitahunya kalau sepatumu tertinggal disini," jawab Jiyong. "Kurasa dr. Jung belum mengembalikan sepatumu?"

Lisa menganggukan kepalanya, mengatakan kalau Kyungho mungkin lupa membawa sepatunya kemarin. Tapi karena Lisa ingat untuk membawa sepatu Jiyong, pagi ini ia mengembalikan sepatu Jiyong sembari memberi pria itu segelas latte yang tadi dibelinya.

"Bagaimana kau tahu kalau aku suka latte?" tanya Jiyong, membuat Lisa langsung memutar bola matanya.

"Karena aku mencari tahu?" jawab Lisa, karena berbohong kalau ia hanya menebak pun tidak ada gunanya sekarang– karena Jiyong mengetahui pekerjaannya. "Aku tidak perlu mengatakan alasanku mencaritahu kan?" jawab Lisa, menggiring Jiyong untuk percaya kalau ia tertarik padanya. Jiyong tidak boleh tahu kalau Lisa tidak sengaja menemukan data-data tentang Jiyong saat mencaritahu tentang Nara pagi ini.

"Ah, pekerjaan membuatmu bisa tahu segalanya tentangku?" tanya Jiyong dan Lisa menganggukan kepalanya.

"Aku tahu semua yang kau beli dengan kartu debitmu, aku tahu catatan keuanganmu, tempat-tempat yang kau kunjungi, nomor-nomor yang kau hubungi, bahkan catatan kesehatanmu," jawab Lisa– yang secara tidak langsung mengatakan kalau ia tidak bisa mengakses lebih dalam kehidupan pribadi Jiyong. "Bagaimana? Oppa tidak bisa lari dariku,"

"Kenapa aku harus lari darimu?" balas Jiyong yang sekarang memperhatikan kaki Lisa, lagi-lagi gadis itu memakai rok pendeknya. Mungkin memakai celana akan sedikit sulit baginya, tapi sebenarnya Jiyong berharap ia tidak perlu melihat paha dan lutut Lisa pagi ini. "Jadi, apa kakimu sakit? Kemarin malam dr. Jung-"

"Augh! Dr. Jung benar-benar keji!" seru seorang dokter yang baru saja masuk ke ruang istirahat itu sembari membanting pintu di belakangnya– menginterupsi obrolan Jiyong dan Lisa disana. "Hyung! Dr. Jung benar-benar jahat! Dia mengomeliku di depan pasien sakit jantung sampai si pasien itu sesak nafas karena mendengarnya berteriak!" cerita dokter itu, sedang Jiyong hanya melirik Lisa dan berharap temannya itu akan diam.

"Dokter?"

"Dr. Jang,"

"Dr. Jang, maaf tapi aku juga sesak nafas mendengar suara anda," ucap Lisa– dengan senyum canggung pada dokter yang baru saja mengeluh itu, membuat si dokter akhirnya sadar akan kehadiran Lisa disana.

"Astaga," kejut dr. Jang Hyunseung. "Maaf, aku tidak sadar kalau ada orang lain disini, tapi... Siapa?" bisik Hyunseung, yang melirik Jiyong dengan wajah gugup dan jahilnya. Gadis ini pasti kekasih Jiyong, cantik dan menarik seperti tipe ideal Jiyong– pikir Hyunseung. 

"Pasienku," jawab Jiyong. "Adik dr. Jung," tambahnya membuat Jang Hyunseung langsung menutup mulutnya sendiri. Pria itu mungkin sedang mengumpat dalam hati sekarang, menyesali ucapannya.

Band AidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang