19

948 145 32
                                    

***

Sudah lima menit Jiyong menunggu Lisa di depan gedung apartemennya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah lima menit Jiyong menunggu Lisa di depan gedung apartemennya. Semalam, setelah menonton film kemudian pulang ke rumah masing-masing– Lisa ke rumahnya sendiri dan Jiyong ke rumah Kyungho. Pagi ini, Lisa punya janji dengan seseorang yang tidak Jiyong ketahui dan sore ini Jiyong menunggu Lisa pulang di depan apartemennya.

Jiyong tidak tahu, kalau orang yang Lisa temui pagi ini adalah Nara. Jiyong tidak tahu kalau Lisa masih punya urusan dengan Nara terkait masalah Jaewook. Hari ini Lisa datang menemui Nara, menanyakan tentang Jaewook padanya dan tidak mendapat hasil apapun. Bayangannya tentang hubungan romantis diantara Jaewook dan Nara ternyata tidak terbukti. Nara mengenali Jaewook, namun pria itu hanya menghubungi Nara karena informasi yang Nara berikan. Nara bilang ada beberapa anak yang kecanduan narkoba setelah mengkonsumsi suplemen-suplemen aneh yang dijual secara online. Anak-anak pintar yang tidak tahu kalau suplemen penguat konsentrasi itu ternyata narkoba.

Sore ini, begitu mobil Lisa terlihat memasuki area parkir apartemen, Jiyong bergegas menyembunyikan bunga yang ia bawa di belakang punggungnya. Pria itu masih berdiri di depan gedung apartemen, masih menunggu Lisa mendatanginya. Namun orang pertama yang datang justru Yeonseok. Pria itu keluar dari mobil yang sama dengan Lisa.

"Ya! Kau akan pergi kemping besok?" tanya Yeonseok begitu ia berdiri di hadapan Jiyong. "Kalau kau dan Lisa pergi kemping, lalu Kyungho dan Sooyoung juga pergi bermain golf, lalu apa yang harus ku lakukan dirumah sendirian?" keluh Yeonseok, yang sepertinya baru saja mendengar rencana kemping itu dari Lisa.

"Pergilah ke rumah sakit hyung, kau tidak akan kesepian disana," jawab Jiyong, membuat Yeonseok lantas mengumpat padanya. Besok adalah hari libur yang Yeonseok tunggu-tunggu, tentu pria itu tidak ingin pergi ke rumah sakit di hari liburnya.

"Oppa! Kenapa kau ada di depan pintu?" tanya Lisa, yang langsung memeluk Jiyong begitu ia tiba di depan gedung apartemen. Kekecewaannya karena tidak mendapatkan informasi apapun dari Nara membuat Lisa sangat ingin memeluk seseorang. "Aku lelah, aku sudah ke rumah sakit, meminjam peralatan kemping Mido eonni- oh? Apa ini? Untukku?" tanya Lisa, yang langsung menemukan buket bunga kecil dari pegangan Jiyong di belakang punggungnya.

"Apa pasangan baru selalu menggelikan begini?" cibir Yeonseok, yang dengan status lajangnya langsung meninggalkan pasangan itu. Lebih baik dia naik, menonton film di kamarnya atau sekedar tidur dibanding harus melihat sepasang kekasih bermesraan.

Lisa bertanya alasan Jiyong tiba-tiba memberinya bunga. Lisa pikir hari itu adalah hari spesial bagi Jiyong, tapi ternyata siang ini Jiyong pergi menemui kakaknya dan di perjalanan pulang pria itu bertemu seorang nenek penjual bunga. Jiyong kasihan melihat nenek penjual bunga itu, jadi ia membeli bunganya– agar si nenek bisa segera pulang dari stasiun.

"Stasiun di ujung jalan sana?" tanya Lisa dan Jiyong menganggukan kepalanya. "Ah... Aku tahu nenek itu, dia sengaja berjualan disana karena menunggu putranya. Putranya tertabrak kereta beberapa tahun lalu, mungkin dua tahun lalu? Dan dia selalu disana untuk menemani putranya,"

"Bagaimana kau tahu? Ah... Haruskah aku tidak membelinya? Nenek itu pasti ingin lebih lama berada disana, haruskah ku kembalikan saja?" komentar Jiyong namun Lisa buru-buru mengambil bunga yang Jiyong berikan dan memeluknya. Gadis itu juga memeluk lengan Jiyong bersamanya.

"Ini milikku sekarang," ucap Lisa yang kemudian mengajak Jiyong untuk segera naik ke apartemennya. Tidak menyenangkan mengobrol di depan gedung sembari berdiri seperti itu. Berbincang di atas ranjang atau sekedar menonton TV akan jauh lebih menyenangkan.

"Aku juga?" tanya Jiyong dan Lisa menganggukan kepalanya dengan bersemangat.

"Tentu saja, tidak usah berpura-pura tidak tahu. Oppa milikku," jawab Lisa.

Sepasang kekasih itu kemudian masuk ke dalam lift. Dan beberapa detik setelah pintu liftnya tertutup, Lisa mengangkat kepalanya kemudian mencium Jiyong tepat di bibirnya.

"Oh? Apa itu?" tanya Jiyong, sama sekali tidak menduga akan mendapatkan ciuman tiba-tiba itu.

"Uhm... Sogokan?" gumam Lisa dan Jiyong jadi semakin bingung karenanya– walau Jiyong tetap tersenyum karena ciuman itu. "Aku baru saja melakukan sesuatu yang sepertinya tidak oppa sukai," tambah Lisa bersamaan dengan getar di handphone Jiyong.

Pria itu masih mendengarkan Lisa, masih menunjukan perhatiannya pada Lisa. Masih melihat Lisa dengan senyumannya yang mempesona. Namun sebelah tangannya tetap merogoh saku, tetap ingin tahu siapa yang meneleponnya saat ini.

"Aku baru saja menemui Nara di rumah sakit," jawab Lisa bersamaan dengan tertangkapnya nomor telepon Nara di layar handphone Jiyong. "Sebelum dia yang memberitahu oppa alasanku menemuinya, bolehkah aku menjelaskan lebih dulu?" tanya Lisa dengan wajah seriusnya. Gadis itu masih memeluk lengan Jiyong dengan tangan kirinya, sedang tangan kanannya meremas kuat buket bunga pemberian Jiyong. Lisa khawatir apa yang ia katakan sekarang justru akan melukai perasaan Jiyong.

"Jelaskan," ucap Jiyong yang menolak panggilan itu kemudian menyimpan kembali handphonenya di dalam saku celananya.

Mereka berdiri berdampingan di dalam lift yang sekarang pintunya terbuka. "Aku baru saja tahu kalau pria yang pernah ku kencani ternyata beberapa kali menghubungi Nara, jadi aku menemui Nara dan bertanya dimana pria itu sekarang," singkat Lisa sembari berjalan dengan Jiyong disisinya.

"Pria yang meninggalkanmu?" tanya Jiyong dan Lisa menganggukan kepalanya. "Lalu bagaimana hasil pertemuan-"

"Lisa," sela seorang pria, yang entah sejak kapan berdiri di depan pintu rumah Lisa dengan pakaian serba hitamnya. Pria yang terlihat sangat misterius di bawah topi hitamnya.

Lisa mengenali suara itu, Lisa sangat mengenali suaranya. Pria tinggi dengan garis wajah yang terlihat sangat mengerikan.

Lee Jaewook berdiri di depan Lisa. Dengan sopan pria itu menatap Jiyong, tersenyum simpul untuk menyapa Jiyong kemudian mengatakan kalau ia merindukan Lisa.

"Lama tidak bertemu, aku merindukanmu, Lisa," ucap Jaewook, dipertemuan pertama mereka setelah satu tahun menghilang. "Bagaimana kabarmu?" tambahnya, berpura-pura tidak melihat kemana tangan Lisa berpegang. Berpura-pura tidak menyadari kalau pria yang berdiri di sebelah Lisa adalah kekasihnya.

"Siapa anda?" sopan Jiyong, menggantikan Lisa yang saat itu membeku sembari meremas lengannya. Lisa tidak tahu reaksi seperti apa yang harus ia tunjukkan saat ini. Haruskah ia memukul Jaewook? Memaki dan menyalahkannya karena pergi dengan begitu kejam? Atau haruskah ia bersikap seolah tidak pernah terjadi apapun diantara mereka? Haruskah Lisa mengenalkan Jiyong dengan santai? Membanggakan kekasih barunya? Tersenyum dan mengatakan pada Jaewook kalau ia sudah sembuh dari lukanya dan punya pria baru yang jauh lebih baik?

"Lee Jaewook, aku berteman dengan Lisa. Teman yang sangat dekat," jawab Jaewook, yang kemudian mengulurkan tangannya untuk berkenalan dengan Jiyong. "Kau juga teman Lisa, bukan? Teman dekat?" tanya Jaewook sembari melirik pegangan Lisa pada tangan Jiyong.

"Kalau teman dekat yang kau maksud adalah kekasih, ya aku teman dekatnya," jawab Jiyong, masih dengan nada bicara yang sopan, dan Jaewook pun menanggapinya dengan sopan. Pria itu meminta izin pada Jiyong untuk bicara dengan Lisa, berdua.

***
Mahluk yang bantuin bikin candi buat rorojonggrang bisa bantuin bikin tugas ga sih? Tugas kuliah udah kaya candi, semalam kudu jadi...

Band AidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang