20

886 133 4
                                    

***

Bagi Lisa, hidupnya bukan sekumpulan kebetulan yang terjalin membentuk rantai. Dibanding hukum teori rantai yang saling berhubungan, Lisa lebih percaya pada hukum domino. Baginya, tidak masuk akal kalau semua yang terjadi memang sudah semestinya begitu, seperti rantai yang berhubungan dan memang semestinya begitu, seolah takdir memegang semua kendali hidup. Lisa lebih suka melihat pion yang jatuh kemudian menjatuhkan pion lainnya. Lisa lebih suka melihat hidup dari kacamata itu– kalau apa yang terjadi, akan mempengaruhi hal lain dikemudian hari.

Lisa tidak tahu apa yang ia lakukan sebelumnya, tapi kedatangan Nara dan Jaewook disaat ia sudah berkencan dengan Jiyong bukanlah sebuah kebetulan yang memang harus terjadi. Nara dan Jaewook datang karena alasan, bukan karena takdir semesta untuk mengoyak perasaannya, maupun perasaan Jiyong.

Kebetulan apa ini? Kau datang setelah aku bahagia dengan pria lain?– bukan itu yang Lisa pikirkan. Bukan itu yang berkelebat di kepalanya sekarang. Sembari menatap Jaewook yang berdiri di ruang tengah rumahnya, Lisa terus menebak apa alasan Jaewook datang.

"Aku sudah membaca pesanmu," ucap Jaewook, membuat Lisa menganggukan kepalanya. Pesan itu Lisa kirim sebelum bom di pusat perbelanjaan meledak, dan sekarang Lisa tahu pion apa yang jatuh kemudian membuat Jaewook datang. "Tapi aku tidak tahu kalau kau sudah-"

"Kita lewati saja bagian ini, kenapa kau datang?" potong Lisa, masih berdiri di tempatnya karena Jaewook pun tetap berdiri disana. "Ah tidak... Kenapa kau pergi? Apa alasanmu meninggalkanku?"

Kedua orang itu tetap sangat tenang, seolah tidak ada gejolak apapun di dalam diri mereka. Hanya Jiyong yang sekarang sedang uring-uringan, luar biasa penasaran di apartemen Kyungho. Jiyong ingin percaya kalau Lisa tidak akan meninggalkannya untuk kembali dengan mantan kekasihnya, tapi ia sangat penasaran dengan pembicaraan pribadi itu. Ia ingin melihat seberapa keren pria yang selama ini Lisa dukung, ia ingin melihat seberapa besar sisa perasaan Lisa untuk pria itu, tapi ia tidak ingin terlihat kekanakan dan merajuk untuk tetap disana, menonton pembicaraan itu.

"Hyunbin hyung yang melakukannya," jawab Jaewook, sedikit mengejutkan untuk Lisa namun gadis itu tetap berusaha keras menahan diri untuk tetap tenang. Berusaha keras meyakinkan dirinya sendiri kalau pembicaraan mereka bukanlah hal besar.

Seolah tahu kalau Lisa akan mempercayainya, Jaewook melanjutkan ceritanya. Pria itu bilang, kalau saat itu ia terdesak. Misinya di Budapest berantakan, dan ia harus bertanggungjawab atas kegagalan kasus itu. Awalnya, Jaewook hanya akan mendapat teguran seperti kesalahan-kesalahan orang lain, tapi Hyunbin justru menenggelamkan Jaewook yang sudah jatuh ke air.

"Hyunbin hyung bilang aku hanya perlu pergi ke Budapest, menyelesaikan hukumanku disana, tapi tiba-tiba ada orang yang datang untuk menangkapku. Mereka bilang aku harus bertanggung jawab atas kegagalan itu, karena seorang Mentri tewas saat kejadian. Harus ada seseorang yang disalahkan untuk setiap misi yang gagal, kau tahu itu,"

"Kau dipenjara untuk menggantikan Hyunbin oppa?" tanya Lisa. "Kau ingin aku percaya itu? Kau pikir aku tidak akan tahu kalau itu yang terjadi?"

Jaewook sekarang tertawa. Tentu saja Lisa tidak tahu, karena Jaewook memang tidak seharusnya disalahkan. Ketua tim yang harus bertanggung jawab atas seluruh kegagalan tim dan Jaewook bukan siapa-siapa kalau dibanding dengan Hyunbin yang sudah bertahun-tahun bertahan sebagai ketua tim.

"Hm... Awalnya ku pikir kau memang tidak ingin menemuimu lagi, tapi lama-lama aku penasaran, kenapa tidak ada satupun orang yang mengunjungiku. Lalu kemudian aku sadar, kalau kasus ini hanya sebuah kebohongan. Ada seseorang yang bisa memenjarakan orang lain untuk menyingkirkan saingannya,"

"Apa yang sedang kau bicarakan? Apa yang kau miliki sampai Hyunbin oppa iri dan menyingkirkanmu? Kau bukan apa-"

"Kau," potong Jaewook yang langsung membungkam Lisa.

Band AidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang