10

895 143 3
                                    

***

Di dua pertiga malam, Jiyong menekan bel pintu apartemen di depannya. Jiyong sudah menduga kalau itu rumah Lisa, hingga ia tidak terkejut saat melihat Lisa membukakan pintunya. Gadis itu lantas mempersilahkan Jiyong masuk kemudian duduk di ruang tengah rumahnya.

"Aku mendengar pembicaraanmu dengan Kyungho oppa," ucap Lisa menjawab pertanyaan yang belum sempat Jiyong ungkapkan. "Ku pikir daripada oppa pergi ke hotel sendirian, akan lebih baik kalau oppa kesini,"

"Dimana dr. Jung? Ku pikir dia tidak akan senang melihatku datang ke rumahnya," jawab Jiyong sedang Lisa sibuk menghidangkan beberapa kaleng beer juga beberapa bungkus camilan.

"Dia ada di unit sebelah, unit dekat lift, aku tinggal sendiri disini, tidak perlu khawatir, dia tidak peduli siapapun tamuku," jawab Lisa namun apa yang terjadi berbeda dengan ucapannya. Bersamaan dengan selesainya Lisa bicara, pintu apartemennya terbuka dan Yeonseok berdiri di sana masih dengan pakaian kerjanya. Sepertinya Yeonseok baru saja pulang dari rumah sakit dan belum sempat pulang ke rumah.

"Sudah ku duga akan jadi seperti ini," komentar Yeonseok. "Ya! Dr. Kwon, ayo minum ke rumahku, anak kecil itu tidak kuat minum, tidak menyenangkan," seru dr. Yoo membuat Lisa lantas memprotesnya. Jiyong tamunya, bukan tamu dr. Yoo– anggap Lisa.

Namun Jiyong memahami maksud dr. Yoo, pria itu berteman dekat dengan Kyungho, jadi wajar saja kalau ia juga menganggap Lisa sebagai adiknya. Wajar saja kalau seorang kakak khawatir adiknya yang tidak kuat minum bermalam dengan seorang pria asing. Karenanya, Jiyong tersenyum kemudian menerima tawaran dr. Yoo.

"Malam ini kurasa akan lebih nyaman kalau aku minum dengan dr. Yoo," ucap Jiyong sembari tersenyum lembut pada Lisa. "Terimakasih karena sudah mengundangku, lain kali kalau suasana hatiku lebih baik, aku akan menemanimu minum," tambah pria itu, yang masih dengan lembut mengusap lengan Lisa kemudian berpamitan untuk pergi bersama dr. Yoo.

Kali ini di rumah Kyungho, dr. Yoo mengajak Jiyong untuk masuk kesana bersamaan dengan keluarnya Kyungho dari kamar mandi. Kyungho dan Jiyong saling tatap, kemudian mata Kyungho beralih pada Yeonseok yang telah melangkah masuk dan mempersilahkan Jiyong duduk.

"Kenapa kau ada disini?" tanya Kyungho, kepada Jiyong tentu saja.

"Bukankah hyung yang-"

"Ah, Jiyong? Aku melihatnya di lobby saat datang tadi, ku pikir dia kesini untuk menemuimu. Tapi ternyata dia pergi ke rumah adikmu, jadi aku membawanya kesini. Aku melakukan sesuatu yang benar, iya kan?" potong Yeonseok membuat Kyungho lantas memutar bola matanya. "Kami akan minum bersama, duduklah, ikut minum bersama kami,"

"Seharusnya kau membiarkannya tetap disana. Adikku sudah cukup dewasa untuk berani membawa pria pulang," ucap Kyungho yang kemudian melangkah masuk ke kamarnya. "Minum saja berdua, aku ada jadwal operasi besok pagi," tambah Kyungho yang kemudian menutup pintu kamarnya dan membiarkan Jiyong berada di rumahnya dengan Yeonseok.

Malam itu, Jiyong baru saja mendapat seorang teman minum baru. Saat mabuk Jiyong menceritakan masalahnya, dan ternyata Yeonseok pun punya masalah yang hampir sama. Yeonseok juga akan mengundurkan diri akhir tahun ini. Si dokter anak itu, ingin mengundurkan diri kemudian beralih profesi menjadi seorang pemuka agama. Yeonseok ingin berhenti menjadi dokter dan mulai belajar agama seperti keempat kakaknya. 

"Kau tahu?" ucap Yeonseok setelah ia mabuk. "Aku... Aku tidak menangis saat appaku meninggal, tapi! Aku menangis saat pasienku meninggal. Bagaimana bisa anak sekecil itu tersiksa berbulan-bulan di rumah sakit? Aku tidak habis pikir, bagaimana anak itu bisa sanggup bertahan? Aku tidak sanggup lagi! Aku akan berhenti tahun ini! Ya! Jung Kyungho! Aku benar-benar akan berhenti tahun ini!" mabuk Yeonseok, mulai tidak terkendali– yang sialnya sama sekali tidak mengejutkan Kyungho.

Jung Kyungho justru memutar lagu kekasihnya dan bersiap tidur, sama sekali tidak terganggu dengan dua orang mabuk di luar kamarnya.

"Aku juga!" susul Jiyong, tidak kalah mabuk, tidak kalah berisik. "Aku juga akan berhenti! Adikmu bilang aku harus berhenti! Dia bilang aku tampan kalau berhenti!"

"Siapa yang bilang begitu? Aku tidak punya adik," balas Yeonseok, lagi-lagi karena mabuk.

"Lisa," jawab Jiyong yang kemudian tertawa karena ucapannya sendiri. "Lisa bilang aku tampan kalau berhenti,"

"Mustahil," gumam Yeonseok. "Lisa tidak mungkin tertarik padamu, dia hanya tertarik pada Lee Jaewook! Pria yang membuatnya jadi gila begitu! Kau tahu pekerjaan Lisa? Gadis manis itu-"

"Berhenti, hyung," potong Jiyong, yang justru meletakan jari telunjuknya di atas bibir Yeonseok. "Itu rahasia, jangan mengatakannya, rahasia besar, rahasia penting," gumam Jiyong masih sembari menyentuh bibir Yeonseok.

"Ah... Rahasia," balas Yeonseok yang kemudian menganggukan kepalanya, menyingkirkan jari Jiyong dari bibirnya. "Ya... Itu rahasia, hampir saja aku membongkar rahasia Lisa, maafkan aku,"

"Aku punya satu rahasia lagi," gumam Jiyong, yang kembali mengangkat botol whiskey di depannya– kedua orang mabuk itu sudah menghabiskan banyak sekali alkohol, mereka bahkan menenggak habis isi botol wine favorit Kyungho. "Aku- aku mencintai Nara dengan sepenuh hatiku. Tapi! Tapi gadis sialan itu ternyata berkencan denganku hanya karena eommaku. Wanita yang paling ku sayang, eommaku, dengan tega membayar Nara agar dia mau berkencan denganku, agar aku bersemangat dan mau jadi dokter seperti mimpinya. Lalu tahun lalu eommaku berhenti membayar Nara dan kami putus, kami putus karena aku sudah jadi dokter dan eomma tidak membutuhkannya lagi, menjengkelkan bukan?"

"Augh... Kasihan sekali," komentar Yeonseok yang sedetik kemudian memeluk Jiyong. Dua pria mabuk itu telah berbagai banyak hal malam ini.

Kira-kira pukul tujuh pagi, Lisa terbangun dari tidurnya karena ia mendengar suara pintu depan rumahnya di banting oleh seseorang. Gadis itu keluar, untuk melihat siapa yang datang dan ternyata Kyungho yang datang. Rambut pria itu masih berantakan, ia hanya memakai celana tidurnya tanpa atasan dan berlalu masuk ke dalam kamar mandi di unit apartemen Lisa. Pagi ini Kyungho terlihat sangat kesal dan rasanya Lisa tahu alasan kakaknya itu sangat kesal.

"Hari ini aku akan memecat Jiyong," keluh Kyungho yang akhirnya keluar dari kamar mandi setelah selesai membersihkan tubuhnya. Pria itu keluar dengan bathrobe biru milik Lisa dan berjalan mendekati Lisa yang sudah memegang kemeja serta celana kerja Kyungho. Lisa lebih memilih mengambilkan pakaian Kyungho dibanding mengizinkan Kyungho melihat isi lemarinya.  "Jiyong dan Yeonseok- augh! Mereka berdua sangat menyebalkan!"

"Kenapa? Yeonseok oppa tidur di kamar mandi lagi?" tanya Lisa, yang berdiri di depan kamar mandi, menunggu kakaknya selesai berganti pakaian.

"Berdua dengan Jiyong! Mereka muntah lalu pingsan di kamar mandi! Mereka bahkan tidak bangun saat ku siram! Benar-benar menjengkelkan! Mereka menghabiskan semua alkohol di rumahku!" cerita Kyungho dari dalam kamar mandi.

"Mereka tidak mati?"

"Mayat mereka akan kupakai untuk penelitian kalau mereka mati," jawab Kyungho, yang kemudian mengatakan kalau dua orang itu masih bisa mengigau di lantai kamar mandi.

"Apa yang mereka katakan saat mengigau?"

"Aku ingin berhenti bekerja," jawab Kyungho yang akhirnya selesai dengan pakaiannya. "Aku akan pulang larut hari ini, akan ku kabari kalau Kwon Nara sudah siuman. Lakukan sesuatu yang membuatmu senang, jangan pergi ke kantor, kau sudah mengundurkan diri, tidak perlu kesana lagi," tutur Kyungho yang kemudian mengusap rambut Lisa dan melangkah pergi. Meninggalkan Lisa yang hanya terpaksa tersenyum di tempatnya.

***

Band AidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang