16

837 148 7
                                    

***

Kyungho pergi menemui kekasihnya, Yeonseok pergi ke rumah sakit, sedangkan Lisa dan Jiyong ditinggal berdua di rumah. Biasanya Lisa akan pergi tidur setelah semalaman bekerja, tapi dirinya justru ingin menghabiskan waktu lebih lama dengan Jiyong.

"Sekarang apa yang harus ku lakukan?" tanya Lisa, masih di rumah Kyungho, masih duduk di sofa di sebelah Jiyong dan masih mendengarkan lagu yang Jiyong putar.

"Kau tidak pergi kerja?" tanya Jiyong dan Lisa menggelengkan kepalanya. Lisa bilang kalau ia sudah lama mengundurkan diri dan semalam, ia hanya pergi untuk kerja sambilan. Lisa bilang, kesibukannya sekarang hanya bermain dan mencaritahu apa yang ia inginkan. "Lalu apa yang ingin kau lakukan?" tanya Jiyong dan Lisa menggelengkan kepalanya. Gadis itu justru menggerakan kepalanya, bersandar pada bahu Jiyong dan mengatakan pada Jiyong kalau Lisa tidak punya rencana apapun.

"Apa yang ingin oppa lakukan?" Lisa balas bertanya. 

"Sekarang?"

"Tidak, setelah mengundurkan diri apa saja yang ingin oppa lakukan? Dulu setelah mengundurkan diri hal pertama yang ku lakukan adalah membuat akun Twitter, lalu Instagram dan menggunggah foto-foto yang sebelumnya tidak pernah ku unggah," cerita Lisa. Sekarang gadis itu duduk dengan tegak di sebelah Lisa, posisinya sedikit menyerong agar ia bisa dengan mudah melihat Jiyong kemudian dengan santai, Lisa mengajak Jiyong untuk mendaftar beberapa hal yang ingin mereka lakukan.

"Uhm... Satu hal yang ingin ku lakukan sejak dulu adalah membuat tattoo," jawab Jiyong dan Lisa mengedipkan matanya, sedikit heran juga tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. "Sejak kuliah aku ingin membuat tattoo, tapi rasanya tidak pantas kalau seorang dokter punya tattoo di tubuhnya, jadi aku tidak pernah melakukannya," cerita Jiyong dan setelah Lisa memahaminya, gadis itu mengingat-ingat seniman tattoo yang pernah ia kenal.

"Aku mengenal beberapa seniman tattoo, aku akan menghubungi mereka," jawab Lisa.

Lisa kemudian menanyakan keinginan Jiyong yang lainnya. Mereka tidak bisa pergi menemui si seniman tattoo saat itu juga, mereka harus membuat janji terlebih dulu. Keinginan Jiyong yang kedua adalah bertemu dengan teman-temannya. Jiyong ingin menemui lima orang teman dekatnya semasa kuliah dulu, namun sangat sulit untuk mengatur jadwal temunya. Semua orang sibuk sekarang.

"Uhm... Itu juga tidak bisa kita lakukan sekarang, tapi oppa bisa menghubungi mereka lebih dulu. Kirimi saja mereka undangan, mereka pasti datang,"

"Undangan?"

"Undangan pernikahan, acara pertunangan, atau setidaknya pesta ulangtahunmu?" jawab Lisa, gadis itu bercanda dengan wajah yang sama sekali tidak menggambarkan kelucuannya. "Aku hanya bercanda, tidak lucu ya? Kalau begitu, kirimi saja mereka pesan, hai ini Jiyong, aku baru saja mengundurkan diri, bisa kau datang untuk merayakan kebebasanku? Tempatnya di- oppa tentukan saja tempatnya, lalu waktunya juga oppa tentukan saja sendiri. Waktu paling masuk akal adalah jam makan malam, di bar atau di kelab kalian biasa berkumpul,"

"Kau sangat suka membuat rencana, ya?" tanya Jiyong dan Lisa mengangkat bahunya.

Rasanya Lisa tidak sedang membuat rencana saat itu, Lisa hanya mencoba untuk memberikan saran paling realistis yang bisa ia pikirkan. Menurut Lisa, akan terlalu lama kalau Jiyong menanyakan waktu senggang satu persatu temannya. Di usia yang sudah tidak lagi muda sekarang, berdiskusi mengenai liburan rasanya sangat sukar di lakukan. Semua orang tentu ingin bertemu dan kembali bercengkrama dengan taman lamanya, namun semakin dewasa semua orang seperti kehabisan waktu luang. Waktu luang terasa sangat mahal sekarang. Karenanya, mengundang seseorang untuk datang akan jauh lebih mudah dibanding mengajak seseorang untuk mendiskusikan sebuah acara kumpul-kumpul. Kalau orang-orang itu– yang Jiyong anggap teman dekat– juga menganggap Jiyong sebagai teman dekatnya, mereka pasti akan meluangkan sedikit waktu makan malamnya untuk datang menemui Jiyong di tempat yang sudah Jiyong putuskan. Atau setidaknya, kalau mereka memang tidak bisa datang, mereka akan menghubungi Jiyong dan mengutarakan alasannya.

"Oppa tidak punya keinginan yang bisa kita lakukan sekarang? Aku bosan," ucap Lisa, untuk dua puluh menit terakhir– selama Jiyong sibuk mengundang teman-temannya– gadis itu tidak berhenti bicara. Ia mengatakan semua yang ia inginkan, bahkan saat Jiyong tidak mendengarkannya sekalipun.

"Aku punya keinginan lainnya," jawab Jiyong yang sekarang meletakan handphonenya dan menatap Lisa dengan mata seriusnya. "Aku punya dua keinginan, satu keinginan yang sudah ku pikirkan sejak lama dan satu lagi keinginan yang baru saja terpikirkan olehku,"

"Apa itu? Bisa kita lakukan sekarang?"

"Aku tidak yakin, itu tergantung padamu," jawab Jiyong. "Keinginan pertamaku, aku ingin pergi berlibur dengan kekasihku. Selama hampir tujuh tahun aku berkencan, aku tidak pernah benar-benar pergi kencan. Yang kami lakukan hanya pergi ke perpustakaan, belajar, lalu pergi ke rumah sakit, untuk belajar juga. Satu-satunya jenis cafe yang pernah kami datangi, hanya cafe belajar-"

"Menyedihkan sekali," potong Lisa. "Kalian tidak pergi menonton film? Atau sekedar berjalan-jalan di taman?" tanyanya dan Jiyong menggeleng.

Jiyong bilang kekasihnya waktu itu– Nara– hanya tahu caranya belajar. Bagi Nara belajar adalah hal paling romantis yang bisa ia lakukan. Atau sebenarnya Nara memang tidak ingin melakukan banyak hal romantis dengan Jiyong karena mereka hanya berkencan karena uang.

"Lalu bagaimana sekarang? Oppa tidak punya kekasih, keinginan yang satu ini juga tidak bisa kau lakukan sekarang," komentar Lisa. "Apa oppa tidak punya hal sederhana yang bisa kita lakukan sekarang? Makan tteokkbokki misalnya? Aku lapar,"

Jiyong sudah bilang sebelumnya kalau ia punya dua keinginan yang saling berhubungan. Keinginan pertamanya adalah pergi berkencan seperti kencang-kencang sungguhan, bukan belajar atau pergi membaca buku bersama dan keinginan kedua Jiyong adalah melakukan keinginan pertamanya bersama Lisa.

"Oppa ingin mengajakku pergi kencan?"

"Hm... Aku sudah punya banyak teman, jadi aku tidak tertarik untuk berteman denganmu,"

"Jadi, oppa mengajakku berkencan atau mengajakku pergi kencan? Keduanya punya maksud yang berbeda, kalau berkencan berarti kita-"

"Aku mengajakmu berkencan lalu setelah itu mengajakmu pergi kencan, apa itu cukup jelas untukmu?" tanya Jiyong dan Lisa menganggukan kepalanya. "Kau memang pintar, tapi apa reaksimu harus sedatar itu? Kau membuatku gugup. Tidak perlu seserius itu, kalau kau menolak aku akan bilang kalau aku hanya sedang bercanda,"

Ekspresi datar Lisa perlahan-lahan berubah menjadi raut wajah menyelidik. Gadis itu terlihat penasaran sekarang, ia heran sekaligus bingung dengan ajakan tiba-tiba yang Jiyong lontarkan padanya. Namun diantara semua kebingungannya, hal yang paling mengganggu adalah perasaannya. Lisa merasa sangat bingung karena jantungnya berdebar sangat kencang sekarang.

Padahal, Lisa sama sekali tidak berdebar saat Soohyuk membawanya ke sebuah villa di tepi pantai yang indah dan menyatakan perasaannya. Padahal, Lisa sama sekali tidak berdebar saat Hyunbin menyatakan perasaannya setelah datang setiap hari hanya untuk menghibur Lisa. Ketulusan yang Lisa terima dari Soohyuk maupun Hyunbin selama ini sama sekali tidak membuat Lisa berdebar, walaupun Lisa tetap bisa merasakan ketulusan keduanya.

"Wahh... Apa ini karena aku sudah terlalu lama kesepian? Aku jadi berdebar-debar," gumam Lisa, seolah Jiyong tidak ada disana.

***

Band AidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang