7

966 138 3
                                    

***

Kali ini dr. Jung tidak mengizinkan Jiyong untuk masuk ke ruang operasi. Kwon Nara kritis dan menurut Kyungho, Jiyong tidak akan mampu berada di ruang operasi bersamanya. Jiyong tidak akan bisa cukup profesional untuk berada di ruang operasi– pikir Kyungho.

"Oppa baik-baik saja?" tanya Lisa, yang sengaja menghampiri Jiyong di ruang tunggu dekat ruang operasi. Ada beberapa keluarga pasien lain disana, namun Jiyong satu-satunya yang memakai jubah dokter berdarah disana. "Maaf, tadi aku melihat detak jantungnya terus melemah jadi aku-"

"Aku tidak pernah ingin jadi dokter," potong Jiyong, kepalanya masih tertunduk, sehingga Lisa tidak dapat melihat raut wajahnya. "Seumur hidupku, aku tidak pernah ingin jadi dokter. Setiap hari aku ingin berhenti, setiap hari aku ingin menyerah. Tapi Nara– dia memintaku untuk bertahan. Dia bilang, aku bisa jadi seorang dokter. Satu hari lagi, demi Nara aku bertahan satu hari lagi. Semua orang senang karena aku jadi seorang dokter, karena itu aku bertahan. Tapi bagaimana ini? Aku tidak bisa bertahan lagi. Rasanya dadaku akan meledak kalau-"

"Kalau begitu berhenti saja," potong Lisa, sedikit mengejutkan Jiyong karena untuk kali pertama ia merasa hangat saat mendengar seseorang menyuruhnya menyerah. Jiyong sudah sering sekali menyerah sepanjang hidupnya, ia telah merelakan banyak hal untuk sampai di tempatnya sekarang, tapi baru kali ini ia senang karena diminta untuk menyerah lagi. "Tahun lalu, aku ingin berhenti dari pekerjaanku, aku menangis di depan Kyungho oppa, aku memberitahunya kalau aku ingin berhenti bekerja. Lalu dia mengatakan itu. Dia senang sekali saat aku bilang aku ingin berhenti,"

"Tidak akan ada yang senang kalau aku berhenti,"

"Aku akan senang kalau oppa berhenti, kalau itu bisa membuatmu senang," jawab Lisa. "Uhm... Bagaimana aku harus mengatakannya? Ternyata aku tidak suka melihatmu kesulitan, seperti saat di UGD tadi. Aneh kan? Padahal kita baru saja saling kenal,"

"Terimakasih," balas Jiyong yang kemudian bangkit dan mengusap lembut rambut gadis yang sempat berkeringat itu. "Karenamu aku merasa lebih baik. Kau bisa berjalan?"

"Bisa, kenapa? Mau mengajakku berjalan-jalan?" tanya Lisa dan Jiyong mengangkat bahunya.

Jiyong mengajak Lisa ke ruang kerjanya. Keadaan darurat tadi membuat jahitan di kaki Lisa kembali terluka, namun si pemilik kaki justru tidak menyadarinya. Perban yang sebelumnya putih, berubah menjadi merah karena darah yang kembali keluar dari lukanya.

"Kenapa kau menahannya?" tanya Jiyong, yang sekarang memangku kaki Lis dan mengobatinya– lagi.

"Sudah enam tahun aku terbiasa menahan sakit seperti ini. Saat bekerja, banyak orang yang terluka, semua orang kesakitan dan mereka semua menahannya. Karena aku satu-satunya wanita di timku, aku tidak ingin terlihat lemah sendirian, jadi aku mulai menahannya juga,"

"Tsk... Pantas saja dr. Jung senang kau ingin berhenti kerja," komentar Jiyong, yang perlahan-lahan tersenyum. Raut sedih yang mengerikan di wajahnya juga perlahan-lahan menghilang.

"Wah... Tampan sekali,"

"Apa katamu?"

"Oppa tampan," ucap Lisa. "Sangat tampan,"

Perlahan-lahan, hari berlalu. Tadi, setelah Jiyong selesai mengobati kakinya, Lisa pergi dari rumah sakit. Gadis itu pergi dengan sebuah taksi, karena dokternya melarang ia mengemudi. Tanpa memberitahu Kyungho, Lisa sudah berhenti bekerja dan itu alasan Ten datang ke rumah Lisa pagi ini– karena Lisa tidak mungkin lagi datang ke kantor dan mencari informasi disana. Tapi seperginya dari rumah sakit, Lisa pergi ke kantornya.

Ia tidak bisa melangkah lebih jauh dari lobby, karenanya Ten yang turun dan menemui Lisa di lobby kantor. Pria itu datang dengan kemeja hitamnya pagi ini, raut wajahnya terlihat kesal saat ia datang.

"Ya! Kenapa kau melakukan ini padaku?!" kesal Ten. "Kau selalu menyuruhku datang dan pergi sesukamu,"

"Aku tidak tahu kalian sudah mengetahui ini atau belum, tapi Kwon Nara sedang di ruang operasi sekarang. Dia terlibat kecelakaan yang sepertinya-"

"Kami sudah mengetahuinya. Kami juga tahu siapa yang memberinya CPR tadi," potong Ten membuat Lisa berdecak kesal. "Hanya itu informasi yang bisa kau berikan? Augh! Sia-sia aku turun kesini,"

Dengan kakinya yang sehat, Lisa menendang kaki Ten. Pria itu menyebalkan– pikir Lisa. "Aku datang kesini dengan kaki terluka, tidak bisakah kau menghargai usahaku?!" protes Lisa sementara Ten mengaduh kesakitan. "Cari tahu tentang suplemen yang di jual di rumah sakit. Bukan di apotek rumah sakit, tapi di cafe dan lobby rumah sakit. Kurasa suplemen itu tidak punya izin edar karena suplemennya mencurigakan,"

"Sialan," umpat Ten, bersamaan dengan mendekatnya seorang pria berwajah kejam ke hadapan mereka. Pria yang bekerja sebagai ketua tim di tim tempat Jaewook pernah bekerja. Pria yang menutup mulutnya rapat-rapat setiap kali Lisa menanyakan Jaewook padanya– Kim Hyunbin.

"Kenapa orang yang sudah mengundurkan diri kembali kesini?" tanya Hyunbin, sengaja menyindir. "Sudah kehabisan uang, nona?"

"Dimana dia?" tanya Lisa membuat Hyunbin langsung memutar arah langkah kakinya. Pertanyaan itu selalu bisa mengusir Hyunbin dan seluruh timnya dari hadapan Lisa. "Antar aku padanya, lalu aku akan tidur denganmu, bukankah itu tawaran menarik? Kau selalu menginginkannya," seru Lisa, dengan suara yang tidak bisa dianggap pelan.

Seharusnya gadis itu malu.

Seharusnya Hyunbin juga malu.

Tapi yang terjadi hanya keluarnya sebuah kata-kata yang sama kerasnya– "lupakan saja dia, Lisa," balas Hyunbin yang kemudian melangkah melewati pintu utama, melangkah keluar dari gedung itu.

"Kurasa dia benar, lupakan saja-"

"Bagaimana caranya?" potong Lisa. "Aku bekerja disini karenanya, aku meninggalkan kuliahku untuk berada disini bersamanya. Aku sudah melakukan segalanya untuknya, tapi setelah berengsek itu memindahkannya ke timnya, setelah Jaewook oppa pindah ke tim Ketua Kim, dia berubah. Apa kesalahanku sampai dia membuangku seperti itu? Karena aku menyusulnya ke Budapest? Karena hanya aku yang naik pangkat, sedangkan dia tidak?! Sebenarnya apa salahku?!" ucap Lisa, meluapkan emosinya pada Ten yang masih ada disana.

"Mungkin dia hanya berhenti mencintaimu, tidak ada alasan, dia hanya ingin pergi darimu. Tidak bisakah kau menerima kenyataan dan melanjutkan hidupmu? Kembalilah bekerja disini atau cari pekerjaan lain, lakukan sesuatu agar kau bisa berhenti memikirkannya. Sudah satu tahun kau mengundurkan diri tapi terus datang kesini hanya untuk mencarinya, kau tidak lelah?" oceh Ten, yang sama sekali tidak membuat Lisa merasa lebih baik. Ten seolah tengah menjabarkan seluruh kesalahan Lisa dan ia malu mendengarnya. Mendengar semua ucapan Ten, justru membuat Lisa mulai membenci dirinya sendiri. "Jaewook meninggalkanmu karena dia tidak mencintaimu lagi, apa sulit menerima kenyataan itu? Kau tidak tahu bagaimana isi hati seseorang,"

Lisa melirik dengan sinis. Ia tarik nafasnya dalam-dalam, kemudian menghelanya. Tidak ada lagi yang ingin ia bicarakan pada Ten, bahkan niatannya memberi informasi pun ia telan kembali.

"Cobalah berdiri di posisiku," ucap Lisa, yang sengaja mendongakan kepalanya untuk menatap Ten yang sedikit lebih tinggi darinya. "Kau akan lupa bagaimana caranya tidur nyenyak lalu menjadi gila karenanya."

***
Hyunbin

***Hyunbin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Band AidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang