***
Singkat cerita, Jiyong benar-benar mengundurkan diri. Sayang sekali, semua orang bilang begitu. Jiyong sudah berusaha sangat keras selama hampir sepuluh tahun terakhir namun akhirnya ia tetap menyerah. Aku sudah mencoba, tapi tetap saja tidak bisa, aku tidak akan menyesal karena berhenti sekarang, setidaknya aku sudah mencoba sampai sejauh ini– pikir Jiyong setiap kali ia merasa kalau keputusannya terlalu terburu-buru.
Tidak ada seorang pun yang memahami perasaan Jiyong, bahkan karena keputusannya itu, sang ibu mengusir Jiyong dari rumah. Untungnya, ada sepasang kakak adik yang mencoba untuk memahami Jiyong. Keduanya tidak tahu apa keputusan Jiyong tepat atau tidak, karena rasa kemanusiaan mereka hanya mencoba untuk mendukung keputusan itu.
"Kau tidak punya tempat tinggal kan?" tanya Kyungho, di hari Jiyong datang ke rumah sakit untuk mengambil barang-barangnya serta berpamitan pada rekan-rekannya. "Dimana kau tinggal sekarang?"
"Sauna," jawab Jiyong, santai tidak seperti biasanya. Jiyong merasa sangat bebas setelah berhasil mengundurkan diri. "Aku punya tabungan, aku akan menyewa tempat tinggal setelah menemukan yang cocok,"
"Tinggal lah di rumahku," jawab Kyungho membuat Jiyong langsung menaikan alisnya. Tentu tidak percaya, karena terakhir kali Jiyong menginap dan mabuk disana, Kyungho menyiramnya dengan air dingin. "Tapi tidak gratis, kau harus membersihkan rumah,"
"Ya? Kau serius hyung?"
"Aku dan Yeonseok sibuk, biasanya kami bergantian membersihkan rumah tapi karena seseorang mengundurkan diri aku jadi semakin sibuk dan tidak bisa membersihkan rumah. Kau tidak mau?"
"Mau, tentu saja mau," ucap Jiyong.
Kini ia punya alasan untuk terus bertemu Lisa karena selama beberapa hari terakhir ia tidak punya alasan untuk bertemu dengan Lisa. Setelah Jiyong mengajak Lisa ke tempat karaoke beberapa hari lalu, mereka tidak lagi bertemu. Jiyong merindukan Lisa, ia ingin menghubungi Lisa selama masa sulitnya– karena proses pengunduran diri– tapi tidak punya alasan untuk melakukan itu. Lisa juga tidak menghubunginya selama beberapa hari terakhir ini.
"Baiklah, nanti malam datang ke rumahku, pergilah," jawab Kyungho yang lantas melangkah pergi, meninggalkan Jiyong di depan pintu utama rumah sakit.
Sementara Jiyong pergi dengan taksi yang berhenti di depan rumah sakit, Kyungho melangkah kembali ke ruang kerjanya. Di dalam ruang kerja Kyungho sekarang ada dua orang dokter lain– Yeonseok dan Jeon Mido. Kedua dokter itu teman Kyungho sejak kuliah dulu dan mereka ada disana untuk berbincang, seperti teman pada umumnya.
"Kau benar-benar mengajak Jiyong tinggal di rumah? Dimana dia akan tidur? Di rumah Lisa?" tanya Yeonseok yang sejurus kemudian mendapat pukulan di kepala dari Mido.
"Di kamar eommaku. Atau kau saja yang pergi, sialan," jawab Kyungho. "Tsk... Aku tidak punya pilihan, Jiyong benar-benar bisa mengalihkan pikiran Lisa. Sedikit kejam tapi Jiyong bisa membantu Lisa melupakan mantan pacarnya itu,"
"Tidak kejam," ucap Mido. "Kau hanya mencoba untuk menjaga adikmu, itu wajar di lakukan. Tapi kau sudah membuat janji temu dengan psikiater? Untuk adikmu,"
Kyungho mengangguk, ia juga mengatakan kalau Lisa sudah bertemu dengan psikiater tapi hasilnya belum begitu bagus. Psikiater yang kemarin bertemu dengan Lisa justru kesal karena Lisa terus saja membantah ucapannya. Lisa terlalu cerdas, terlalu pintar dan itu justru membuat orang-orang di sekitarnya terganggu– pasalnya, tidak banyak orang yang bisa menang saat berdebat dengan Lisa.
Di tengah obrolan itu, Kyungho lantas memutar sebuah lagu dari handphonenya. Ia memutar sebuah lagu yang Lisa berikan padanya beberapa hari lalu kemudian memberitahu dua temannya kalau akhir-akhir ini Lisa tertarik pada musik.
"Lisa yang membuat ini?" tanya Yeonseok sembari mendengarkan lagu yang tengah di putar itu.
"Bukan," jawab Kyungho. "Jiyong yang menulisnya, lagunya, semuanya. Sekarang Lisa sedang sibuk mempelajari caranya menjual lagu, merilis album dan semua yang berhubungan dengannya. Melihatnya sibuk seperti itu membuatku mengingat Lisa yang pergi dari rumah enam tahun lalu," cerita Kyungho, membuat dua temannya serta dirinya sendiri kembali mengingat masa lalu.
Mereka bertiga mengingat Lisa yang di usir dari rumah setelah ketahuan kalau ia tidak pernah mendaftar magang di rumah sakit manapun. Bahkan setelah mengecewakan ibunya dan mendapatkan sebuah tamparan di pipi, gadis itu tetap tersenyum pada ibunya.
"Aku berbeda dari eomma, aku tidak akan menyia-nyiakan hidupku untuk seorang pria. Akan ku buat dia jadi pria hebat, aku bisa melakukan itu. Bersedihlah sebentar saja, eomma," ucap Kyungho. "Beberapa hari ini aku merasa Lisa seperti sedang mengatakan itu lagi, kali ini bukan pada eomma tapi padaku,"
"Adikmu manis," komentar Mido. "Tipe yang selalu mencintai dengan sepenuh hati, iya kan?"
"Kau tidak akan bicara begitu kalau ada di posisiku," balas Kyungho yang akhir-akhir ini hampir gila karena memikirkan adiknya. Saat orangtua mereka masih hidup, saat ibu mereka masih hidup, Kyungho tidak pernah sefrustasi ini karena memikirkan Lisa dan masa depannya.
Begitu malam datang, Yeonseok dan Kyungho pulang ke rumah setelah makan malam bersama teman-teman mereka. Keduanya mengemudi bersama– di dua mobil yang berbeda– kemudian bertemu Jiyong di pintu utama gedung apartemennya. Saat datang, Jiyong sudah membawa satu koper serta sekotak barang-barangnya dari rumah sakit.
"Hanya itu barang bawaanmu?" tanya Yeonseok dan Jiyong menganggukan kepalanya.
"Dia di usir dari rumah, bukan berencana pindah, tentu saja dia tidak punya apapun," cibir Kyungho yang sekarang berdiri di depan lift, menunggu pintu lift itu terbuka.
Setelah beberapa detik menunggu, pintu lift terbuka dan ketiga pria itu masuk ke dalam lift. Bersamaan dengan mereka, seorang pria dengan jaket hitam dan topi yang juga hitam melangkah masuk ke dalam lift. Awalnya tidak ada yang merasa kalau pria serba hitam itu mencurigakan, namun setelah Jiyong menekan tombol di pintu lift, semuanya mulai memperhatikan pria serba hitam itu. Pria itu tidak menekan tombol liftnya. Ia hanya berdiri di tengah-tengah lift, menatap lurus ke pintu dengan sebagian wajah yang tertutup bayangan topi.
Lift kemudian berhenti, dan si pria serba hitam itu keluar dari lift di lantai yang sama dengan ketiga dokter disana. Tanpa mengatakan apapun, pria itu berjalan terus kemudian berdiri di depan pintu apartemen Lisa. Ketiga dokter disana memperhatikan pria mencurigakan itu dan tanpa aba-aba, tanpa mengatakan apapun Jiyong mendekati pria itu.
"Siapa yang anda cari?" tanya Jiyong, bersamaan dengan si pria yang sekarang menekan bel pintu rumah Lisa.
"Pemilik rumah ini," jawab pria itu, terdengar sangat mengancam baik untuk Jiyong maupun untuk dua dokter lainnya.
"Siapa pemilik rumah ini?" tanya Jiyong sekali lagi, kali ini bersamaan dengan munculnya Lisa di depan pintu. Gadis itu baru saja datang untuk membukakan pintu bagi tamunya.
"Aku pemilik rumah ini, ada apa oppa?" tanya Lisa yang kemudian mengulurkan tangannya dan membuka topi tamu di hadapannya. "Dia temanku, bukan orang jahat. Itu oppaku, temannya dan ini temanku juga?" ucap Lisa, yang setelahnya mengenalkan Kyungho, Yeonseok kemudian Jiyong.
"Ah... Aku tidak tahu," jawab pria yang sekarang sudah membuka topinya itu– Lee Soohyuk. "Selamat malam, maaf karena tidak menyapa sebelumnya," sapa pria itu sembari memamerkan sopan santunnya pada Jiyong juga dua dokter lainnya disana.
Malam ini Lisa keluar dengan gaun merah yang begitu kontras di kulitnya. Ditangannya ada sebuah tas belanja berisi kotak sepatu juga sebuah ransel kecil. Melihat penampilan itu, juga melihat seorang pria yang datang membuat Kyungho lantas bertanya, kemana Lisa akan pergi.
"Aku akan pergi kerja," jawab Lisa. "Bukan melacur, ku ceritakan besok, aku buru-buru sekarang," susulnya karena menyadari tatapan curiga dari Kyungho. Kyungho baru saja akan menjawab ucapan Lisa, namun gadis itu sudah lebih dulu menarik Soohyuk menjauhi tiga dokter disana. "Ah Jiyong oppa! Kau tampan dengan pakaian santai itu!" seru Lisa sebelum kemudian melangkah masuk ke dalam lift bersama Soohyuk.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Band Aid
FanfictionAda perbedaan diantara seseorang yang menginginkanmu dan seseorang yang akan melakukan apapun untuk mempertahankanmu.