***
Kira-kira pukul empat dini hari, Lisa menelepon Jiyong kemudian meminta pria itu untuk datang ke tempat parkir di depan gedung apartemen. Setelah semalam pergi dengan Soohyuk, gadis itu tiba di sebuah kelab malam. Ada sekelompok polisi yang akan menangkap seorang pengedar narkoba di kelab, dan Soohyuk butuh seseorang untuk ada di sana– untuk memastikan sebesar apa ikan yang akan ditangkap.
Soohyuk ingin tahu apa kelompok pengedar narkoba yang akan ditangkap itu punya pengaruh yang besar atau tidak. Soohyuk ingin tahu orang-orang yang ditangkap itu seorang pengedar besar atau hanya pesuruh biasa. Karenanya, Soohyuk meminta Lisa untuk kerja paruh waktu padanya. Soohyuk meminta Lisa untuk masuk kesana, berpura-pura menjadi salah satu wanita yang ikut berpesta di kelab malam kemudian melihat langsung usaha pengungkapan yang terjadi disana. Berada disana tentu jauh lebih baik dibanding membaca berkas dari kepolisian yang mungkin sudah dirubah pencari keuntungan.
Lisa mengedipkan lampu mobilnya begitu ia melihat Jiyong keluar dari gedung apartemen mereka. Gadis itu turun dari mobil bersamaan dengan datangnya Jiyong. Ia lantas memberikan kunci mobilnya pada Jiyong begitu pria itu tiba.
"Hadiah untukmu," ucap Lisa sembari menunjuk kursi bagian belakang dari mobilnya.
"Kau mabuk?" tanya Jiyong dan Lisa menggelengkan kepalanya.
"Tidak, aku tidak mabuk," ucap Lisa sembari menggeleng, namun aroma alkohol tercium jelas dari tubuh gadis itu. Lisa bahkan kesulitan untuk berdiri dengan tegak di atas sepatu hak tinggi berwarna merahnya. "Aku hanya minum sedikit, sangat sedikit. Rasanya tidak enak, sangat pahit, seperti obat? Ah lebih pahit dari obat! Aku tidak menyukainya, aku membencinya. Tapi... Racun pahit itu bisa membuatku melupakan masalahku. Pasti karena itu orang-orang suka minum, manusia punya banyak... Banyak sekali masalah,"
"Tsk... Kau benar-benar mabuk," komentar Jiyong yang kemudian merangkul Lisa sebelum gadis itu tersungkur di jalanan.
"Tidak," ucap Lisa bersikeras. "Aku tidak akan bisa menyetir pulang kalau mabuk. Tapi, aku suka aroma tubuhmu oppa," gumam Lisa yang kemudian memeluk Jiyong.
Jiyong membeku, sedikit gugup karena pelukan itu. Rasanya dunia berhenti berputar saat itu. "Hangat," gumam Lisa, masih memeluk Jiyong. Ia eratkan pelukan itu membuat Jiyong semakin sesak karena gugup. Pelukan itu membuat Jiyong merasa dirinya akan meledak disana. Seperti gunung api tersumbat yang ingin segera meluapkan lahar panasnya. Terlalu panas untuk bisa di tahan.
Dengan hati-hati, Jiyong bergerak. Ia tutup pintu mobil Lisa dengan sebelah tangannya, kemudian mengunci mobil itu dengan tombol dalam kuncinya. Masih dengan perlahan dan hati-hati, Jiyong melangkah, mengajak Lisa berjalan dalam rangkulannya.
Lisa terlelap begitu Jiyong membaringkan tubuhnya di atas ranjang. Di kamar Lisa, pria itu berdiri, memperhatikan Lisa yang perlahan meringkuk dan memeluk bantal yang ada disebelahnya. Sembari menyelimuti tubuh Lisa yang berbalut gaun merah itu, Jiyong memperhatikan tubuhnya. Tubuh yang kurus itu sangat sempurna dengan pakaiannya, pakaian apapun itu.
Jiyong masih berada di rumah Lisa, masih memperhatikan Lisa dari tempatnya berdiri, masih mengagumi gadis yang sekarang tidur sembari memunggunginya. Jiyong tidak menyesal karena Lisa membangunkannya di pagi buta itu. Jiyong justru senang karena Lisa meneleponnya pagi ini, walau ia tidak benar-benar tahu alasan Lisa meneleponnya. Jiyong khawatir ia akan salah paham kalau berfikir Lisa membutuhkannya saat mabuk. Jiyong khawatir ia akan salah paham kalau berfikir hanya dirinya yang Lisa ingat saat mabuk.
Tanpa sadar, Jiyong duduk di tepian ranjang Lisa. Masih memperhatikan Lisa sembari mengarahkan tangannya untuk mengusap rambut Lisa– namun tidak benar-benar menyentuh helaian rambut itu. Tangan Jiyong bergerak seolah ia sedang membelai rambut Lisa yang saat itu masih terlelap dengan begitu nyenyak. Tidak terasa, waktu berlalu dengan sangat cepat dan pintu depan rumah Lisa tiba-tiba saja terbuka di pukul enam pagi. Lagi-lagi Kyungho yang datang, pria itu datang dan masuk kekamar Lisa untuk mengecek adiknya sudah pulang atau belum. Karena pekerjaan Lisa, ia khawatir adiknya itu akan menghilang seperti Jaewook.
"Apa yang kau lakukan dikamar adikku?" tanya Kyungho saat ia melihat Jiyong dan Lisa yang sekarang duduk di atas ranjang, saling menatap dengan mata gugup.
"Ya! Ku pikir kau gangster yang semalam!" seru Lisa, yang langsung melempar bantalnya pada wajah Kyungho. "Ku pikir aku gagal melarikan diri semalam. Augh! Mengejutkan saja! Bisakah kau tidak membanting pintu saat datang?! Jantungku bisa meledak karenamu!" omel Lisa kepada sang kakak yang baru saja datang. Gadis itu langsung duduk di atas ranjangnya saat mendengar Kyungho membanting pintu rumahnya beberapa detik lalu.
Pagi itu Lisa tidak tidur terlalu lama. Gadis itu mulai kembali beraktifitas setelah tidurnya terganggu oleh suara pintu yang di buat Kyungho. Sembari berbaring di ranjangnya, ia membiarkan Kyungho mengobati beberapa lukanya– ada memar di pinggang, perut, luka pukul di bagian belakang lehernya juga pergelangan kakinya yang terkilir.
"Senang rasanya punya dokter pribadi," komentar Lisa sembari memperhatikan wajah Jiyong yang duduk di tepi sebelah kiri ranjangnya– sedang Kyungho ada di tepi sebelah kanan.
"Kau jadi banyak bicara," sinis Kyungho yang dengan sengaja menguatkan pegangannya pada kaki terkilir Lisa– membuat gadis itu lantas mengeluh kesakitan. "Kau bilang sudah-"
"Ah! Oppa sudah menerima hadiahku?" tanya Lisa, kepada Jiyong yang sekarang mengangkat alisnya.
"Hadiah apa?" tanya Jiyong dan Lisa bergerak untuk duduk setelahnya. Jiyong tidak ingat kalau Lisa memberinya pernah hadiah.
"Pagi ini aku meneleponmu karena ingin memberimu hadiah," ucap Lisa, "di mobil," tambah gadis itu membuat Jiyong lantas berseru– Jiyong pikir, pagi ini Lisa terlalu mabuk sampai ia tidak sadar dan mulai melantur.
"Ku pikir kau mabuk dan memberiku mobilmu pagi ini," gumam Jiyong. Dengan santai pria itu bangkit, mengambil kunci mobil Lisa di atas meja riasnya kemudian bilang kalau ia akan pergi ke mobil dan mengambil hadiah itu.
Seperginya Jiyong, Kyungho yang penasaran lantas bertanya– hadiah apa yang Lisa bicarakan.
"Alat musik," jawab Lisa. "Gitar, bass dan keyboard. Dia mungkin tidak bisa berhenti kerja, tapi punya alat musik pasti akan menghiburnya kan? Cuti beberapa hari, bermain musik, memperbaiki moodnya lalu kembali bekerja dengan suasana hati yang lebih baik, rencana sempurna kan?"
"Kenapa kau berfikir dia tidak punya alat musik sendiri?" tanya Kyungho dan Lisa bilang kalau ibu Jiyong sudah membuang semua alat musik itu enam tahun lalu. Lisa bilang kalau Jiyong pernah bercerita padanya tentang nasib semua alat musik yang pernah ia beli. "Lalu darimana kau dapat alat musik? Membelinya?"
"Tidak," jawab Lisa dengan senyum jahil di wajahnya. "Aku mengambilnya dari kelab semalam. Sebelum keadaan jadi kacau, seseorang membantuku mengambil barang-barang itu," cerita Lisa namun tidak membuat Kyungho puas dengan jawabannya.
"Pria semalam?"
"Pass," jawab Lisa, ingin melewati pertanyaan itu tanpa menjawabnya.
"Tsk... Kau bilang kau sudah mengundurkan diri? Jiyong sudah mengundurkan diri, dia pengangguran sekarang,"
"Sungguh?! Dia benar-benar berhenti?! Augh! Bodoh!"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Band Aid
FanfictionAda perbedaan diantara seseorang yang menginginkanmu dan seseorang yang akan melakukan apapun untuk mempertahankanmu.