For the first time aku akhirnya triple update di cerita ini. Aku minta satu syarat buat next chapter gak? Komen di chapter ini harus mencapai 100 untuk next chapter. Sanggup gak?
....
Kayaknya, memilih pergi dan lari dari rumah Yunseong bukanlah pilihan yang tepat di saat keadaan dia kaya gini. Tapi, menurut Shelin ini lebih baik daripada dia harus bilang ke Om dan Tante Hwang kalo dia mau pertunangan mereka dibatalin.
Shelin nggak akan mau ngelakuin itu, dia nggak bisa.
Cewek itu berjalan menyusuri kompleks perumahan Yunseong yang lumayan besar, dengan cuma memakai kaos kebesaran yang bahkan nggak bisa menutupi seluruh pahanya. Dia bahkan nggak pakai sendal, hp nya juga ketinggalan di kosannya Yeji. Intinya saat ini Shelin cuma membawa dirinya sendiri.
Hari sudah semakin gelap, kira-kira jam satu malam. Dan suasana kompleks juga semakin sepi, ya ini adalah kompleks elite, dimana halamannya saja luas, dari rumah ke gerbang jauh. Jadi pantas kalau sepinya lebih terasa.
Shelin memeluk tubuhnya yang merasakan dinginnya angin malam, tubuhnya sedikit menggigil, terlebih tadi dia baru aja shampooan dan rambutnya bahkan masih basah sampe sekarang.
Cewek itu terus menyusuri jalan, nggak tau mau kemana selain mencari jalan raya. Padahal dia juga bingung gimana caranya biar bisa pulang ke kosannya Yeji. Hp aja dia nggak bawa, ah jangankan hp, sendal aja nggak sempet pake.
Yunseong emang keterlaluan. Nggak punya hati nurani.
Tega-teganya dia menyeret Shelin di saat cewek itu belum ada persiapan kaya gini, gimana kalo nanti dia diculik? Terus diambil organ tubuhnya buat di jual? Dan yang lebih parahnya si penculik itu merkosa dia dulu sebelum akhirnya ngebunuh dia?
Jaman sekarang kan sedang marak-maraknya penculikan, ya meskipun Shelin nggak yakin kalo ginjalnya masih bagus karena dia kan nggak begitu peduli soal kesehatannya, masih sering merokok kalau stress, sering mabuk-mabukan.
Ah tapi tetep aja dia takut.
Srek!
Langkah gontai Shelin terhenti lantaran ada suara yang entah berasal dari mana.
Cewek itu semakin memeluk tubuhnya erat, jujur Shelin takut. Meskipun dia bisa bela diri, tapi dikeadaan kaya gini siapa coba yang nggak takut? Terlebih Shelin kan perempuan.
"Hoekkk."
Matanya membelalak ketika dia melihat ada dua orang pria berbadan tambun yang berdiri di depannya dengan keadaan mabuk, dan juga yang satunya tengah memuntahkan seisi perutnya di depan selokan kecil yang ada di sana.
"Ah elah,,, jorok banget hik..." Ucap temennya.
Shelin melihat sekeliling, sepi. Hanya ada dua pilihan yang dia punya, tetep lanjutin jalan (yang kemungkinan bakal ketemu sama dua orang itu dan pasti diganggu) atau lari dan balik ke rumah Yunseong yang pasti dia bakal dipaksa buat ngomong ke keluarga Hwang.
Shelin bener-bener dilema, cewek itu nggak tau harus ngelakuin apa.
"Astaga..." Gumamnya pelan, ketika salah satu dari mereka ada yang menyadari keberadaan Shelin.
"Widih hik... Ada cewek cakep nih hik..." Ucap yang satunya, yang baru saja memuntahkan isi perutnya tadi.
Shelin semakin was-was. Cewek itu mundur beberapa langkah ketika dua orang mabuk semakin mendekatinya.
Di keadaan kaya gini, apakah pantas Shelin yang notabenenya seorang pendosa memohon perlindungan pada Tuhannya?
"Papa... takut," ringisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vicious [REVISI]
RomanceNyatanya, si pemeran antagonis pun tidak selamanya benar-benar jahat. Dan mereka yang terlihat baik, belum tentu seperti apa yang terlihat. ⚠️ Tidak disarankan untuk dibaca oleh usia 17 tahun ke bawah. Heroinesa; 04 Jan, 2020