Kalian semua gak tau apa yang dilalui Yunseong setelah pindah hahaha. Akan aku bahas dichapter depan:)
BTW BACA PART KEMARIN DULU YG BELUM LIAT LAGI, ADA KESALAHAN HUHU
....
Saat Shelin sampe di rumah sakit, ternyata Papanya udah siap-siap banget mau pulang. Bahkan beberapa bajunya juga udah diberesin ke tas sama si bibi yang emang baru dateng tadi.
"Papa emang udah baikan? Kan seharusnya masih beberapa hari lagi dirawatnya, Pa." Kata Shelin sambil megangin tangan Papanya yang sekarang duduk di kursi roda.
Papanya mengangguk terus ngelus rambut anak semata wayangnya itu. "Papa bosen di sini, gak bisa kemana-mana."
"Tapi di rumah juga kan sama aja, mending di sini sampe sembuh," lirih Shelin, mengingat Papanya sekarang cuma bisa duduk di kursi roda. Mungkin untuk selamanya, Papanya gak akan bisa kaya dulu lagi.
Sejak dua tahun lalu. Sejak Papanya dinyatakan lumpuh untuk selamanya.
"Papa udah sehat sayang, kamu gak perlu khawatir lagi, okay? Gapapa, ayo cepet kita keluar. Papa pengen buru-buru sampe di rumah, Papa gak suka kelamaan di sini." Ujar Papanya.
Maka, mau gak mau Shelin pun harus nurutin kemauan Papanya. "Yaudah deh. Bi, bawa Papa ke depan ya. Aku mau ke administrasi dulu." Yang mana asisten rumah tangganya itu langsung mengangguk dan ngebawa sang Papa buat ke depan terlebih dahulu.
Sengaja sebenernya Shelin nyuruh Papanya duluan, soalnya masih ada hal lain yang belum dia selesain di sini.
Shelin itu senyum tipis saat Papanya udah bener-bener hilang dari pandangannya. Cewek itu ngambil ponswl di tasnya lalu nelfon seseorang.
Diangkat.
"Sayang, kamu dimana?"
Cowok di seberang sana mendengus, "bukan urusan lo."
"Kenapa malah pergi pas aku udah sampe sih. Segitu gak sukanya sama aku?"
"Tuh nyadar."
Shelin semakin lebarin senyumnya, "cepet kasih tau kamu dimana."
"Gak!"
"Yunseong..."
Tut!
Panggilan diputus sepihak oleh Yunseong. Shelin ketawa kecil sambil natap ponselnya. Sebenernya dia udah tau Yunseong dimana, cuma lagi ngeledek aja.
Shelin pun keluar dari ruang inap Papanya, gak lupa setelah itu pake sesuatu yang dia ambil dari tas.
Jepit rambut.
....
"Enak ya jadi burung, bisa terbang kemana pun sesukanya. Bisa keliling dunia dengan sayapnya," Kiara menggumam sambil menatap ke arah langit dimana banyak burung berterbangan.
Yunseong yang ngeliat itu duduk di kursi taman rumah sakit itu, ikut menatap langit.
"Kenapa aku gak jadi burung aja ya? Atau kupu-kupu kek. Aku pengen keliling dunia loh, Seong."
Yunseong narik kursi roda Kia, sampe cewek itu bener-bener menghadap ke arahnya, natap cewek itu lamat. "Kenapa harus jadi mereka kalo kamu sendiri bisa keliling dunia sama aku, ayo bilang kamu mau kemana? Aku bakal sanggupin."
Kiara menatap nanar kearah Yunseong, "nggak usah bilang gitu kalo cuma biar aku seneng, kamu lupa gimana keadaan aku? Mana ada orang cacat kaya aku pergi kemana aja, udah bisa ngeliat dunia luar aja aku bersyukur."
"Yunseong!"
Belum sempet Yunseong ngebales ucapan Kiara udah ada yang manggil dia dari belakang.
"Shelin? Itu Shelin kan?" Yunseong natap Kiara, dan ngangguk.
Pandangannya beralih ke Shelin yang sekarang udah jalan mendekati mereka.
"Hai Kia!" Sapa Shelin ramah saat cewek itu udah di depan mereka, tanpa disuruh duduk di samping Yunseong.
"H-hai Shelin," sapa Kia balik, masih kaget kenapa tiba-tiba ada Shelin di sini.
Kiara sama Shelin kenal soalnya mereka emang se-SMA, bahkan pernah satu kelas. Dan Shelin yang dikenal Kiara adalah cewek sombong juga angkuh. Tapi, hari ini dia dibuat kaget akan kedatangan cewek yang pernah jadi primadona sekolah itu, nyapa dia dengan senyum manisnya.
"Udah lama gak ngeliat lo lagi, Kiara." Kata Shelin memulai percakapan, "how's life?"
Kiara sempet ngelirik Yunseong yang entah kenapa raut wajahnya mulai berubah sejak kedatangan Shelin, sebelum akhirnya, "ya, kamu bisa liat sendiri keadaan aku kaya apa," balas Kia, cewek itu sempet nyunggingin senyumnya ke Shelin.
Sejujurnya Kiara cukup kaget. Kaya, nggak biasanya seorang Jung Shelin yang bahkan dulu gak pernah deket sama dia malah kaya gini, sok akrab? Mungkin karena udah lama gak ketemu makanya Shelin basa basi. Tapi hal yang bikin Kiara bingung itu, kenapa Shelin ada di sini?
Shelin ngangguk-ngangguk, menatap ke arah cewek yang duduk di kursi roda itu dengan tatapan menilai, yang sayangnya walaupun tanpa make up, dengan wajah pucat, Kiara masih tetep keliatan cantik.
Pandangannya beralih ke Yunseong yang udah natap dia tajam, alis cewek itu terangkat. "Kamu kenapa sih, sayang?"
Raut wajah Kiara berubah kaget pas denger panggilan untuk Yunseong dari Shelin, maksudnya?
"Kenapa muka kamu itu nggak seneng banget aku dateng ke sini, hm? Aku ngeganggu acara kencan kalian?" Tanyanya sambil senyum manis, Shelin sempet ngelirik Kiara dengan ekor matanya, sebelum akhirnya balik natap Yunseong yang wajahnya udah berubah mengeras.
"Pergi lo." Usir Yunseong, tajam. Bikin Kiara makin bingung sama keadaan ini.
Shelin terkekeh, cewek itu malah ngerangkul tangan Yunseong, ngedeketin wajahnya ke pipi cowok itu, dan—
Cup!
Senyum Shelin makin lebar begitu dia ngeliat ekspresi kaget Kiara dan ekspresi keselnya Yunseong secara bersamaan.
"Emang aku gak boleh nyamperin tunangan aku sendiri?"
"T-tunangan?" Kiara gak bisa lebih terkejut dari ini, apa maksudnya? Tunangan?
Shelin natap Kiara jengah, cewek itu hampir aja jatuh ke belakang pas Yunseong narik paksa tangannya dari rangkulan Shelin.
"Gak usah dengerin orang gila, Ki, dia cuma orang gak waras yang asal ngomong."
Maka, dengan itu Yunseong berdiri dari sana, narik kursi roda Kiara buat ngejauh dari Shelin.
Kalo aja gak ada Kiara, Yunseong gak akan segan buat nampar Shelin saat itu juga. Tapi gak bisa, dia gak mau Kiara ngeliat dan jadi takut sama dia.
Yunseong sayang banget sama Kiara, dan cowok itu gak mau ngeliat Kiara lebih terluka dari ini.
Kiara sempet ngelirik Shelin yang nyalipin rambutnya ke belakang telinga. Sampe cewek itu menangkap sesuatu yang janggal.
"Itu kan jepit rambut aku."
Sementara Shelin tersenyum sinis setelah kepergian mereka, "Dasar cacat, liat aja gue bakal ambil Yunseong lo. Lo tuh gak ada apa-apanya dibanding gue haha."
KAMU SEDANG MEMBACA
Vicious [REVISI]
RomansaNyatanya, si pemeran antagonis pun tidak selamanya benar-benar jahat. Dan mereka yang terlihat baik, belum tentu seperti apa yang terlihat. ⚠️ Tidak disarankan untuk dibaca oleh usia 17 tahun ke bawah. Heroinesa; 04 Jan, 2020