"Dari mana aja kamu, jam segini baru pulang?" Gerakan Shelin yang lagi buka sepatunya terhenti pas lampu tengah rumahnya dinyalain sama Mamanya.
Oh, ada orang. Pikirnya.
Shelin gak ngidahin ucapan sang Mama, cewek itu masih asik ngebuka sepatunya terus ditaruh di rak.
"Shelin, Mama nanya kamu ya!" Shelin menggeram kesal, sepatu yang masih di tangan dilempar ke rak.
Shelin balikin badannya dan natap Mamanya. "Apa peduli Mama?" Shelin balik tanya, dengan nada sarkas.
"Gak usah sok peduli sama Shelin kalo yang mama peduliin selama ini cuma uang."
"SHELIN!" Shelin gak meduliin teriakan Mamanya, cewek itu milih masuk ke kamarnya.
Tanpa mereka ketahui, Papa Shelin merhatiin pertengkaran keduanya dalam diam.
....
"Mama udah berangkat," Shelin mengangkat sebelah alisnya ketika Papanya bilang gitu pas dia ke dapur buat ambil minum.
"Aku gak nanyain Mama," katanya, sambil nuang air ke gelas.
"Pagi-pagi gak boleh minum air dingin, nak. Gak baik buat kesehatan."
"Biarin aja, aku kan emang udah gak sehat." Papanya gelengin kepala liat kelakuan anak semata wayangnya.
"Kamu gak kuliah?"
"Kuliah, nanti jam sembilan, Pa."
"Kalo abis kuliah langsung pulang nak, gak baik anak perempuan selalu pulang malam."
Shelin menggaruk tengkuknya yang gak gatal, selesai minum dia ngedeketin Papanya yang duduk di depan meja makan.
"Papa tau kan, aku tuh males pulang ke rumah. Mama bawel," ucapnya memelan di akhir.
Papanya ketawa pelan, "gak boleh gitu, bawelnya Mama tuh sayang sama kamu."
Shelin mengendikan bahunya, "mana pernah Mama sayang aku, Mama kan cuma sayang sama uang," lirihnya.
Shelin ngerasain tangannya digenggam Papanya. "Shelin, Mamamu gak kaya gitu. Mama itu sayang sama kamu, cuma dia gak bisa ngungkapin itu secara gamblang, makanya dia keras ke kamu."
Shelin ngibasin tangannya, "udah lah Pa, Papa gak usah ngebela Mama terus. Kalo Mama sayang sama aku, gak bakal dia ngebiarin aku hidup menderita kaya gini."
Dan Papanya, hanya bisa menatap Shelin dengan tatapan bersalah.
"Maafin Papa ya, nak, seandainya Papa gak—"
"Udah ah, Pa, gak usah ngomong lagi. Mending sarapan, Shelin tau Papa pasti belum sarapan kan."
Papanya Shelin tersenyum melihat anaknya, meskipun Shelin keliatan arogan di luar, tapi sebenarnya cewek itu gak kaya apa yang orang lihat.
Dia cuma terlalu rapuh. Sampe dia membentengi dirinya sendiri, membentuk karakter seolah dia jahat di depan semua orang, itu semua semata-mata untuk melindungi dirinya yang pernah tersakiti di masa lalu.
Ayahnya tau, Shelin udah banyak menderita selama 19 tahun ini.
....
"Cong, cewek lu noh," Yunseong nolehin kepalanya tepat dimana Juyeon nunjuk.
Cowok itu berdecak ketika melihat Shelin jalan ke arah dia dengan gaya sok nya, hari ini cewek itu keliatan cantik dengan dress di bawah lututnya, rambut dikuncir kuda dengan make up yang keliatan sederhana tapi wah gitu kesannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vicious [REVISI]
RomantizmNyatanya, si pemeran antagonis pun tidak selamanya benar-benar jahat. Dan mereka yang terlihat baik, belum tentu seperti apa yang terlihat. ⚠️ Tidak disarankan untuk dibaca oleh usia 17 tahun ke bawah. Heroinesa; 04 Jan, 2020