Episode Lima

726 78 12
                                    

Siang! Mungkin kalian berpikir adegan di bawah ini adalah adegannya Sasha yang dimarahi Bu Leona, atau soal Bu Manajer tersebut yang minta penjelasan. But, no, aku sudah menyiapkan adegan kejutan buat kalian.


Diiringi lagu Love Shot -nya EXO, dengan ini Abang nyatakan Episode Lima dimulai!


Na na na….


Happy Reading!


⚜️⚜️⚜️


"Aw aw aw!" ucap Leona setelah membawa Sasha ke meja receiptsionist, senyum wanita 35 tahun bertubuh tinggi 'agak' berisi itu langsung melebar.


"Apa, Bu?" Sasha jadi heran sendiri dibuatnya, ia segera duduk di kursi kerjanya.


"Nggak pa-pa. Memang sudah saatnya, Sha."


"Saatnya?"


"Sudah saatnya kamu punya kekasih." Leona meletakkan tangan kirinya di atas meja, menampakkan jari manisnya yang dilingkari cincin emas penuh permata zamrud.


"Memang," timpal Sasha sekenannya. "Bu Leona pasti mikir yang aneh-aneh?"


"Whoa, jujur, iya."


Pipi Sasha langsung menggelembung.


"Becanda, Sha."


"Sebenarnya saya bisa menentukan kapan saya harus punya kekasih atau menunda dulu, Bu. Tapi kalau ternyata malah menjalani hubungan dengan pria yang tak tepat kan jadi buang-buang waktu?"


"Betul juga, sih, kalau soal itu. Anyway, soal seorang pria yang terlihat hampir-hampir telanjang di kamar lantai dua barusan, kamu harus jaga diri baik-baik loh, Sha."


"Astaga, Bu. Saya baru mengenal dia hari ini, dia hanya tamu."


"Hanya tamu? Dan saya dengar dia memuji keindahan bokongmu? Saya jadi khawatir sama keadaan kamu di ruangan kamar pria tadi, Sha."


As-ta-ga! Pipi Sasha seketika memerah.


Sepeduli itulah sikap Ibu Manajer The Luxury Hotels kepada Sasha, layaknya seorang sahabat atau keluarga, sebab selain mereka sudah mengenal sejak lama, kenyataannya sebentar lagi Leona akan menjadi bagian dari keluarga Sasha. Cincin emas dengan permata zamrud yang tersemat di jari manis wanita itu adalah pemberian Revano Geraldio, kakak kandung Sasha, seorang Kakak yang kini sedang mengatur tanggal cuti kerjanya —sebagai seorang pilot— untuk menjalani pesta pernikahan yang direncanakan akan berlangsung bulan-bulan ini.


Menjadi calon kakak ipar Sasha, tak mengherankan kalau Leona mempunyai kekhawatiran itu, sebab ia tahu sejauh ini adik Revano tersebut selalu mengidam-idamkan pria dari India untuk dijadikan kekasih, bukan pria lokal yang sampai jungkir balik-pun akan selalu ditolak oleh Sasha.


"Jadi Ibu mencurigai saya diam-diam sudah lama kenal pria India tadi, pacaran, lalu melakukan—?" tanya Sasha seraya menganggukkan dua jari tangannya —isyarat tanda kutip.


"No, no, no." Leona menggeleng-gelengkan kepalanya. "Saya cuma khawatir, itu saja."


Dahi Sasha mengernyit.


Keheningan menyeruak.


"Well, kalau kamu merasa baik-baik saja, mari kita skip persoalan ini."


"Okay," timpal Sasha cepat. "No debat-debat, apalagi sampai bilang ke Kak Revan."


Leona mengangguk-angguk. "Sekarang kembali ke persoalan lain, kenapa saya nyariin kamu, saya mau minta rekap daftar tamu yang check-out seminggu ini, habis itu kita makan siang bareng dan saya mau cabut lagi."


"Siap!" jawab Sasha cepat.

***

"Kau dimarahi Ibu Manajer hotel ini?"


Pertanyaan itu tiba-tiba mengagetkan Sasha yang sedang memainkan ponsel di jam 13 : 00 ini, Leona sudah pergi setengah jam yang lalu setelah makan siang bersamanya di ruang makan hotel.


Seketika tatapan Sasha tertuju ke arah suara itu. Ia menemukan….


Syaheer? Ya, bukan tidak. Pria itu berdiri di seberang meja dengan gagahnya, membuat Sasha segera bangkit dari duduknya karena ingin menunjukkan kesopanan barangkali ada yang bisa ia bantu.


"Dia bukan tipe wanita pemarah, Mister," jawab Sasha dengan tatapan mata tak mau enyah dari badan Syaheer. Kali ini pria itu mengenakan setelan jas hitam dan menenteng sebuah koper, rambutnya tertata rapi dan aroma parfumnya yang maskulin dan khas, menguar hingga tercium oleh Sasha.


"Well. Apakah malam ini kau ada waktu luang, Sha? Saya pengen ngajak kamu ke suatu tempat. Dan tak boleh ditolak." Syaheer mengerlingkan matanya.


Deg!


Kerlingan itu membuat Sasha terpana hingga jantungnya berhenti berdetak untuk sepersekian detik saking senangnya.


"Bagaimana kalau saya menolak?" Kali ini Sasha nenampakkan ekspresi datar, padahal sesungguhnya, ajakan Syaheer barusan cukup membuat hatinya terbang.


"Saya akan datang ke apartemenmu."


Sasha bengong mendengar itu. Segala kata seolah jadi hilang dari penyimpanan diksi di otaknya. Tak berselang lama, tiba-tiba Syaheer berlalu setelah sekali lagi mengerlingkan matanya ke arah Sasha, membuat gadis itu hampir-hampir meleleh dibuatnya.

⚜️⚜️⚜️

Menikmati cerita ini dan ingin lanjut? C'mon vomment dulu!

Regard,

Ikko Williams.

SYAHEER 01 ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang