Episode Dua Puluh Enam

380 61 19
                                    

Selamat siang, silahkan dilanjut....

⚜️⚜️⚜️


Sasha: Dear, Syaheer. Aku Sasha Zavarilla, sekarang aku sedang dalam masalah besar dengan Arlon. Kumohon kemarilah, aku butuh bantuan kamu secepatnya. Lokasinya terlampir di bawah, tolong aku.

Akhirnya, Sasha menulis pesan Whatsapp itu untuk Syaheer dan langsung mengirimnya, tak lupa ia mengirim lokasi keberadaannya saat ini.

Sementara itu di luar sana, Arlon tampak semakin marah, segala kata kasar dan ancaman keluar dari bibir pria itu. Namun, menanggapi hal itu, Sasha terus mengusahakan dirinya untuk bersikap tenang.

Tatapan Sasha terus tertuju ke layar ponselnya, menunggu pesan Whatsaap-nya dibaca oleh Syaheer karena terlihat sudah centang dua.

"Syukurlah," ucap Sasha lega ketika mendapati centang dua pada pesan itu sudah berubah menjadi hijau. Dilihatnya Syaheer sedang mengetik, membuat Sasha lantas menunggu dengan jantung berdebar tak karuan. Namun….

Duack!

Kaca mobil di sebelah Sasha dipecah oleh Arlon menggunakan batu. Sontak, Sasha yang kaget setengah mati pun langsung menjerit histeris lalu merangkak dengan cepat ke kursi sebelah.

"Nooo! Tolonggg!" Sasha terus menjerit dalam kepanikannya, terlebih ketika pada pukulan ke dua, kaca pintu mobil Sasha sudah rontok dengan sempurna.

Secepat kilat, Sasha mengunci layar ponselnya lalu melempar benda itu di kolong kursi setir. Sejurus kemudian ia keluar dari pintu di sebelah kirinya dengan tubuh gemetaran.

"Arlon! Lo gak berhak searogan itu ke gue!" teriak Sasha lantang begitu keluar dari mobil dan berdiri menatap Arlon tajam-tajam. Ia dan Arlon hanya terbatasi mobil sedannya, dilihatnya pria itu malah menatapnya nanar dengan ekspresi frustasi, sementara itu didapati oleh Sasha, Leona tersungkur ke tanah dengan tangis sesenggukan.

Keheningan menyeruak, tiba-tiba Leona merangkak menghampiri Sasha.

Karena khawatir diserang, Sasha sempat mundur sedikit, namun ternyata apa yang selanjutnya dilakukan Leona benar-benar di luar dugaan Sasha. Ibu manajer The Luxury Hotels itu tiba-tiba berlutut di kaki Sasha lalu memeluk kaki jenjang Sasha sambil terus menangis.

"Sha, please, jangan bilang Mas Revano, aku janji, aku janji bakal nurutin apapun kemauan kamu, tolong. Pernikahan kami tinggal menunggu bulan, aku nggak mau dia tahu soal ini."

Keheningan menyeruak, Sasha hanya bisa diam dan mematung di antara pikirannya yang campur aduk. Air mata Sasha pun mulai meleleh.

Tiba-tiba, dilihat oleh Sasha, Arlon telah mendapatkan ponselnya yang tadi ia lempar di kolong kursi setir.

Seketika mata Sasha terbelalak, terlebih ketika Arlon mendekatinya sambil mengulurkan ponsel itu ke arahnya. "Sha, gue mau lihat riwayat chat lo, lo udah bilang ke siapa aja?" tanya Arlon dengan nada lembut dan senyuman penuh permohonan. Wajah pria itu memerah, matanya sembab, emosi dalam dirinya masih terlihat jelas.

Hening, Sasha menggelengkan kepalanya.

"Sha, bukain kunci layar ponsel lo, gue mau menarik semua pesan yang udah lo kirim." Arlon semakin mendekat, ucapannya terdengar berusaha dilembutkan.

Sasha terus menggeleng, segaris rona ketakutan terpancar jelas di wajahnya.

"Gue mau liat, please. Setelah itu urusan kita selesai."

Sasha terus menggeleng.

"Bukain, bangsat!!!" Kali ini Arlon membanting ponsel Sasha sekuat tenaga, membuat Sasha yang semakin ketakutan segera mengangkat kakinya dari pelukan Leona dan mundur. Dilihat oleh Sasha ponselnya sudah terbelah menjadi dua bagian karena terhantam aspal.

Keadaan semakin genting karena Leona malah terus menangis kencang.

Air mata Sasha mulai bercucuran, ia mundur teratur dengan tubuh gemetaran.

Selanjutnya, dilihat oleh Sasha, Arlon menghentikan langkah dan meraih ponsel di saku kemeja lalu tampak menelpon seseorang.

"Cuy, buru ke sini! Ada tugas yang musti kalian beresin malam ini! Gue nggak mau ninggalin jejak, kalian bawa pergi mobil gue sama mobil Leona, nanti gue yang bakal ngurus cewek pengintip yang sombongnya kebangetan ini!"

Deg!

Seketika jantung Sasha berdebar meriuh. Syaheer, please, cepet dateng, doanya dalam hati.

Kepanikan akut melanda pikiran Sasha, detik itu juga ia siap bergegas untuk melarikan diri saat dilihatnya Arlon menatapnya seperti kerasukan setan dan terus berjalan mendekat.

"Tolonggg!" Sasha menjerit dan siap berlari, namun….

Buck!

Tubuh Sasha limbung, ia jatuh tersungkur karena tiba-tiba Leona sudah ada di dekat kakinya dan menjegalnya.

"No Arlon, no," Sasha menangis saat Arlon semakin dekat dengannya, tangan pria itu mengepal, matanya melotot penuh sorot kebencian.

"Tolongggg!" Sasha menjerit lagi, kali ini disertai tangisan panik.

Tiba-tiba, dengan gerakan cepat Arlon menyerang Sasha dengan menjambak kuat-kuat rambut Sasha, membuat Sasha memberontak sekuat tenaga dengan menendang-nendang kaki Arlon, sementara itu tangannya mencakari tubuh Arlon secara membabi-buta.

Tangis Sasha semakin menderu saat Arlon memutar kepala Sasha dengan paksa.

Duack!

Dengan kejamnya Arlon menyikut tengkuk Sasha dengan kekuatan penuh, hingga….

Pandangan mata Sasha terasa kabur, tengkuknya sangat sakit luar biasa, tubuhnya melemas.

Duack!

Pada serangan kedua di tengkuknya, tubuh Sasha langsung tersungkur ke aspal. Dalam keterpicingan matanya, Sasha sempat melihat Leona memungut ponselnya yang sudah rusak parah lalu melempar benda itu jauh ke semak belukar di tepi jalan.

"Syaheer, tolong," panggil Sasha lirih. Sedetik kemudian kesadarannya hilang.


Fiuhhh, bersambung dulu ya, cerita selanjutnya bisa dibaca di versi cetak


Regards,
Ikko Williams



SYAHEER 01 ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang