Episode Dua Puluh Sembilan

383 57 11
                                    

I can't get in the door now
Better get out of my way
Never really saw me coming
You left with nothing to say
This is for everybody
Who always put me down
I hope you open up your eyes
And take a good look at me now
Take a good look at me now
Take a good look at me now

  Siang ini, lagu Look At Me Now-nya Charlie Puth mengiringi pekeerjaan Sasha di lobi The Luxury Hotels. Ia baru saja selesai memberi arahan ke sahabatnya, Ratsy, yang hari ini siap menjalani masa training sebagai receiptsionist di hotel itu.

  Tiga hari setelah pulang dari Rumah Sakit, kesehatan Sasha pun kembali pulih seperti sedia kala, rona wajahnya penuh keceriaan dan semangat, semangat beraktifitas kembali.

  "Ini semua karena ada lo, Rats, gue jadi semangat banget hari ini," ucap Sasha yang siap makan siang bersama Ratsy di ruang makan hotel karena waktu sudah menujukkan pukul 12:30.

  Ratsy tersenyum. "Ummm, gue rasa sama, Sha. Gue juga belum pernah sesemangat ini. Tapi, gue nggak tahu lagi gimana nunjukin rasa terima kasih ke lo, pekerjaan ini sangat gue impikan dari dulu banget."

  "Maybe, Tuhan memang sudah menunjukkan jalan terbaik buat kita, Rats. Menjadi manajer di hotel ini juga impian gue sejak lama, dan baru keturutan sekarang." Sasha mengambilkan piring dan sendok untuk Ratsy. Mereka melangkah beriringan menuju meja panjang penuh hidangan masakan Indonesia.

  Ratsy mengangguk-angguk seraya menerima piring dari Sasha lalu mengisinya dengan nasi merah.

  "Siang, Bu Sasha," ucap salah seorang koki yang sedang memanasi sayur asem di balik meja hidangan.

  "Siang juga, Mas Berto, boleh juga tuh sayur asemnya. Oh iya, kenalin nih, Mas, receiptsionist baru kita, Mbak Ratsy namanya," timpal Sasha seraya mendekatkan piringnya ke lelaki bernama Berto itu untuk diisi sayur asem.

  Setelah menerima piring dari Sasha dan Ratsy lalu meletakkannya, Berto lantas menjabat tangan Ratsy. "Welcome to my paradise, Mbak Ratsy, cantik banget deh, embaknya."

  Ratsy terkekeh. "Trims, Mas. Bisa aja, Mas Berto. Salam kenal, Mas."

  Berto mengangguk-angguk. "Yang betah di sini ya, Mbak. Kalau ada yang jahil dan nakal tinggal lapor ke Bu Manajer baru kita," ucapnya seraya melirik ke arah Sasha, membuat Sasha terkekeh. "Jangan sungkan untuk memesan minuman, cemilan, dan makanan ya, Mbak. Tinggal bilang ke OB, pasti nanti diantar ke meja depan. Dan semuanya gratis," lanjutnya seraya mengisi sayur asem ke dua piring di hadapannya. Setelah itu ia menyerahkannya ke Sasha dan Ratsy.

  "Terima kasih, Mas. Terima kasih," ucap Ratsy dengan wajah semringah. "Doain semoga nanti nggak auto bengkak karena banyak makanan ya, Mas."

  Berto terlekeh lirih. "Tenang, Mbak Ratsy. Mbak Sasha aja bisa still slim everyday."

  "Itu yang membuat saya heran, Mas," ucap Ratsy seraya memegang lengan Sasha.

  Sasha mendadak tertawa lirih.

  "Hobi Mbak Sasha, eh, Bu Sasha, kan, minum teh hijau, Mbak. Anyway, kalau mbak Ratsy mau teh hijau juga tinggal bilang."

  "Oke, Mas. Satu dua makan sayap, asyiaap," timpal Ratsy disusul tawa renyah Sasha dan Berto.

  "Eh, ada bistik kayak biasanya nggak, Mas Bert?" tanya Sasha kemudian.

SYAHEER 01 ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang