Episode Delapan

604 60 11
                                    

  "Kau suka yang mana, Sayang?"

  Setelah dihadapkan pada berbagai gaun dengan brand kelas dunia itu, Sasha masih bengong oleh pertanyaan Syaheer barusan.

  Tunggu dulu, apa? Sayang?

  Sasha terus diam, jantungnya berdegup kencang, tangannya bergetaran memegang bahan pakaian super mewah di hadapannya, sebab ia biasanya hanya melihatnya di acara-acara tv Internasional melalui model-model papan atas Victoria Secret yang melenggang di atas catwalk.

  "Tunangan anda sangat cantik, Mister, postur tubuhnya juga bagus, saya rasa cocok sekali dengan yang ini." Sang Pramuniaga mendekati sebuah gaun merah burgundy sepanjang betis yang membalut sebuah manekin, gaun yang indah, gaun berhiaskan mutiara berwarna serupa yang menjuntai dari arah pundak hingga ke ke lantai.

  Oh my God, it's so perfect! batin Sasha takjub, terlebih saat memutar manekin itu dan mendapatkan pemandangan glamour yang memukau. Gaun indah itu akan menampilkan punggung hingga pinggul indah si pemakainya, soalnya selain terbuka di daerah itu, sang desainer sengaja menyisipkan jaring-jaring hitam tipis dan lembut yang tepiannya berhiaskan mutiara tadi.

  "Kau menyukainya, Sayang?" Syaheer bertanya lagi, kali ini ia merangkul Sasha dengan memegang pinggang gadis itu.

  "Ehm!" Sasha berusaha mengatur napas, selain karena masih merasa tak menyangka akan mendapatkan gaun itu, rabaan Syaheer pada pinggangnya yang terkesan 'intim' membuatnya kaget. "Boleh lihat pakaian pria yang akan bersanding dengan ini?" tanyanya kemudian ke Sang Pramuniaga.

  "Di sana, Miss," jawab Sang Pramuniaga seraya menunjuk sudut ruangan dimana berjejeran manekin-manekin pria berstelan jas mewah.

  Sasha segera melenggang diikuti Syaheer. Begitu sampai ia segera meraba jas di hadapannya yang berwarna senada dengan gaun merah burgundy tadi. Gilak, gue nggak bisa bayangin betapa gagahnya Syaheer kalau memakai ini.

  Sasha segera menoleh ke arah Syaheer. "Ini sangat bagus," ucapnya mantap.

  "Dan aku juga menyukainya," jawab Syaheer seraya tersenyum. "Gimana soal gaun barusan, Sayang?" lanjutnya mersra.

  Sumpah, jantung Sasha hampir lepas dari singgasananya mendengar ucapan itu. Tapi ia berusaha tenang karena ia tahu ia harus mengikuti alur akting pria itu. "Damn, i love it," timpal Sasha dengan wajah semringah.

  Syaheer tersenyum.

  "Well, mari dicoba dulu," ucap Sang Pramuniaga. Ia lantas melambaikan tangan ke arah beberapa temannya hingga mereka mendekat.

  Setelah tiga orang pramuniaga sibuk mengambilkan barang serupa display yang dipilih Sasha dan Syaheer, Sasha segera melenggang ke ruang ganti, diikuti Syaheer. Mereka lantas masuk ke ruangan berbeda.

  Oh my God, indahnya. Setelah memakai gaun itu, Sasha menatap takjub pantulan badannya pada cermin di hadapannya. Tangannya lalu memainkan rambut panjangnya yang sejak berangkat tadi memang ia biarkan terurai. Dikuncir kuda, dikepang, disanggul, Sasha terus membayangkan tatanan rambutnya, senyumnya terus tersungging lebar. Gilak, semuanya cocok!

  "Sayang, jangan dilepas dulu, aku mau lihat!" seru Syaheer di ruangan sebelah, ruangan yang hanya disekat dinding kayu.

SYAHEER 01 ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang