Episode Dua Puluh Tiga

390 67 22
                                    

Seharian ini, pikiran Sasha jadi muram oleh cerita dari bibir Syaheer. Kadang gue pikir, dia baik sekali karena sekalipun dia banyak kesempatan melakukan perbuatan bejat selama kenal, dia justru benar-benar bisa menjaga gue. Tapi, kalau memikirkan tujuan awal dia mendekati gue, kenapa gue jadi merasa terlalu kepedean kalau dia punya rasa cinta ke gue? tanya Sasha dalam hati malam ini usai mandi.

Meski seharian ini ia telah banyak dihibur oleh Ratsy, mulai dari dibuatkan teh aromatherapy, dipesankan berbagai cemilan pedas kesukaannya melalui Ho-Food, ditemani menonton drama korea, dipanggilkan tukang pijat, dan rupa-rupa usaha lainnya, Sasha masih tak bisa move on dari cerita Syaheer.

Sasha pun mengganti pakaian, menggunakan jaket, lalu duduk termenung di hadapan kaca rias di kamarnya, ia sesekali mengangkat tangan kirinya dimana pada jari manisnya tersemat cincin berlian indah pemberian Syaheer beberapa waktu lalu, cincin yang diberikan secara cuma-cuma namun sangat berarti baginya.

Sasha mulai memutar-mutar cincin itu.

Kalau ingin melupakan Syaheer harusnya lepas aja cincin itu, Sha, bisik hati Sasha.

Mata Sasha berkaca-kaca seketika.

Menurut gue nggak perlu dilepas, sih, Sha. Inget baik-baik, Syaheer berbuat jahat apa ke lo? Dia cuma berniat. Note it, BERNIAT, bukan melakukan. Selama jalan sama dia kan lo dibuat bahagia? Kayaknya kebalik deh, justru elo yang jahat. Ya, lo jahat ke diri lo sendiri karena bisa mencintai seseorang secepat itu tapi nggak siap menghadapi risikonya. Sisi hati Sasha yang lain ikut andil berbisik-bisik.

"Fiuhhh," lenguh Sasha seraya meletakkan tangannya di pangkuan, ia tak jadi melepas cincin itu karena satu hal, wajah Syaheer terus menghiasi pelupuk matanya.

Sasha meraih ponselnya di sudut meja lalu memainkan lagu Tum Hi Ho-nya Arijit Singh. Why it's so hard? What's wrong with me? Apa yang perlu gue lakuin sekarang? tanyanya dalam hati seraya bangkit dari duduknya dan berjalan menuju ruang tamu.

Sasha duduk pada sofa yang tadi pagi diduduki Syaheer, ia mendengus kesal seraya menjambak sendiri rambutnya sekuat-kuatnya. Hingga setelah merasa puas dan mengedarkan pandangan, tatapannya tiba-tiba tertuju secarik kertas hitam di atas meja, kertas yang setelah ia ingat-ingat adalah kartu nama milik Syaheer.

Dengan ragu-ragu Sasha meraih kartu nama tersebut dan menatapnya sesaat.

Syaheer Mahesvara, eja Sasha ketika menemukan nama lengkap pria itu dalam font meliuk-liuk berwarna keemasan, di bawahnya Sasha menemukan nomor telepon pria tampan tersebut. "Simpen nggak ya?" gumamnya seraya meraih ponselnya di pangkuan.

Sasha termenung sesaat memperhatikan layar ponselnya yang sudah menunjukkan pukul 21:00. Di antara kebimbangannya untuk menyimpan atau tidak nomor Syaheer tersebut, setelah termenung beberapa menit, Sasha akhirnya menyimpannya, itu karena ia ingat ucapan Syaheer pagi tadi. Kalau kamu diganggu Arlon, aku siap membantumu, Sha.

Entah kenapa feeling Sasha mengatakan cepat atau lambat Arlon akan muncul lagi dalam kehidupannya.

Sasha memasukkan ponselnya di saku jaketnya lalu bangkit berdiri, malam ini ia berniat mengunjungi rumah kontrakan Leona, ia ingin bicara langsung kepada calon kakak iparnya itu bahwa keputusan yang dia ambil untuk cuti selama sepuluh hari benar-benar sudah bulat.

SYAHEER 01 ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang