Chap 4

1K 151 16
                                    

Jngan lupa vote❤💜

-------

“Tzuyu, aku bukan anak kecil. Aku tahu bedanya memerintah dengan meminta bantuan. Mereka tidak meminta bantuan darimu. Mereka memerintah,” ujar Taehyung dengan rahang kaku.
“Apa masalahmu?” Tzuyu tampak kesal.
Taehyung bersedekap dan kembali mendesah.
“Sejak pertama masuk, aku melihatmu diperlakukan seperti pembantu oleh mereka. Mereka memintamu untuk melakukan ini dan itu, menyuruhmu kesana kemari, kau diperlakukan seperti pecundang. Katakan padaku, apa mereka membully-mu?”
Tzuyu terkekeh.
“Ada apa denganmu, Taehyung? Aku baik-baik saja. Tidak ada bully di antara kami. Teman sekelas kita baik. Jadi, jangan terlalu paranoid. Dan berhentilah mengurusi urusanku,” balasnya jengkel.

“Kalau begitu, kembali ke kelas, dan biarkan ketua kelasmu mengumpulkan sendiri buku-buku itu,” Taehyung setengah mengancam. Tzuyu mematung.

“Tak mau?” Lelaki itu menelengkan kepalanya. Karena tak ada jawaban dari Tzuyu, ia meraup buku dari tangan gadis itu lalu melangkah kembali ke kelas.

“Taehyung? Ada apa denganmu?” Tzuyu mengekor di belakangnya. “Berikan buku-buku itu. Aku akan mengantarkannya ke kantor!” teriaknya.
Taehyung tak menggubris. Ia terus melangkah, kembali masuk ke kelas, lalu melemparkan tumpukkan buku itu ke meja Yoon Hee. “Kau ketua kelas, kan? Lakukan sendiri tugasmu. Kumpulkan buku-buku ini ke kantor guru. Dan kau,” ia menuding ke arah Yuri dan Seok Min. “Jangan pernah menyuruh Tzuyu untuk membeli minuman lagi. Kalian punya kaki dan tangan ‘kan? Kalian tidak cacat ‘kan?” nada suara Taehyung terdengar dingin. Mata coklat miliknya yang biasa berbinar kini terlihat kelam.

“Taehyung! Apa-apaan kau ini?” Tzuyu menjerit. Berusaha menghalau tubuh lelaki itu agar menyingkir dari hadapan rekan-rekannya yang tampak syok. Tak menyangka akan menerima perlawanan dari anak baru tersebut. 
“Bung, ada apa denganmu?” Seok Min berjengit. Maju beberapa langkah dan menatap Taehyung dengan kesal.
Taehyung menyeringai. Dan .... bukk!
Sebuah pukulan melayang ke wajah lelaki berkaca mata tersebut. Seok Min terpelanting dan nyaris menghantam tubuh Yuri yang duduk di belakangnya.
Beberapa anak menjerit kaget. Termasuk Tzuyu, yang juga terlihat kaget dan syok dengan kejadian itu.

“Aku sudah memperingatkan kalian. Jika ada yang tidak terima, laporkan saja pada guru. Dan aku tak segan-segan untuk merontokkan gigi seseorang,” Taehyung mendesis.
Ia berbalik, menyambar lengan tangan Tzuyu, lalu menyeretnya keluar.
Melangkahkan kakinya dengan langkah panjang tanpa mempedulikan Tzuyu yang meronta, menyusuri anak tangga, mengajaknya ke atap gedung.

***

“Apa yang kau lakukan?! Kenapa kau harus membuat keributan dengan mereka?! Kau tak tahu siapa yang kau hadapi! Jika pihak sekolah tahu kau membuat masalah dengan mereka, kau akan dihukum!” Tzuyu berteriak setelah mereka ada di atap gedung, berdua saja.  Gadis itu tak kalah kesal.
“Aku jijik melihatmu di suruh ini dan itu seperti pembantu,” jawab Taehyung.
Tzuyu menggigit bibir. Kedua matanya basah.
“Dan apa urusanmu? Kenapa kau harus peduli padaku?” desisnya. Taehyung tak menjawab.

“Orang tua mereka adalah pemilik sekolahan ini. Dan mereka berhak melakukan apapun padaku, pada siswa lain. Kau tak perlu ikut campur,” Tzuyu kembali bersuara parau.
Taehyung terkekeh sinis.
“Kau menjijikkan, Tzuyu. Hanya karena mereka punya kedudukan lebih tinggi darimu, kau membiarkan mereka menindasmu? Kau menyedihkan,”  Pemuda itu menatap Tzuyu, sinis.

Air mata Tzuyu nyaris tumpah.
“Aku memang menjijikkan. Aku memang menyedihkan. Karena hanya dengan beginilah aku masih bisa sekolah di sini!” teriaknya.
“Aku tidak seperti dirimu yang punya banyak uang, Taehyung,” desisnya.
“Aku yatim piatu. Miskin. Sejak orang tuaku meninggal dua tahun yang lalu karena kecelakaan, aku hidup berdua saja dengan adikku. Selama ini kami hidup hanya dengan mengandalkan dana asuransi dari mendiang orang tuaku. Kau pikir hanya dengan dana asuransi  itu aku bisa sekolah? Tidak!”  ia berteriak lagi.
“Ayah Yuri yang memberikan beasiswa padaku agar aku tetap bisa bersekolah! Jika kau menganggap hidupku menjijikan, aku tak peduli. Aku bahkan bersedia mengorbankan harga diriku jika memang harus kulakukan.” Dan air matanya tumpah.

DIFFERENT {TAETZU}✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang