Chap 7

875 118 2
                                    

----------

Pertanyaan itu tak mampu dijawab oleh pemuda dihadapanya.
"Jika kau mengganggapku teman, maka ceritakanlah apa yang tidak ku ketehui. Aku tak bisa menghadapi keterkejutan setiap hari. Beberapa waktu yang lalu aku dibuat syok ketika menyadari bahwa tetanggaku, teman-teman baru ku adalah makhluk abadi bernama Nephilim. Dan hari ini, aku nyaris terbunuh oleh Vampir. Besok apa lagi? Kenapa malaikat mencarimu? Kenapa kalian harus diburu?" Gadis itu tak tahan untuk tidak bertanya.

"Ku mohon Taehyung. Secara tidak langsung kau melibatkanku dalam urusanmu. Dan aku ingin tahu apa yang tidak kuketahui." Pintanya.
Taehyung mematung.
Pemuda itu menarik nafas panjang lalu menyeret kakinya dan duduk di sofa yang berada tak jauh dari tempat tidurnya.

Ia menegakan punggungnya di bantalan tempat duduk tersebut seolah ada beban berat disana. Ia terdiam sesaat seperti sedang mangatur kata-kata.

"Nephilim pindah dari satu tempat ke tempat lain bukan karena siklus. Bukan karena kami hobi travelling. Tapi kami melarikan diri. Kami adalah kaum yang ditakdirkan untuk di buru, dikejar-kejar, seumur hidup kami."
"Oleh siapa?"
"Malaikat."

Kening Tzuyu mengernyit.
"Malaikat? Bukankah Nephilim adalah keturunan malaikat dan manusia? Kenapa mereka Harus memburu kalian?"

"Aib." Jawaban Taehyung terdengar berat.
Seakan ia sendiri tak kuasa untuk mengucapkanya.

"Nephilim terlahir dari kesalahan malaikat yang menjalin cinta terlarang dengan manusia. Sesuatu hal yang seharusnya tidak boleh terjadi. Itulah mengapa mereka menganggap kami sebagai aib. Dan satu-satunya cara untuk menghilangkan aib tersebut, kami harus di habisi, dimusnahkan. Kaum Nephilim bahkan tidak bisa diterima diSurga maupun diNeraka." Suara pemuda itu seakan tercekat.

"Kami menghabisi waktu ratusan tahun kami, dengan pindah dari suatu tempat ke tempat lain demi menghindari kejaran mereka.  Kami memang mewarisi kekuatan malaikat, tapi tetap saja jumblah kami tidak seimbang. Terkadang kami terlibat pertempuran, terkadang kami terdesak, terkadang ada yang mati."

"Bukankah makhluk abadi tidak bisa mati?"
"Bisa, oleh sesama makhluk abadi lainnya. Dan kami benar-benar akan mati, musnah. Maksudku, kami tak punya jiwa yang akan pergi ke tempat lain. Selesai, begitu saja."  Jawab Taehyung lagi.

Tzuyu mendengar perunturan pria itu dengan terenyuh.
"Berapa tahun umurmu?" Tzuyu memberanikan diri untuk bertanya lagi.
Taehyung mengangkat bahu. "Entahlah, mungkin ratusan tahun," Jawabnya

"Hoseok yang paling tua di antara kami. Dia pula yang menemukan kami pertama kali. Dia menemukanku ketika aku terluka parah dan nyaris musnah. Lalu kami bertemu Junghan dan Josh, kemudian si kembar Jin dan Jungkook, barulah kami bertemu Eunwoo. Eunwoo Nephilim baru. Itulah kenapa Hoseok memilih tinggal di rumah untuk menjaganya karena Eunwoo belum bisa menjaga dirinya sendiri. Hoseok takut hal buruk menimpanya." Lanjutnya.

"Lalu apa yang terjadi dengan orang tua kalian? Maksudku -- yang malaikat?"
Taehyung kembali mengangkat bahu.
"Entahlah, setahuku mereka menjadi makhluk 'Terbuang', ada yang berakhir di neraka, ada juga yang berakhir menjadi Iblis. Kami tak tahu, dan kami tak ingin tahu." Jawabnya lagi.

"Ada berapa banyak Nephilim di dunia ini?"
Lagi-lagi pertanyaan itu dijawab Taehyung dengan mengangkat bahu.
"Entah, bisa jadi banyak. Bisa jadi para malaikat yang mengejar kami sudah menghabisinya," Ucapnya lagi.
Terdengar perih.

Lagi-lagi Tzuyu mendengar penuturan Taehyung dengan perasaan trenyuh, Iba. Ia membayangkan Taehyung berkelana ratusan tahun dari satu tempat ke tempat lain, berjuang mempertahankan diri, sendirian, kesepian. Tanpa tahu orang tua mereka, Tanpa tahu rasanya mempunyai keluarga lengkap. Betapa mereka seolah menjadi makhluk terkutuk yang tidak diterima di Surga Ataupun Neraka, bahkan di Dunia sekalipun.

Tzuyu teringat dengan Jin dan Jungkook yang kangen dengan kue kacang buatan ibu mereka. Ah, itu pasti sudah ratusan tahun yang lalu.
Ia juga teringat dengan Eunwoo yang begitu bahagia bisa bertemu dan berteman dengan Habin.

Ia ingat bagaimana Hoseok berusaha melindungi saudara-saudaranya. Ia ingat bagaimana Taehyung begitu over-protectif pada dirinya?

Tanpa sadar air mata Tzuyu menitik.

Oh, Taehyung yang kasian.
Mereka makhluk malang yang kasian, kesepian, penuh perjuangan.
Apa mereka ingat wajah orang tua mereka?
Apa mereka punya saudara kandung? Apa mereka pernah merasakan dekapan sayang seorang ayah? Seorang ibu? Keluarga?

Pasti tidak, kan?

Tzuyu terisak.
Betapa ia ikut terluka mengetahui fakta makhluk abadi di hadapanya.

"Kau tak perlu kasihan pada kami, Tzuyu. Tak perlu." Desis Taehyung lirih.
Air mata Tzuyu berderaian.
"Maaf, aku hanya ... Aku ..." Ia sesenggukan.
Sibuk menghapus air matanya yang terus mengalir tanpa mampu ia bendung.

Taehyung bangkit dan mendekati Tzuyu dengan langkah berat. Pemuda itu duduk di sampingnya, mengulurkan tangannya dan Memeluk gadis itu dengan lembut.

"Tak apa-apa, kami Baik-baik saja." Bisiknya. Ada kristal-kristal bening di sudut matanya. Bukti bahwa mereka, ia dan saudara-saudaranya akan  baik-baik saja.

Tidak.

Mereka harus terus melarikan diri. Dan itu artinya, semua tidak baik-baik saja....

*****************

Tzuyu bangun keesokan harinya tepat ketika cahaya matahari menyeruak masuk melewati hordeng jendela. Gadis itu menggeliat sesaat. Sejenak ia lupa kalau ia tidak berada di kamarnya.
Sampai akhirnya ia mencium aroma yang berbeda dari ruangan yang sedang ia tempati.
Ia bangkit dengan tiba- tiba menatap sekelilingnya.
Ah, akhirnya ia ingat ia sedang berada di kamar Taehyung.

Mata beningnya menatap keseluruhan ruang bernuansa abu-abu itu. Rapi, minimalis dan ... Khas. Khas aroma tubuh Taehyung. Tidak terlalu wangi, tidak menusuk, tapi terkesan Fres dan lembut.

Gadis itu turun dari tempat tidur dan beranjak ke kamar mandi untuk cuci muka. Sesaat sebelum ia keluar dari kamar, ia sempat mengecek bayangannya di cermin. Sekedar merapikan rambutnya yang acak-acakkan.

Ia menuruni anak tangga dan bergerak melangkahkan kakinya menuju dapur. Berharap ia bisa membantu menyiapkan sarapan pagi.
Ketika sampai disana, ia melihat Junghan sudah sibuk menata sarapan di meja makan.
"Maaf, aku bangun kesiangan." sapa Tzuyu. Ia segera membantu Junghan menata piring. Junghan tersenyum lembut. "Tak apa-apa. Hanya sekedar makan biasa." Jawabnya.
"Sepi." Tzuyu menatap sekeliling ketika menyadari tak ada celotehan dari Habin ataupun dari yang lainnya.
"Habin dan Eunwoo bangun pagi-pagi sekali. Mereka jognging bersama. Jin dan Jungkook juga. Yang lainnya, masih ada urusan." Junghan menjelaskan.
Tzuyu manggut-manggut.

"Tzuyu. Maaf soal semalam, kau pasti kaget." Ucap Junghan lagi. "Kami tak bermaksud melibatkanmu dalam masalah ini. Ini di luar dugaan kami kalau kau akan..."
"It's okay," potong Tzuyu. Ia tersenyum lembut ke arah Junghan. "Taehyung sudah menceritakan segalanya padaku. Dan, aku masih tetap ingin bersahabat dengan kalian. Jujur selama ini aku dan adikku merasa kesepian. Tapi sejak kita bertetangga, adikku senang sekali. Dan aku senang kita semua bisa bersahabt." Jawab Tzuyu.
Junghan tersenyum. "Suatu saat nanti kami akan pergi. Pindah dari satu tempat ke tempat lain, seperti biasanya. Tapi selama kita masih disini, ayo nikmati saja waktu kita bersama."
Tzuyu menganggung,
Pasti.

"Makanlah dulu. Aku akan pergi ke pasar, berbelanja untuk makan siang nanti," 
"Biar aku saja yang Berbelanja." Cetus Tzuyu.
Junghan mengibaskan rambutnya yang tergerai.
"Kau? Yang belanja di pasar?"
Tzuyu langsung mengangguk.
"Aku tidak repot. Biar aku saja yang belanja. Aku tinggal lebih lama  disini. Jadi aku tahu tempat mana yang menjual barang dengan kualitas bagus dan harga murah. Aku tahu uangmu banyak. Tapi bukan berarti kamu Bisa membeli sesuatu seenaknya, kan? Kau hanya perlu mencatat apa saja yang kau butuhkan dan aku yang akan pergi kesana." Jawabnya.
Terlihat berpikir sesaat, akhirnya Junghan mengangguk.

***

Makasih yang udah mau baca💜
Jangan lupa vote yah💜

DIFFERENT {TAETZU}✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang