Masa sekarang..
Begitulah yang Jeno ceritakan. Terakhir kalinya dia bertemu Jisung dan terakhir dia berada di negara kelahirannya. Tidak seharusnya Chenle pergi. Namun percayalah, ada alasan yang membuat nya harus pergi dari semua kenangan nya.
Penyesalan datang dibelakang bukan? 3 tahun yang lalu Chenle berharap Jisung mau menunggunya. Menunggu Chenle yang masih ragu dengan segala keadaan. Mengingat dia yang hanya seorang yatim piatu dan tidak dari kalangan atas membuat nya harus menelan kenyataan orang tua Jisung yang mungkin akan benar-benar muak padanya.
Dan sekali lagi, Chenle berharap Jisung mau menunggu nya. Chenle pergi untuk kebaikan siapa? Untuk bisa hidup berdamping dengan Jisung! Namun apa? Balasan pemuda yang ia cintai apa? Sebuah kabar pernikahan.
Chenle tertawa miris. Dadanya kian sesak dengan iringan air mata yang senantiasa mengaliri pipi yang kian tirus itu.
Jika tau akan seperti ini, dia ingin mati saja waktu itu. Tidak peduli dengan perjuangan nya, lebih baik dia tidak hidup lagi, itu lebih mudah dari pada menelan kenyataan Jisung yang akan bersanding dengan orang lain. Dan chenle sungguh tak sanggup.
Dering telepon mengakhiri lamunannya. Diterimanya panggilan itu dan mulai bercakap ringan sebelum mengakhiri paggilan tersebut dengan hembusan nafas kasar. Mungkin benar, dia butuh teman, agar lelah nya sedikit terobati.
Tapi tidak di Kafe ini juga. Ini terlalu membekas dalam kenangannya. Sebuah kafe didepan apartemennya memberikan segala kenangan itu berputar kembali, bermain dengan ingatannya. Tidak seharusnya dia datang dengan keadaan mengenaskan seperti ini. Ini saat nya melupakan.
Tapi sekuat apapun dia menahan tangisan, tetap saja isakan itu lolos lewat bibir bergetarnya. Dingin dan hampa.
•
•
"Jika kau tak sanggup, jangan pergi. Tinggal lah dengan Renjun di apartemen kami."
Jeno cukup terkejut dengan keadaan Chenle sekarang. Bahkan Renjun sudah memeluknya, ahh lebih tepatnya Chenle yang menabrakan dirinya pada tubuh mungil sahabatnya. Yeah, selama 3 tahun itu, Jeno dan Renjun mendapat banyak tanggung jawab untuk mengurus Chenle. Tapi mereka tidak keberatan sama sekali. Justru mereka disini yang sangat menginginkan Chenle untuk tidak jauh dari lingkungan mereka.
"Tidak."
Chenle menggeleng dalam dekapan. Menegaskan bahwa dia sanggup dan akan tetap pergi ke pernikahan kekasihnya. Ah, apakah Jisung masih pantas disebut kekasih? Sedang dia sebentar lagi akan bersanding dengan orang lain.
"Kau baik saja?"
Renjun mengelus punggung bergetar sahabatnya. Menyampaikan segala bentuk kasih sayang pada pemuda manis itu.
Lagi, Chenle hanya memberi isyarat dengan anggukan kepala mantap. Meski mereka berdua --Jeno dan Renjun-- tau keadaan Chenle jauh dari kata baik.
"Kau akan baik saja."
Jeno ikut bergabung dalam pelukan dua namja yang sangat ia cintai. Cinta pada kekasihnya, juga sahabatnya yang merangkap sebagai adiknya. Selama ini Jeno teramat menyayangi Chenle sebagai adiknya. Dan dia bersumpah, dia tidak suka adiknya menangis. Dan tidak suka siapapun yang mengusik adik kesayangan nya.
"Kau akan pergi bersama kami. Tetap disamping kami dan peganglah tangan ku, seerat mungkin."
•
•
Semua masih sama. Desember masih selalu menjadikan hatinya dingin dan hampa. Tiap detik juga masih selalu hampa. Hanya saja bulan Desember terlampau menyakitinya dengan kenangan 3 tahun lalu.
Seharusnya, jika masih bersama, mereka mungkin sekarang sedang merayakan hari jadi mereka yang ke 7 tahun. Dan jisung masih mencintai lelaki manisnya.
Mungkin jika mereka masih bersama, Chenle akan merengek untuk dipeluk dalam balutan selimut. Dengan Jisung yang diam-diam mencuri kecupan pada si manis yang sudah terlelap tidur dipelukan nya.
Atau mungkin mereka akan meniup lilin dengan kue yang menunjukkan nama Jisung dan Chenle. Tak lupa mereka akan saling menyuapi, menikmati hari yang sudah mereka ciptakan. Menikmati bagaimana tiap detiknya selalu bahagia, hanya tawa seorang Zhong Chenle.
"Berhenti memikirkan dia. Kau sudah akan menikah denganku."
Suara penuh sindiran itu bahkan tidak Jisung dengar. Dia lebih melilih kembali membuat nama "Lele" dengan emotikon hati yang menghiasi nya. Hobi baru Jisung atau hobi lamanya yang kembali dia lakukan saat dia begitu merindukan Chenle nya. Di atas kaca jendela yang memang berembun karna salju.
Ah salju, Jisung masih ingat dengan jelas bagaimana dia meminta Chenle menjadi kekasihnya, dibawah salju. Saat pulang sekolah masa sekolah menengah atas nya. Rasanya sudah lama. Dan Jisung begitu merindukan moment itu.
Bahkan Jisung ingat, saat orang tua nya mengusir dia saat mengenalkan Chenle pada keluarga nya. Lagi, kejadian itu dibawah guyuran salju. Jisung pergi dengan Chenle dalam keadaan yang baik saja, Jisung yang baik saja. Sebab sedari itu Chenle terus menangis. Meminta maaf pada nya, yang padahal Jisung sendiri yang menginginkan pergi dari keluarga kurang kasih itu.
"Berhenti menulis namanya Jisung! Kau menyakiti perasaan ku!"
Dengan marah, Jaemin menghapus kasar tulisan yang Jisung buat. Siapa yang berani menghapus Chenle nya?
Tak lama kemudian, mata tajam nya mulai melemah. Sekarang tubuh nya yang menegang. Mulai tersadar dari lamunan nya, Jisung mendongak. Mendapati wajah calon istri nya yang sudah memerah, menahan kekesalan.
Lagi, Jisung membuat jaemin nya terluka. Seharusnya Jisung tidak seperti ini. Seharusnya Jisung mulai melupakan Chenle. Seharusnya Jisung membuka hatinya untuk Jaemin. Seharusnya..
Selama ini siapa yang ada untuk Jisung? Siapa yang membangkitkan nya dari keterpurukan hidup pemuda Korea itu? Siapa yang mencegah nya ketika dia nekad bunuh diri? Semua karna Jaemin, Jisung masih hidup sampai saat ini. Seharusnya Jisung mengerti perasaan Jaemin.
Sudah berkali-kali Jisung berusaha. Namun apapun yang dia lakukan tak lepas dari Chenle. Bagaimanapun Chenle adalah poros hidupnya.
"Oh hyung. Maafkan aku."
Jisung berdir, mulai meraih tangan kekasihnya dan mencium nya lembut. Namun apa, perlakuan Jisung membuat Jaemin kembali menangis.
Bukan, bukan ini ingin nya. Jaemin hanya ingin Jisung melupakan Chenle. Biarkan kali ini ia egois. Karna Chenle sudah tak ada. Dan memang seharusnya Chenle tak ada sejak dulu. Gegara Chenle, perjodohan dia dan Jisung sempat gagal.
Dan sekarang, tidak ada yang bisa menghalangi Jaemin. Jisung miliknya, dan selamanya akan seperti itu.
Tbc

KAMU SEDANG MEMBACA
Snow December [jichen] END
Fanfiction[ORIGINAL STORY BY : @hyuckers] Akhir dari segala cerita Desember.. Jisung pergi, tanpa bantahan dari kekasihnya. Namun siapa sangka, justru sang kekasih yang lebih dulu pergi? BxB!