Ada kala dimana Chenle benar-benar lelah. Setiap hari menerima duka dan menanggung nya seorang diri. Bukan karna dia sudah tak cinta, karna nyata nya cinta itu akan selalu ada untuk Jisung. Begitu dia mengatakan bahwa dia benar-benar mencintai lelaki itu.
Namun, dia manusia biasa bukan? Tidak ada yang selamanya akan diam dengan duka nya. Sesekali, dia harus mengutarakan dengan seseorang. Dan yang lebih penting, seseorang yang memang ada kaitan nya dengan duka yang dimiliki.
Chenle tertatih. Berusaha bangun dari tidur nya, lebih awal dari Jisung. Menyiapkan makanan, setidaknya mereka harus bicara. Chenle tidak lagi ingin ikut dalam sandiwara yang dibuat lelaki itu. Cukup sampai disini, Chenle yakin Jisung pasti mengerti dirinya.
"Oh, kau sudah siap? Sarapan dulu. Aku membuat ini untukmu."
Chenle membawa langkah nya mendekati yang lebih muda. Ikut membenarkan dasi yang melilit dileher sang kekasih. Setelah rapi dia menepuk nya pelan. Membawa tatapan nya itu masuk dalam dunia yang lebih muda.
"Aku buru-buru. Mana mungkin aku sempat sarapan. Aku nanti akan sarapan di restoran. Kau makan lah sendiri."
Jelas saja Jisung memilih sarapan di restoran. Restoran itu memiliki makanan yang luar biasa enak dan lebih mewah. Chenle sadar diri, dia masih jauh dibawah dengan apa yang Jaemin beri untuk Jisung. Hahh, manusia memang begitu. Tidak bisa merasa cukup dengan apa yang dia miliki.
"Baiklah. Pergi dan temui Jaemin hyung. Dia sudah menanti mu satu jam yang lalu."
Pergerakan Jisung terhenti. Sedang Chenle mulai duduk. Mulai menyantap malas masakan buatan nya. Hilang sudah nafsu makan nya. Dia menggigit kuat sendok yang ada dalam mulutnya. Tangan nya mengepal kuat, menahan air mata yang siap meluncur. Dia tidak suka menangis dihadapan Jisung. Itu akan semakin membuat Jisung puas menyakiti Chenle.
Lama menatap yang lebih tua, akhirnya Jisung membawa langkah nya mendekati meja. Kemudian duduk dihadapan Chenle yang jelas sekali malas menatap nya. Tentu saja, jika Chenle terus menatap Jisung, dia akan membuat matanya memanas sendiri. Dia lelah menangis
"Sayang, kau-"
"Jangan katakan apapun. Kau bisa pergi menemui dia. Aku baik-baik saja, oke?"
Kembali, makanan itu Chenle bereskan. Malas, sungguh. Dia membawa piring yang dia kenakan dan mencuci nya. Sekuat hati dia menahan tangisan nya. Menelan duka sendiri.
Sedang Jisung hanya terdiam. Menatap punggung kekasih nya dengan tatapan sendu. Apa Chenle mengetahuinya? Apa Chenle sudah tau semua nya?
"Ya, aku tau semua nya. Dari awal, bahkan saat Renjun hyung dan Jeno tidak memberitahu ku. Aku membaca setiap pesan yang setiap hari Jaemin hyung kirimkan. Atau tentang cium-"
"Hentikan! Kau tidak tau apa-apa!"
Chenle tertawa miris. Ya, dia tidak tau apa-apa. Dan tidak ingin tau tentang apapun. Dia tidak mengerti cara berpikir orang kaya. Dia hanya rakyat biasa. Oke. Jisung benar. Dan tidak seharusnya dia berada disana.
"Baiklah aku memang tidak tau apa-apa."
Langkah Chenle dia bawa. Detik terakhir di apartemen mereka, Chenle masih kuat. Namun satu langkah yang dia buat untuk keluar dari pintu, tangis nya kemudian pecah. Tidak ada suara jeritan, hanya ada sesenggukan yang kembali membuat dia sesak. Membuahkan Jisung yang tersadar dan segera mengejarnya.
Entah mengapa, rasanya sulit untuk menggapai tangan Chenle. Dia terdiam, memandang punggung kekasih nya bergetar. Jisung tau, Chenle menangis. Dan itu kembali karna nya.
"Chenle tunggu!"
Jisung berteriak semakin kencang saat Chenle tidak kunjung menghentikan langkah nya. Maka dengan segala usaha nya tubuh Chenle sekarang sudah ada dalam pelukan nya kembali. Menyesap aroma tubuh nya. Menemukan baju depan nya yang basah. Chenle selalu terluka karna nya. Dan dia tau betul. Namun bagaimana lagi? Dia harus tetap menikah dengan Jaemin.
![](https://img.wattpad.com/cover/217940343-288-k586809.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Snow December [jichen] END
Fanfiction[ORIGINAL STORY BY : @hyuckers] Akhir dari segala cerita Desember.. Jisung pergi, tanpa bantahan dari kekasihnya. Namun siapa sangka, justru sang kekasih yang lebih dulu pergi? BxB!