18

3.3K 427 52
                                    

Mari lupakan masa lalu. Masa dimana ada duka yang menyerang jiwa. Luka yang menghancurkan cinta. Sakit dengan sejuta kisah rumit.

Lupakan semua dosa yang pernah dilakukan. Hanya perlu memperbaiki diri dan tidak mengulangi. Lupakan kesalahan yang pernah melukai hati. Saat nya melangkah, saat nya berkembang semakin terikat.

Jisung, benar-benar menepati janjinya. Dia tidak lagi bertemu Jaemin. Tidak lagi mendengarkan keluarga yang menyakiti hatinya. Tidak lagi bangun pagi-pagi hanya untuk pergi bersama lelaki Na itu. Jisung benar-benar menjalani hidup bersama Chenle, untuk Chenle, dan selamanya hanya Chenle.

Terbilang dua minggu terakhir ini lelaki tampan itu menjadi salah satu anak buah di kantor Jeno. Ya, Jisung menjadi karyawan. Tidak ada yang spesial dari pekerjaan nya. Hanya menjadi karyawan biasa. Jeno sudah menawarkan Jisung untuk menjabat lebih tinggi, sayang nya lelaki itu menolak. Mengatakan bahwa ia ingin merintis karir di mulai dari nol.

Banyak karyawan yang saling berbisik. 'Bagaimana bisa anak pemilik perusahaan besar menjadi karyawan biasa?'

Ya, semua pasti tau siapa Park Jisung. Ayah nya yang terkenal itu membuat dia dikenal banyak orang. Tapi dia tidak peduli. Yang harus ia lakukan saat ini berterimakasih pada Jeno dan memfokuskan untuk membawa Chenle senantiasa ke rumah sakit.

Tapi tidak. Sekalipun tidak. Jisung bahkan tidak diizinkan oleh Chenle untuk melakukan pemeriksaan. Lelaki manis itu lebih memilih untuk pergi bersama Renjun. Itu tak apa. Setidaknya kekasihnya itu banyak yang menyayangi dia. Setidaknya masih ada yang menjaga Chenle saat dia bekerja. Ya, dia bersyukur atas kehadiran Renjun dan Jeno. Hidupnya dilingkupi kebahagiaan saat ini.







.

.






"Kau sangat tampan jika aku yang memakaikan dasi untuk bekerja seperti ini."

Jisung terkekeh. Rasanya dia sangat bahagia bisa bersama Chenle saat ini. Tanpa penggangu, siapapun. Mulai pagi dengan membuka mata dan bersitatap dengan manik madu dan tangan yang melingkah di pinggang sang kekasih. Dia tidak bisa menjabarkan bagaimana bahagia nya dia saat ini.

"Tentu. Aku akan menjadi tampan setiap detik untuk mu. Bahkan saat tidak pakai baju sekalipun."

Ucapan ambigu Jisung menghasilkan rona merah pada pipi si manis. Tangan nya memukul lemah dada bidang Jisung. Dan ini sungguh menyenangkan. Sungguh menggemaskan jika sang kekasih merona seperti itu.

Dominan itu mulai menggenggam tangan mungil si manis. Mengecupnya lembut. Menatap manik itu dengan binar penuh cinta. Sedang Chenle yang ditatap sedemikian intens itu mulai bergerak gelisah. Jisung selalu membuat nya salah tingkah. Dan dia benar-benar tak tau harus berbuat apa.

Melupakan pakaian nya yang sudah rapi, Jisung membawa tubuh si manis. Menggendongnya, hingga si manis dijatuhkan di ranjang tempat mereka berbagi kehangatan. Rona merah semakin tampak lebih jelas lagi. Dan Chenle hanya mampu menahan nafas saat Jisung mendekatkan wajahnya. Memberi hembusan nafas yang menggelitik wajah si manis. Apalagi saat Jisung membawa nya pada sebuah ciuman manis.

"Bagaimana dengan olahraga pagi? Memberi energi dengan ini."

Chenle mendesah saat Jisung sudah membawa tangan nya masuk dalam celana tidur yang dia kenakan. Tangan nya bergerak mengusap lubang yang selalu menghangati miliknya. Jisung tidak akan pernah bosan merasakan nya. Padahal tadi malam dia sudah mendapatkan jatahnya.

Jisung tidak sabaran saat melepaskan celana si manis. Membiarkan celana itu menggantung dengan celana dalam nya. Jisung tidak peduli.

"J-ji.. Kau harus beker--akh."

Snow December [jichen] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang