13

2.9K 444 63
                                    

Apapun yang menjadi penguat seseorang adalah cinta. Dia menguatkanmu dalam keadaan selamah apapun hatimu. Namun, dia juga menghancurkan hatimu, walau sekokoh apapun raga mu. Itu wajar. Karna begitulah jalan cerita cinta.

Dia melengkapi segala yang menjadi kekurangan, tetapi merobohkan segala kesempurnaan. Tak apa. Terima saja. Tidak ada yang harus disalahkan. Perasaan cinta tak pernah salah. Tergantung kita yang menjalani semua.

Begitulah katanya. Itulah yang Chenle mengerti sekarang. Cinta menguatkan nya, meski pernah merobohkan nya. Tak apa, karna Chenle mulai menikmati detik-detik cinta yang bersemayam di hatinya. Tak apa, sungguh. Dia berterimakasih pada Tuhan. Karna Nya, Jisung masih mengingat kehadiran nya. Jisung masih jujur dalam menanggung semua yang akan dia dapatkan. Dan dia semakin yakin, bahwa Tuhan benar-benar menyayangi nya.

"Kau harus nampak lebih tampan jika bertemu kekasih."

Kekeh nya. Tidak, demi apapun tidak pernah ada nada bahkan rasa cemburu disana. Tidak ada kemunafikan yang dia sembunyikan. Semua tampak nyata dan tulus. Semua nya dikuatkan oleh cinta yang dia bangun dengan Jisung. Dulu bahkan sampai sekarang.

Namun, Jisung tidak akan mau egois. Disini dia tau betul bagaimana tulus dan rapuh nya hati Chenle. Tidak ada iri namun ada perih. Tidak ada cemburu, hanya ada rindu masa lalu. Dimana mereka menjalani semua cerita hanya berdua, tanpa embel-embel orang ketiga.

"Aku ingin disini bersamamu."

Jisung menghentikan pergerakan Chenle yang membantu nya memakaikan dasi. Yang lebih tua mendongak, dan kembali terkekeh. Lengan Jisung yang menggenggam nya sangat lembut penuh cinta. Tidak pernah berubah, sekalipun dia pernah pergi selama itu.

"Kenapa ketika aku justru menyuruhmu pergi kau tidak pergi? Dasar caper!"

Ya, katakan begitu. Dulu dia pergi begitu saja hanya ingin menghindari Chenle untuk tidak mengetahui hubungan nya dengan Jaemin. Namun lihatlah sekarang, Jisung justru enggan meski dia sudah mengizinkan nya. Karna Jisung tau, dia tetap saja akan memyakiti Chenle. Bagaimanapun keadaan nya.



.

.



Renjun terbangun dan kembali menangis. Bahkan dia tidak tau keberadaan adiknya. Dan bisa-bisa nya dia malah tertidur seperti itu? Dia melupakan Chenle nya! Tangisan nya semakin pecah. Membuat Jeno yang tidur di samping nya terbangun.

Terkejut, tentu saja. Ada apalagi dengan Renjun. Ya, Jeno juga melupakan jika Chenle belum juga memberi mereka kabar.

"Kau kenapa?"

Pertanyaan Jeno sukses membuat Renjun kembali menangis, lebih kencang tepatnya. Membuat Jeno kelagapan karna nya. Tidak biasanya Renjun menangis seperti ini, kecuali... Kecuali... Kecuali saat Chenle terbaring lemah di ruang operasi.

Ah Chenle!

Jeno seketika ingat dan kemudian menatap sang kekasih dengan sorot yang sama. Sendu dan rindu. Tidak bisa menapik, bahwa dia juga merindukan sahabatnya, adiknya. Seseorang yang harus dia jaga. Melebihi Renjun sekalipun.

"Maafkan aku."

Jeno membawa tubuh yang lebih tua dalam dekapan hangatnya. Renjun sesekali dia mencium tubuh sang dominan untuk kemudian menenangkan pikiran nya yang sedang diporak poranda.

"Hiks.. Chenle hiks... "

Ya, Jeno tau betul perasaan itu. Dia lebih lama mengenal Chenle dibanding kekasihnya. Dia merindukan dan mengkhawatirkan Chenle lebih dari apa yang mereka tau. Jeno selalu merindukan lelaki manis itu, sejak dulu. Setiap waktu.

"Dia baik saja, oke?"

Ting

Bertepatan dengan itu, suara ponsel membuat Jeno membawa tangan kiri nya yang tidak sibuk menampung tubuh sang kekasih keatas meja. Membawa benda itu untuk dia baca pesan nya. Mungkin sesuatu yang penting. Mengingat ini masih terlalu pagi untuk memberi pesan yang tidak berguna.

Chenlele❤

Aku ada di apartemen Jisung, jangan khawatir. Aku mencintai kalian.

Saking bahagia nya, Jeno terlonjak. Membuat yang sedang dalam pelukan nya mengguling diatas ranjang itu. Membuahkan pekikan keras yang mana membuat Jeno segera sadar.

"A-ah maafkan aku. Aku bahagia sekali sekarang. Chenle ada. Chenle tidak hilang!"

Antusias yang lebih muda dari nya beberapa bulan membuat dia yakin, tidak ada yang disembunyikan darinya. Ya memang kenyataan nya seperti itu.

"Benarkah? Aku bahagia!"

Seolah lupa dirinya bukan lagi anak taman kanak-kanak, Renjun berdiri. Melompat-lompat di ranjang yang membuat nya berderit ngilu. Jeno hanya tertawa sesekali. Bagaimanapun dua lelaki manis yang hadir dalam hidup nya benar-benar harus dia lindungi. Selama nya!

Setelah lelah, Renjun menyeka keringat nya. Saking semangat nya dia melompat.

"Dimana sekarang Chenle? Ayo kita temui dia!"

Renjun hendak menarik lengan Jeno, jika saja lelaki tampan itu tidak menahan nya. Renjun memiringkan kepalanya kemudian kembali membawa tubuh nya membelai pahatan sempurna dari sang kekasih.

"Chenle dimana?"

Kini suara nya melembut. Membawa kening mereka menyatu. Mendalami manik masing-masing, yang seolah memang tak pernah membohongi mereka.

"Apartemen Jisung."

Jawaban itu kembali membuat Renjun meneteskan air mata, lagi. Untuk kesekian kalinya.

Dia muak! Dia tidak ingin Chenle hidup dengan Jisung. Hanya itu!



.

.



"Aku tidak harus bertemu dengan mu selalu, bukan?"

Ya, Jisung memberanikan dirinya. Sungguh, dia hanya ingin menghabiskan waktu nya bersama Chenle, berdua. Tanpa lagi ada ikatan antara dia dengan orang lain. Dia hanya meminta beberapa hari. Semoga tekadnya, membuat sedikit nya Jaemin luluh. Ya doakan saja.

"Tidak. Kau harus terus bertemu dengan ku. Makan dengan ku. Dan kau bisa mandi dirumah ku."

Tidak! Bukan ini jawaban yang ingin Jisung dengar. Sungguh, dia hanya ingin Chenle. Chenle nya! Apa semua orang tidak mengerti, betapa dia tertekan disini?

"Tapi hyung, itu tidak ada dalam kontrak. Dan aku hanya minta satu hari saja."

Jisung memohon, kapan lagi dia begini? Jelas sudah Jisung menjual harga dirinya hanya untuk mendapatkan waktu agar bisa berdua bersama Chenle.

Sedang yang diajak bicara mulai berfikir.

Jika dia membiarkan Jisung berduaan dengan Chenle, tentu akan membuat Jisung semakin jatuh cinta pada lelaki itu. Tapi, jika dia tidak memberi Jisung izin mungkin akan membuat lelaki itu semakin membenci nya. Dan membuat Jisung muak padanya.

Dengan terpaksa Jaemin berdehem, kemudian kembali menatap Jisung.

"Satu hari dan aku tidak ingin mendengar permintaan seperti itu lagi."

Jisung hampir saja melompat jika dia tidak ingat sedang dimana dia sekarang. Perasaan nya membuncah, seperti rasanya seorang pemuda yang meminta izin main kepada ayah seorang gadis. Rasanya semenyeramkan ini.

Andai saja, tidak ada kontrak sialan itu Jisung pasti bahagia sekarang. Yah, bagaimana pun juga, Jisung hanya bisa berharap dan berdoa. Tuhan tidak pernah tidur. Dia selalu mendengar doa hamba-hamba Nya. Dan dia, adalah salah satu hamba yang tidak akan berhenti berdoa. Demi Chenle, demi kesehatan Chenle, demi kebersamaan mereka nanti.

Yah, karna Jisung benar-benar mencintai Zhong Chenle, semestanya. 





Tbc

Snow December [jichen] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang