8

3.8K 577 15
                                    

Chensung areaΔ


.

.



Chenle tau betul aroma serta kulit yang sedang bersentuhan dengan nya. Maksud nya, sebuah tangan yang memegang lengan nya. Darahnya berdesir cepat, dan jantung yang berpacu kuat, seperti biasa. Sudah memang seharusnya seperti itu. Seperti, darah dan jantung itu tau kapan dia harus selemah ini.

Ya, saat tangan Jisung memegang lengan nya..

Dia tidak ingin munafik karna dia benar-benar senang saat ini. Saat dimana Jisung menghentikan langkah nya menjauh. Saat dimana Jisung mencoba mempertahankan perasaan yang sebenarnya sudah hampir sekarat itu.

"Tetaplah tinggal bersama ku. Beri aku waktu, seperti aku menunggumu."

Tidak! Jisung tidak menunggunya. Dia bahkan memutuskan untuk menyematkan cincin jika saja Chenle tidak ada. Semua akan berjalan lancar, jika saja Chenle pergi. Benar-benar pergi!

"Jisung, ku mohon. Jaemin hyung menantimu. Kau sudah terikat dengan nya. Benar apa yang dikatakan dia, aku hanya akan merepotkan mu."

Genggaman itu Chenle lepaskan. Meninggalkan kehampaan dan rasa dingin yang berembus pada pori-pori kulitnya. Dia menyukai Jisung menggenggamnya.

Seolah tau apa yang Chenle inginkan, Jisung kembali membawa tangan nya untuk menggenggam tangan yang lebih mungil dari pada nya. Chenle semakin kurus saja.

"Persetan dengan ikatan! Yang diperlukaan adalah perasaan. Dan perasaan itu milikmu, milik Zhong Chenle!"

Meskipun itu adalah bentakan, tidak bisa dipungkiri suara Jisung bergetar. Entah karna apa, tapi Jisung tiba-tiba bersimpuh didepan Chenle.

Yang lebih tua terkejut. Dia ikut bersimpuh dengan menangkup wajahnya. Wajah yang sudah basah oleh air mata. Wajah yang sudah memerah karna tangisan dan dingin nya cuaca. Salju masih saja turun, seakan mereka menjadi bukti yang memang selalu menyaksikan cerita disepanjang perjalanan kisah mereka.

"Kuatkan aku untuk tetap mempertahankan perasaan kita. Ayo temui keluargaku."




.

.




Jisung benar-benar membawa Chenle ke rumah nya. Suasana makan malam yang membuat dia semakin merasa kecil ada diantara para konglomerat. Keluarga Jisung benar-benar mewah dan cocok jika disandingkan dengan keluarga Jaemin yang memang hadir disana.

Bersyukur karna Jisung tidak meninggalkan dan mencampakkan nya. Justru lelaki itu yang merapatkan tubuhnya di tengah meja luas. Seolah apa yang dia lakukan hanya untuk menyatakan pada semua orang bahwa Chenle kekasihnya, Chenle akan aku lindungi.

Meski terkadang tatapan mencemooh dia dapatkan, dia tidak begitu peduli. Yang harus dia lakukan saat ini, hanya bertahan untuk mempertahankan perasaan yang memang seharusnya dipertahankan.

Bahkan dia tidak peduli dengan apa yang mereka katakan. Dia terlanjur muak dengan orang-orang kaya macam itu. Tidak termasuk Jisung. Karna dia benar-benar menyanjung orang yang lebih rendah darinya.

"Tak apa. Jaemin bisa mendapatkan rahim. Apapun bisa kita lakukan dengan uang."

Deg!

Ya. Apapun bisa mereka lakukan dengan uang. Rahim sekalipun mereka masih sanggup membeli nya. Sedangkan Chenle? Siapa dia? Untuk berobat juga dia mengandalkan Jeno dan Renjun. Untuk menjadi sehat seperti ini, dia banyak berhutang pada sahabat + hyung nya itu.

"Tentu saja. Oh, Chenle. Jika kau menikah dengan Jisung, apa yang akan kau lakukan? Keluarga Jisung harus memiliki keturunan. Ada banyak perusahaan yang akan diwariskan."

Telak sudah.

Chenle bisa apa?

Bahkan dia tidak lebih dari lelaki berpenyakitan, yang ikut hidup dalam kemewahan keluarga Jisung.

"Tuhan memberi Chenle rahim. Tidak harus dengan memaksa dan mengeluarkan uang seperti yang akan kalian lakukan terhadap Jaemin hyung."

Jisung menggenggam tangan Chenle lebih erat, dibawah meja. Saat semua orang menatap mereka tidak percaya.

Bahkan Chenle sendiri bingung, kenapa Jisung berkata seperti itu. Tapi, demi apapun tentang hubungan nya, Chenle tersenyum. Membalas genggaman Jisung tak kalah erat.

"Cih. Alibi yang bagus Jisung."

Denting sendok yang disimpan kasar membuat semua atensi menatap Jaemin yang kini justru memusatkan seluruh perhatian nya terhadap orang yang kini dalam genggaman Jisung.

"Jalang sialan! Belum cukup empat tahun kau merebut Jisung dari ku?! Sekarang seharusnya kau mati saja, sialan!"

Pisau yang biasa dipakai untuk memotong daging yang disuguhkan pun beralih fungsi. Karna sekarang pisau itu melesat. Memberi luka pada pipi kanan Chenle, hampir mengenai mata si manis. Darah mengalir disana, dan Chenle tanpa bergerak mengepalkan tangan nya.

Dia bisa apa? Dia tidak bisa apa-apa.

Keluarga kaya selalu benar, bukan?

Semua diam. Dan memandang Jaemin serta Chenle bergantian. Mereka merasa Jaemin berubah. Menjadi lebih kasar. Ya, karna setau mereka Jaemin terlalu sempurna untuk melakukan hal rendahan seperti itu.

Jisung mengusap darah itu. Mencium Chenle dihadapan mereka semua. Membawa yang lebih tua berdiri. Mengenggamnya dalam ikatan untuk menyadarkan makhluk-makhluk biadab yang hadir disana.

Melangkah pergi, dan berhenti tepat di depan Jaemin yang juga menatap nya kecewa.

Plak!

Jisung terlanjur muak dengan tatapan itu. Dia benci bagaimana kini Jaemin yang meringis meminta perhatian orang.

"Kau salah. Karna disini yang merusak hubungan adalah aku. Bahkan yang mencintai dalam hubungan kami adalah aku. Bukan Chenle."

Jisung benar-benar berlalu. Mengenggam Chenle dalam dan erat. Melupakan wakta, bahwa dia adalah keluarga Park yang penuh tata krama dan sopan santun.

Dia pergi. Membawa semua baju dan perlengkapan nya. Dia akan kembali hidup bebas. Tanpa embel-embel Park Jisung penerus perusahaan Park Crop besar di korea dan di berbagai negara.

Dia hanya akan menjadi Park Jisung yang mencintai Zhong Chenle. Sesederhana itu.



.

.



Mereka kembali pada apartemen yang sempat mereka tinggalkan. Setelah mengabari Jeno dan Renjun, mereka tidak lagi khawatir. Mereka percaya Jisung akan menjaga Chenle, sekuat tenaga lelaki korea itu.

"Maafkan aku, Ji."

Chenle memeluk yang lebih muda. Menyembunyikan tangis nya pada dada lelaki Park itu. Terisak dengan suara yang tersendat. Jisung tidak menyukai kekasihnya yang menangis.

"Tidak apa-apa. Aku akan mencari pekerjaan. Kita akan segera menikah."

Tangisan itu semakin pecah. Sekarang jelas bukan karna luka dan rasa bersalah. Jelas sekali, karna sekarang perasaan haru yang mendominasi. Tidak ada lagi yang harus dia takutkan, Jisung sudah kembali padanya. Menjadi bagian dalam kehidupan nya. Menjadi semesta dan nafas nya.

"Terimakasih sudah bertahan. Aku mencintai mu, Lele."

Rasanya sudah sangat lama Chenle tidak mendengar panggilan itu. Dan dia merindukan Jisung nya. Ah, kebahagiaan yang dia nantikan selama ini.

Namun, Cerita tidak akan selama nya berhenti bahagia bukan? Karna masih ada cerita yang akan dijalani. Selama nafas masih ada dalam ruh nya, tidak menandakan kita bisa bernafas lega. Sebab, masalah akan berakhir jika nafas tiada lagi berhembus.

Tbc

Jangan lupa streaming mv Ridin. Rap Chenle bagus💚

Snow December [jichen] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang