10

3.2K 476 95
                                        

Chensung areaΔ

We said we'll never give up 🎵
In hard time when we hit bottom 🎵
We'll try to find the broken pieces of love🎵


.

.


Suara dering handphone membangunkan Chenle yang masih setengah tertidur. Hendak terlelap jika saja sebuah pesan tidak membuat dia bangun kembali. Sedang Jisung, sudah jauh pergi dari alam kesadaran. Jisung pasti lelah. Tentu saja.

Na Jaemin

Terimakasih untuk hari ini. Ciuman yang selalu aku rindukan. Jangan lupa besok. Kita harus sering bertemu.

Sudah tahu bagaimana bentuk hati Chenle? Tentu, kalian pasti tahu jelas apa yang dia rasakan kini. Seluruh cinta dan raga sudah Chenle persembahkan untuk lelaki bermata sipit itu. Namun apa? Jisung butuh tubuh siapa lagi? Kenapa tidak sekalian saja Jisung bersetubuh dengan para jalang malam? Kenapa Jisung masih menyentuh orang lain, sementara dia hanya disentuh oleh Jisung seorang. Apa adil untuk Chenle?

Mungkin Jisung khilaf. Sebab sebelum melakukan bersama Jaemin, mungkin Jisung memang membutuhkan seks? Dan kemarin-kemarin Chenle belum memberi nya. Biarkan Chenle kembali berpikir positif. Meski berbanding terbalik dengan hatinya yang kini meraung. Menangisi betapa bodohnya dia. Betapa dia menjadi manusia paling polos yang ingin saja dipolosi Jisung yang berkhianat padanya.

Dan apalagi ini? Bertemu lagi? Meninggalkan Chenle kembali? Jisung akan bertemu Jaemin lagi, dan melupakan dia kembali? Lalu dia hanya bertemu Jisung malam hari? Sialan!

Ponsel itu kembali dia letakkan diatas nakas. Membawa tubuh telanjang nya kedalam selimut. Menyembunyikan betapa tubuhnya ternodai. Betapa harga dirinya sudah dihina. Chenle semakin masuk kedalam balutan itu. Membawa seluruh tubuh nya tertutup oleh benda lembut itu. Tertutup dalam balutan itu, dia terisak. Kembali dadanya berguncang hebat. Rasanya sesakit ini. Rasanya benar-benar menyesakkan.

Sampai kapan takdir berhenti mempermainkan nya? Sampai kapan dia bisa hiduo dalam arti kebahagiaan? Kenapa rasanya sakit sekali? Kenapa Tuhan tidak begitu adil padanya? Namun sekalipun kita berkata demikian, lain lagi dengan Chenle yang masih berterimakasih pada Tuhan.

Setidaknya, terimakasih karna memberi waktu untuk aku bertemu dan hidup dengan nya. Setidaknya, terimakasih karna masih mempertahankan aku dan Jisung dalam perasaan ini. Tak apa, Tuhan yang adil. Tuhan tahu segala yang terbaik untuk nya..

Seseorang Brengsek seperti Jisung tidak pantas bukan bersanding dengan lelaki berhati malaikat, benar? Seharusnya memang seperti itu, jika saja Chenle tidak memaksakan hatinya. Ya, seharusnya dia bahagia sekarang. Dengan orang lain, mungkin.

Bagaimana pun kita memaksa untuk Chenle pergi, tetap saja. Hidup dan semesta nya adalah Jisung. Kau menyuruh Chenle pergi, sama saja menyuruh nya mati, bukan? Setidaknya, biarkan Chenle hidup seperti ini. Setidaknya, lebih lama.


.

.


Dengan tergesa Jisung membawa tubuhnya beranjak dari ranjang setelah mungkin membaca pesan yang dikirim Jaemin tadi malam. Membuahkan Chenle yang terlelap ikut membuka mata saat merasakan pergerakan kasar dari Jisung yang berlari menuju kamar mandi.

Ah, hati Chenle kembali perih. Apa dia harus tidur saja agar tidak ada luka yang dirasakan? Bahkan sekalipun tidur, mimpi buruk selalu menghampiri nya. Mati saja? Lalu untuk apa pengobatan yang dia lakukan tiga tahun lalu? Tidak, Chenle masih ingin menghargai perjuangan Jeni dan Renjun yang membuat hidup nya bertahan sampai saat ini.

Snow December [jichen] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang