3

5.1K 704 77
                                    

Flashback

Sepeninggal Jisung dari apartemen nya.

Jisung merutuki dirinya yang tidak seharusnya meninggalkan Chenle. Anak itu mungkin kesepian. Anak itu mungkin sakit hati oleh Jisung. Chenle mungkin saja terluka. Seharusnya dia disana, meminta maaf atau bahkan memeluk yang lebih tua dua bulan darinya. Dan seharusnya dia yakin kalau Jeno bukan siapa-siapa.

Ah Jeno! Ya dan seharusnya Jisung tidak peduli dan memikirkan anak itu. Toh nyatanya lelaki manis itu ditemani Jeno bukan? Sial! Seharusnya Jisung tidak pergi.

Namun ego selalu berhasil melumpuhkan pertahanan bukan? Dan biarkan Jisung egois kali ini. Dia ingin memberi pelajaran, sedikit saja untuk Chenle.

Dan disinilah ia terduduk disamping jembatan. Menetralkan deru nafasnya yang memburu serta jantung yang berdetak tak mengikuti ritme aslinya. Sebuah kebodohan yang membuatnya hilang arah membawa ia hampir terjun dari jembatan jika saja tidak ada tangan lentik yang menahan nya.

Jisung kehilangan hidup dan kewarasan nya karna lelaki yang amat ia cintai. Sungguh miris, sedang sang kekasih pasti nya sedang merasakan kehangatan bersama si Jeno Jeno itu. Mengingat itu nafas Jisung semakin memburu. Kini amarah yang mendominasi.

"Ada apa?" suara manis nan mendayu itu menyadarkan lamunan Jisung. Dia mendongak, menatap tanpa minat pada seseorang yang kini ada dihadapan nya.

"Setauku Park Jisung tidak mungkin melakukan kebodohan seperti ini. Atau setelah meninggalkan keluarga juga kau semakin bodoh?"

Jaemin tersenyum miring. Dan itu membuat Jisung semakin enggan membuka mulutnya. Enggan mengatakan sepatah kata apapun pada orang yang sungguh menyebalkan.

Setelah lama tak ada jawaban Jaemin berdecak sebal.

"Apa hanya karna lelaki jalang itu? Ck, menggelikan."

Dan dengan berakhir nya ucapan itu membuat Jisung berdiri. Menatap nyalang pada lelaki manis yang semakin lebar tersenyum miring. Jisung benci senyuman yang seolah mengejek nya.

"Shup up bitch! Kau tidak lebih baik darinya!"

Santai saja, Jisung melangkah pergi. Meninggalkan Jaemin yang tertawa miris dibelakang nya. Bukan pertama kali Jisung berkata kasar pada nya, Jaemin sudah terbiasa dengan itu.

Sebab dia masih bersabar. Ada waktu dimana Jisung akan tunduk pada nya.



Semenjak Jaemin tau Jisung bertengkar dengan Chenle, dan tidak lagi tinggal bersama lelaki putih itu, Jaemin semakin gencar mendekati Jisung.

Awalnya Jisung tidak pernah mau, bahkan sekedar menatap Jaemin. Dia masih mengurung diri dikamarnya. Enggan menjadi manusia lain. Dia ingin kembali pada Chenle nya.

Namun, setelah satu tahun berlalu, Jisung mulai membuka hatinya. Sikap Jaemin tidak lagi sekasar dulu saat menginginkan nya. Jaemin pandai membuat wajah manis nya sendu yang mana membuat Jisung seketika luluh. Tapi tidak seluruh, sebab ingatlah hati Jisung hanya untuk lelaki putih itu.

Dan setelah satu tahun itu, Jisung kembali kerumah orang tuanya. Memulai segala yang baru. Bukan, bukan Jisung menyerah dan bersujud dihadapan orang tuanya. Namun, masih pantas kah kau menjadi seorang pendurhaka jika orang yang kau pertahankan untuk berdosa tidak lagi disamping mu?

Jisung memilih menyerah. Sebelum datang kembali kerumah nya, selama satu tahun itu Jisung kembali ke apartemen nya dengan Chenle. Awalnya dia berharap Chenle ada disana. Namun apa? Baju dan barang Chenle masih ditempatnya. Seperti saat Jisung meninggalkan tempat itu.

Semua masih sama, namun begitu hampa. Tidak ada suara nyaring kekasihnya, dan Jisung benar-benar kecewa.

Chenle pergi dengan lelaki itu! Dia pergi dengan Jeno!

Bahkan saat datang Jisung membawa boneka lumba-lumba kesukaan kekasihnya. Hendak meminta maaf, namun apa? Jisung tertawa miris, kemudian kembali menangis.

Chenle nya pergi. Meninggalkan dia dalam ruang yang sepi.

Satu tahun Jisung menanti, dia masih berharap Chenle akan datang padanya. Namun sudahlah.. Saatnya menjadi anak yang baik untuk orang yang menyanyangi mu bukan?

Jisung kembali, kerumah tanpa kasih itu. Semua telah berubah. Rumahnya lebih hangat. Namun satu yang menganggu pikiran nya.

Harus kah ia menerima perjodohan nya dengan lelaki Na itu?



Seberapa malas dan benci nya Jisung akan perjodohannya ini, namun lambat laun dia menerima. Menyematkan cincin pada jari lentik kekasih barunya.

Jaemin tersenyum. Dia bahagia.



Orang tua mereka setuju untuk meninggalkan mereka disatu atap yang sama. Keluarga Jisung memberi apartemen untuk mereka. Pasangan kekasih harus terbiasa untuk menjalin sebuah ikatan rumah tangga bukan?

Namun, meskipun Jisung sudah luluh. Tidak sedikitpun dia bisa melupakan kekasih manis nya atau mantan kekasih? Apa disini hanya Jisung yang merasakan perasaan itu? Apa Chenle sudah melupakan nya?

Apa Chenle tidak merindukan nya? Kapan Chenle akan datang?

Begitu hari yang dilalui Jisung. Melamunkan apa yang memang ia cintai. Namun bukankah kehadiran Jaemin sedikit melupakan Chenle?

Dapatkah hadirnya Jaemin membuatnya bisa lepas dari bayang-bayang lelaki yang amat ia cintai?



Sering kali Jaemin membuka kesempatan untuk Jisung menyentuhnya.

Sering sekali Jisung tergiur untuk bisa mengukung Jaemin dibawahnya, namun percayalah, sebelum dia melakukan hal lebih, Chenle terlebih dulu hadir.

Chenle selalu ada disampingnya.

Jisung bisa merasakan itu.

Jisung bisa merasakan bagaimana Chenle menggelang, meminta untuk Jisung menghentikan langkahnya.

Dan Jisung akan menuruti Chenle. Memilih berlalu, meninggalkan Jaemin yang sudah setengah baju terangkat dan acak-acakan.

Jisung tau, Chenle selalu mengawasinya.



Jisung gila, katakan begitu.

Bagaimana Jaemin membangunkan nya, namun dia malah meracau.

'Hari ini kau cantik, Chenle'

Perasaan Jaemin tentu hancur. Tapi dia tidak boleh menyerah bukan?



Namun kepergian CHENLE memberi dampak buruk padanya.

Kini JISUNG MELUPAKAN CHENLE NYA.

Jisung lebih sering menyapa Jaemin yang membangunkan nya. Lebih sering tersenyum saat dengan mesra Jaemin membuka dasi setelah lelah bekerja nya.

Jisung mulai melupakan Chenle nya..


Tbc

Snow December [jichen] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang