5

4.4K 679 20
                                        

Chensung areaΔ





Matanya bergerak. Mengamati setiap wajah yang menatapnya. Ada kakaknya, Park Taeyong yang bersanding dengan Jaehyun yang memeluk pinggang nya mesra. Mommy dan Daddy nya yang justru semakin melebarkan senyum nya, saat dirinya jauh terluka. Semua bahagia,

Kecuali.. Kecuali..

Mata nya membulat ketika diujung pintu, tiga lelaki berdiri berdampingan. Dengan seorang lelaki manis yang diapit diantara keduanya, digandeng erat oleh lelaki manis lainnya. Bahkan tanpa ragu, orang yang paling tampan dan mendominasi itu merangkul bahu si manis yang diapit.

Jantung Jisung semakin jatuh dari tempat nya. Bahkan pacuan cepat atau pun normal sudah tidak ia rasakan lagi.
Darahnya berdesir cepat.

Chenle nya.. Chenle nya kini tertunduk setelah mata mereka sempat bersitatap. Menyalurkan segala rindu, dan sendu. Mata nya tetap cantik dan sama. Hanya saja mata itu menyiratkan sendu, lebih parah saat dia meninggalkan Chenle.

Bahkan kini Jeno menatap nya nyalang. Seolah menyampaikan betapa Chenle nya terluka.



.

.



Jisung tidak peduli. Atensinya tidak berpaling dari lelaki yang dia rindukan. Ingin bergerak maju dan merengkuh tubuh yang semakin kecil itu, namun tak mampu. Seolah dia membeku. Bukan karna Jaemin yang ada dihadapan nya sekarang, melainkan rasa rindu yang membuncah dadanya.

Sebuah sentuhan pada bahunya membuat Jisung kembali menegang. Tersadar dan menatap Jaemin yang sudah ada dihadapan nya. Namun kembali, Jisung menatap Chenle yang sudah ada dalam dekapan lelaki manis lainnya.

Ada apa? Dada Jisung semakin sesak, saat menatap wajah khawatir dari namja manis yang memeluk Chenle nya.

Jelas terlihat, Chenle meraup oksigen berantakan. Semua jelas terluka, dan Jisung disini semakin tertekan.



.

.



Jantung Chenle sudah tidak bergerak normal. Nafasnya tersenggal dengan tangan yang mengerat pada pergelangan tangan Renjun. Lelaki manis yang merasa ada yang tidak benar dengan cepat menoleh. Mendapati wajah Chenle yang sudah memerah, menahan sakit.

Ditariknya tubuh Chenle untuk didekapnya. Merasakan jantung Chenle yang sudah berdetak cepat. Renjun panik, sangat!

"Jen, kita harus pergi."

Suara panik Renjun membuat Jeno yang sedang menatap nyalang Jisung beralih. Menoleh, mendapati Chenle yang sudah ada dalam dekapan kekasihnya. Matanya dengan cepat berubah gelisah.

Chenle sudah tidak bernafas teratur. Nafas nya memburu dengan tersenggal.

"Kita harus pergi Jen!"

Sekali lagi, Renjun menyadarkan Jeno yang menatap khawatir. Bahkan semua atensi sudah menatap mereka heran. Jeno tersendak dan dengan cepat mengambil alih tubuh Chenle yang semakin melemah.

"Ja-jangan pergi. J-jangan.."

Suara lirih Chenle bahkan enggan Renjun dan Jeno dengarkan. Mereka tidak mau mengambil resiko. Mereka harus mengobati Chenle.

Lelaki manis itu sudah jatuh pada pelukan Jeno. Seakan tuli, Jeno melangkah keluar dengan Renjun yang berada dibelakang nya. Berjalan panik, Renjun memanggil Ambulance. Rapalan doa dia panjatkan pada Tuhan. Mereka tidak perduli jika orang lain terganggu. Kesehatan Chenle lebih penting dari segalanya!

Snow December [jichen] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang