Pagi menemui Jaemin. Dia harus terbiasa dengan semua. Harus mencoba untuk berusaha sebaik mungkin menampilkan senyuman nya saat Jisung mematut penampilan nya hingga membuahkan maha karya Tuhan yang begitu indah. Jisung semakin indah jika akan pergi dengan Jaemin. Chenle iri, namun bukankah dia sudah memiliki Jisung seutuhnya?
Tidak. Hari ini Chenle tidak bisa tersenyum saat melihat Jisung yang sedang siap-siap hendak kembali pergi meninggalkan nya. Kini ringisan kesakitan itu terdengar dari kedua belah bibir nya. Dia kesakitan dan dia ingin pergi ke dokter. Bukan. Bukan karna dia manja. Tapi dia merasakan sakit dari kemarin, dan dia tidak pergi ke dokter sama sekali.
"J-ji." lirih nya mengalihkan atensi si tampan menatapnya. Namun tidak ada respon, Jisung hanya menatapnya. Dan Chenle tidak tau bentuk tatapan itu. Dia tidak bisa menilai, karna dirinya yang sudah kepalang sakit.
"A-aku ingin ke dokter."
Belum sempat Jisung menjawab. Chenle sudah pergi. Masuk ke dalam kamar mandi. Meninggalkan Jisung yang mengerutkan kening nya. Masih di posisi yang sama. Tidak beranjak sedikit pun.
Lelaki jangkung itu menggeleng. Chenle tidak kenapa-kenapa. Dia yakin itu. Bukan kah ucapan adalah doa?
Sedang Chenle kembali keluar dari kamar mandi, mencari sang kekasih yang bahkan tidak kembali berpamitan padanya. Jisung meninggalkan nya, padahal sudah jelas dia mengatakan dia ingin pergi berobat. Setidaknya, dia hanya ingin tau apakah penyakit nya kembali kambuh. Dia hanya ingin tau, jika benar penyakitnya kambuh dia ingin menghabiskan waktunya bersama Jisung, lebih lama.
Namun harapan hanya tinggal harapan. Begitu katanya. Jisung benar-benar meninggalkan Chenle disini, ditemaram kamarnya yang dingin. Benar-benar tanpa kata. Tanpa ucapan perpisahan. Lantas siapa lagi yang akan membantu nya?
Yang menjadi harapan Chenle untuk hidup hanya Jisung, Jeno dan Renjun. Sementara dia tidak lagi bisa memanggil Jeno dan Renjun seenaknya. Dia tidak mungkin bergantung pada mereka selamanya. Dia harus mandiri, itu yang menjadi pegangan nya saat ini. Namun pendirian itu harus kandas ketika dia sendiri melawan sakit yang teramat menyerangnya. Chenle tidak mengenali perasaan itu, karna dahulu dia tidak sakit yang ia rasakan seperti saat ini.
Jika pada kenyataan nya dia harus mati, maka tak apa. Namun sepertinya hati Chenle yang selalu memanggil Renjun berhasil membuat lelaki China itu datang tergesa, tanpa Jeno. Tentu saja. Jeno bekerja, dan dipastikan tidak akan pernah ingin datang lagi ke apartemen Chenle setelah kejadian dengan Jisung waktu itu. Tak apa, Renjun tidak apa dengan kejadian kemarin. Yang ada dalam benak nya saat ini adalah Chenle nya, adiknya. Setiap malam, Renjun hampir tidak tidur karna perasaan yang entah kenapa begitu merindukan Chenle nya.
Maka, saat Jeno pergi. Renjun juga beranjak. Melangkah pasti, dengan jantung berdegub tak karuan. Seolah memberi tanda bahwa Chenle tidak dalam keadaan baik. Beruntung pintu tidak terkunci, Jisung baru saja keluar dan Renjun datang. Menunggu Chenle yang keluar kamar nya.
15 menit berlalu, Chenle tidak juga keluar. Dada Renjun semakin sesak dibuatnya. Apalagi saat dia memutuskan masuk dan menemukan Chenle yang merintih disamping ranjang. Menggulung tubuhnya dengan lelehan air mata yang jatuh.
Perasaan Renjun yang menemani Chenle pada masa-masa krisis nya membuat dia semakin meringis. Kapan kebahagiaan datang pada adiknya? Kapan Tuhan adil pada Chenle? Sampai kapan Renjun harus berteriak dan terisak pada Nya? Meminta kesembuhan untuk Chenle yang begitu ia cintai.
"Chenle hiks kau bisa. Oke, ayo berdiri."
Jangan harapkan Renjun yang akan menguatkan Chenle. Karna pada kenyataan nya sekalipun, Renjun tak kuat. Lelehan bening Chenle adalah kelemahan nya. Dia sudah melupakan kehidupan nya sendiri hanya untuk menyerahkan segala hidup nya untuk Chenle. Lelah? Tentu tidak. Demi apapun! Renjun ingin Chenle ada disamping nya, selalu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Snow December [jichen] END
Fanfiction[ORIGINAL STORY BY : @hyuckers] Akhir dari segala cerita Desember.. Jisung pergi, tanpa bantahan dari kekasihnya. Namun siapa sangka, justru sang kekasih yang lebih dulu pergi? BxB!