17

2.9K 461 72
                                    

Tidak mudah untuk hidup dengan seorang Park Jisung. Bukan dia tak suka Chenle yang bahagia. Dia sangat senang jika Chenle tersenyum. Namun, bisakah dia sekarang mempercayai Jisung? Mempercayai lelaki yang bahkan sudah beberapa kali menghancurkan perasaan adiknya.

Jeno tidak ada bedanya. Dia mengutuk dirinya yang mau saja luluh karna tatapan Chenle. Dia marah pada dirinya sendiri yang malah membawa Chenle kembali ke Korea. Seharusnya, setidaknya Chenle akan bahagia bersama Guanlin. Oh, Guanlin? Dia lelaki yang pernah dan selalu menemani Chenle dirumah sakit China. Saat Jeno dan Renjun yang terlalu sibuk karna urusan nya.

Guanlin pernah mengutarakan perasaannya, namun mau bagaimana lagi? Hati Chenle hanya untuk Jisung. Lelaki yang bahkan ia tak tau keberadaan nya. Sekalipun dia tidak akan bertemu dengan Jisung lagi, dia tetap akan mati. Akan meninggalkan dunia. Untuk itu, dia juga tidak ingin menambah list orang yang akan ia tinggalkan. Karna dia tau, bagaimana rasanya ditinggal oleh orang yang kita sayangi.

Kembali ke cerita.

Jeno mengelus punggung sempit kekasih nya. Isakan itu semakin keras. Renjun memukul keras dada nya, berharap sesak itu hilang. Berharap, dada nya dapat bekerja dengan baik lagi.

"Tak apa, Jisung menyayangi Chenle."

Ya, Jisung menyayangi Chenle.






.

.






Ketika Chenle membuka pintu, dia berbalik sebentar. Kemudian menghambur pada pelukan Renjun yang disambut dengan hangat oleh lelaki China itu. Isakan mereka terdengar. Dan Jeno masuk dalam pelukan itu. Menopang suka dan duka orang-orang yang dia cintai. Renjun dan Chenle.

"Maafkan aku."

Lirih yang lebih muda. Dia meremat pinggang Renjun mengatakan secara bisu, bahwa dia juga tidak ingin berpisah dengan lelaki China itu. Mau bagaimana lagi? Renjun tidak bisa menekan dan mencampuri hidup Chenle. Yang harus ia lakukan saat ini, hanya memperhatikan kebahagiaan Chenle meski dalam jarak yang jauh.

Renjun menggelang. Dia semakin membawa Chenle masuk dalam dekapan nya. Dekapan yang entah kenapa mereka sendiri enggan untuk saling melepaskan. Dekapan yang seolah memberi kebahagiaan meski ada risau di hati mereka.

"Jangan salahkan aku jika setiap hari aku datang kesini untuk menghukum mu."

Chenle terkekeh. Selalu sukses dibuat tertawa oleh kata kasar penuh perhatian yang di lontarkan oleh Renjun. Dia tersenyum, kemudian mengangguk.

"Datanglah, bawa makanan kesukaan ku."

Rasa lega itu hadir ketika senyum mengembang di wajah kedua orang yang ia miliki di dunia. Jeno bersyukur, setidaknya tidak ada iri yang Renjun rasakan saat dia menempatkan Chenle sama penting nya dengan posisi Renjun. Jeno bersyukur. Dan dia bersumpah untuk tetap mencintai mereka. Dalam keadaan setahun apapun itu.

"Jeno hyung!"

Chenle membawa tubuhnya menjauh dari dekapan Renjun dan masuk dalam tubuh Jeno yang sudah dari tadi merentangkan tangan nya.

"Tolong jaga Renjun hyung dan cepatlah menikah."

Jeno tertawa, juga Renjun yang berada di belakang nya menahan rona merah yang menjalar di wajahnya. Ada rasa yang menggelitik setiap membicarakan pernikahan. Padahal mereka sudah sering membicarakan itu. Terlampau sering mereka membatalkan pernikahan nya, demi menjaga dan memfokuskan diri mereka untuk menyembuhkan Chenle.

"Aku sudah tidak ada lagi di antara kalian. Aku tidak akan mengganggu pernikahan kalian lagi. Aku ingin punya keponakan!!"

Seru Chenle antusias. Sedang Renjun tertawa hambar. Dia tidak tau, andai dia menjadi lelaki spesial yang bisa mengandung. Bisa saja dia menumbuhkan rahim dalam dirinya, namun tidak. Renjun lebih suka seperti ini. Seperti apa yang sudah Tuhan gariskan.

Snow December [jichen] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang