Kekecewaan Tak Berujung

23.1K 1.3K 119
                                    

Haiij haiii
Absenn duluuukkk😂😂

Silahkan.. Yang mau marah2 sama Dinda saya kasih tempat😂

Sok lah.. Hepi reading all😻

Dinda melirik jam yang menempel di dinding ruangan bercat putih itu.

Pukul delapan pagi, dan sejak kemarin malam Bagas belum juga menunjukan batang hidungnya.

Perasaan Dinda berkecamuk, sejak semalam hanya suster jaga yang membantunya ke kamar mandi hingga makan, bahkan ayah dan bundanya pun seolah hilang ditelan bumi.

Ia hanya pasrah, ayah dan bundanya mungkin sudah mengetahui perilah kehamilannya, raut wajah kecewa kedua manusia yang mengantarkannya melihat dunia itu seolah menghantui malam-malam Dinda.

"Mama harus bagaimana nak?"

Lirih Dinda pilu di dalam hati sambil mengusap perutnya yang masih rata.

Lelehan air mata kembali mengaliri kedua sudut mata indah milik Dinda.

Dinda memalingkan wajahnya saat mendengar handel pintu kamarnya diputar, ia tak ingin tampak menyedihkan di depan suster yang sejak tadi keluar masuk kamarnya.

"Saya bisa pulang kapan sus?" Tanya Dinda dengan suara serak tanpa menyadari bahwa orang yang masuk ke kamar inapnya adalah Bagas.

Merasa tak mendapat jawaban Dinda menoleh, wanita itu sedikit terkejut kala mendapati Bagas yang berdiri disampingnya.

"Mm--mas?"

Bagas melengos sambil menyugar rambutnya frustasi.

Hatinya terlampau sakit, bertahun-tahun ia menjaga Dinda dengan sepenuh hatinya dan ini balasan yang ia terima?

'Ya Tuhan! Apa yang ada di pikiran gadis muda itu?!' Batin Bagas mengerang.

"Sebenarnya yang ada di otak mu MURAHAN!" Bentak Bagas mengguncang lengan Dinda dengan kencang, matanya merah memancarkan sebuah amarah dan kekecewaan yang begitu mendalam.

Tangis Dinda pecah, ratusan bahkan ribuan kata maaf yang keluar dari mulut Dinda seolah tak mampu menebus kesalahannya pada Bagas.

Bagas menghempaskan tubuh Dinda ke brankar empuk itu dengan sekuat tenaga, kedua lengannya mengurung Dinda yang nampak sangat ketakutan dengan lelehan air mata menganak sungai.

"Jangan pernah coba-coba untuk menemui ayah dari bayi sialan ini! Ingat itu baik-baik!"

"I-iya mas.." Lirih Dinda, perasaanya semakin remuk, yang bersalah disini adalah ia.. Bukan anaknya.. Cukup salahkan dirinya, jangan anaknya.

Bagas menyugar rambutnya yang mulai ditumbuhi sehelai dua helai uban, kepalanya benar-benar terasa ingin pecah.

Ia benar-benar kecewa, bahkan seolah tak ada tolak ukur yang sebanding dengan kekecewaannya.

***

Dinda menatap jalanan kota Jakarta yang sedikit lenggang daripada biasanya.

Suasana di dalam mobil Bagas benar-benar hening, tak ada satu patah kata pun keluar dari mulut mereka masing-masing, hanya suara helaan nafas Bagas yang beberapa kali mengisi kekosongan disana.

Dinda merasa benar-benar kehilangan.. Kehilangan sosok lembut, penyayang dan penuh cinta pada diri Bagas, perdar cinta itu tak nampak lagi.. Dinda meringis penuh rindu dan sesal diam-diam. Dan sekali lagi ini salahnya.

"Ayah dan bunda tidak tau masalah ini." Ujar Bagas secara tiba-tiba.

Sebuah 'kelegaan kecil' mendera hati Dinda.

Ragu-ragu Dinda menatap Bagas yang nampak fokus menyetir "Makasih mas.."

"Aku akan mengurus perceraian kita setelah anak sialan itu lahir."

Mata Dinda terbelalak seketika, hatinya ngilu membuat pasokan udara di dadanya menipis.

"M-mas? K-

Bagas mendengus, lelaki berkepala empat itu menatap Dinda dengan tatapan mencemooh "itu kan alasan kamu memintaku untuk menikahimu. Akan aku turuti."

Dinda menggeleng, air matanya siap terjun bebas kapan saja saat ini.

Gadis itu berusaha meraih tangan kiri Bagas, namun Bagas menepisnya dengan kasar.

"Mass.."

"Jangan pernah seujung kukupun kamu menyentuhku! Menjijikan!"

Bagas mengambil tissu yang terletak didekatnya dan mengelap bekas tangan Dinda di punggung tangannya seolah ia benar-benar jijik.

"Kamu bukan Mas Bagas.." Lirih Dinda dengan air mata yang membasahi pipinya, menatap Bagas dengan perasaan hancur berkeping-keping.

Bagas mengerem mobilnya mendadak.

Lelaki itu menatap nyalang kearah Dinda.

"Dan kamu bukan Bhira yang ku kenal! Kamu tak lebih dari seorang pelacur yang menjajakan dirinya di pinggir jalan! JALANG SIALAN!"

CUT DULUUU😂😂

HURTS [END/COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang